Share

Bab4

Bab 4 Bodo Jangan Kebangetan

"Sayang, aku gak pengecut, aku cuma cari waktu yang tepat, makanya tadi aku bilang kalau yang terjadi antara kita hanya prang." 

Mataku membulat mendengar penuturan Mas Raka barusan. 

"Apa Mas! Jadi prang itu betulan, kalian betul- betul ada hubungan hah!" ujarku dengan emosi meledak- ledak, membuat dua orang kakak beradik pendusta itu menoleh ke arahku.

"Han- Hani, sejak kapan kamu di situ?" tanya Mas Raka. Dari suaranya terdengar gugup.

"Kamu tak perlu tahu sejak kapan aku di situ Mas, yang jelas aku sudah tahu semua tentang kalian. Pendusta, pembohong, penzina, menjijkkan kalian!" ujarku penuh emosi. 

Napasku memburu, dadaku bergelombang, ada yang panas di dalam sini.

"Dasar kamu saja yang bod*h, mau saja di kebuli, makanya punya otak di pakai, jangan buat pajangan," ujar Widya ketus.

Bocah songong ini sepertinya mulutnya perlu di cabein biar kapok.

Ku remas tanganku lalu ku kepal erat melihatnya," dasar bocah songong, apa tanparanku tadi kurang keras hah!" 

"Sudahlah! Ini sudah malam, gak enak di dengar tetangga," ujar Mas Raka dengan nada membujuk. Entah aku atau Widya yang di bujuk.

"Sekarang kesempatan kamu Mas, saatnya kamu jujur sama istrimu, katakan semuanya! Aku juga sudah capek seperti ini," kata Widya.

"Widya, ini sudah malam, kita bicarakan besok pagi saja ya," bujuk Mas Raka.

"Lebih cepat wanita tua ini tahu hubungan kita lebih baik Mas, gak perlu susah - susah kita jelaskan," ketus Widya.

"Kurang ajar kamu ya! Kamu tahu aku tahu tua harusnya ada sopan santunnya dikit, gak punya adab kamu! Dasar pelac*r," makiku yang membuat wajah Widya merah padam menahan emosi.

Napas Widya turun naik, tanganya mengepal, matanya membulat menatapku.

"Selamat anda- anda kena prank," ujarku sambil teriak kegirangan. Senang sekali rasanya bisa membalas prank mereka dan tak terkena prank kedua kalinya.

Aku lihat Mas Raka dan Widya saling berpandangan, mungkin kebingungan.

"Hebat kan aku, kalian gak bisa ngeprank aku untuk kedua kalinya," ujarku masih dengan nada girang. 

"Sapa bilang ini prang, ini serius, aku dan Abangku memang ada hubungan." 

Aku ngakak mendengarnya," sudahlah Widya, aku gak akan ketipu untuk kedua kali," ujarku sambil melibas tanganku.

"Aku pergi dulu ngantuk," ucap Widya lalu berlalu begitu saja hingga menyenggol pundakku. Sepertinya dia kesal karena gagal mengeprankku lagi.

"Mas, Mas!" panggilku saat melihat Mas Raka terdiam menatap Widya.

"Iya Sayang," jawabnya sambil tersenyum.

"Aku cerdikkan, gak bisa kamu bohongin kedua kalinya," ujarku sambil tersenyum bangga.

"Iya Sayang, kamu hebat," kata Mas Raka sambil mencolek hidungku.

"Tidur yok Mas! Masih ngantuk," kataku sambil bergelayut manja di lengan Mas Raka menuju ke peraduan kami untuk menyambung mimpi indah yang sempat terputus tadi.

***

"Gimana aku hebat kan?" kataku pada Tary sahabatku setelah menceritakan bagaimana cerdiknya aku ngeprank balik Mas Raka dan Widya sebelum aku kena prank kedua.

"Lo kenapa?" tanyaku saat Tary bukanya menjawab pertanyaanku malah menatapku tak berkedip.

"Hani, hani," kata Tary sambil menggeleng cepat lalu meminum jus buah pesanannya.

"Kenapa sih?" tanyaku tak mengerti dan merasa aneh dengan sikap Tary yang bukannya memuji kecerdikanku malah hanya geleng- geleng kepala.

"Lo tu makanya kalau punya otak taruh di kepala jangan di dengkul biar gak bego," ujar Tary ketus.

Dasar sahabat gak ada aklak.

"Gak ada aklak ni teman," ujarku sewot. Entah apa dosaku punya teman seperti ini, bukannya bahagia temannya yang cantik ini jadi pinter malah di begok- begokin.

"Biarin Gue gak ada aklak tapi otak Gue masih di kepala bukan di dengkul kek Elo, kesel Gue," kata Tary.

Yah kok dia yang kesel sih, kan Gue yang di begok- begokin? 

"Kok Elo yang kesel? Hai kutu kupret harusnya itu Gue yang kesel dari tadi lo begok- begokin," ujarku sedikit kesal. Kalau gak ingat dia temanku udah tak jitak ni manusia nyebelin satu ini.

"Emang lo begok gak ketulungan. Hai Hani kalau pas siang yang Lo bilang mereka ngeprank pas hari universari kalian, ok masuk akal tapi kalau malam- malam yang Lo tidur terus lo dengar pembicaraan mereka dan Lo bilang itu prank itu namanya Lo oon. Panteslah Papa Lo gak ngasih Lo warisan, Lo begoknya sampai langit ke tujuh," kata Tary dengan nada kesal.

Ku garu kepalaku tak mengerti," maksudmu?" 

"Lo pikirlah sendiri! Malas Gue ngomong sama Lo, mending Gue ngomong sama tembok daripada ngomong sama Lo," ujar Tary.

Bukan kali ini saja Tary bilang soal Widya dan Mas Raka padaku.

"Lo gak curiga sama mereka?" tanya Tary saat tahu Mas Raka liburan kepuncak sama Widya dan gak mengajakku.

"Kenapa harus curiga?" tanyaku.

"Astaga Hani, hih.., gemes Gue sama lo," kata Tary dengan tangan seperti hendak mencengkramku. " Lo tu, ih! Pusing Gue sama Lo, Raka itu lekaki dan Widya perempuan, mereka sudah dewasa, berdua- duaan dan Lo gak curiga sama sekali. Haduh.., gak tahu deh Gue mesti ngomong apa," lanjut Tary.

"Ya kan mereka saudara, masa iya Mas Raka mau ngembat adiknya sendiri, lagian aku kenal Mas Raka gak mungkin dia akan melakukan hal sebejad itu," ujarku

"Haduh.., Eh Hani is bingung Gue mau ngomong apalagi sama Lo. Lo tu diapain sih sama Raka kok jadi lelet gini, jangan- jangan di mantrain lagi." 

"Dih, apain sih," jawabku. Ni teman satu ini memang asal deh kalau ngomong. 

"Eh zaman sekarang ya, saudara kandung saja ada yang berzina apalagi Raka sama Widya yang gak ada hubungan darah sama sekali. Tambah lagi si Widya juga sexsi gitu kalau berpakaian," ujar Tary.

"Hoi," kata Tary memukul pundakku membuat jantungku hampir saja lompat dari tempatnya.

"Malah melamun," kata Tary.

"Apaan sih Tar? Untung jantung Gue gak lepas," ujarku.

"Bodo amat, sapa suruh bengong. Apa Lo gak tahu, ayam kalau suka bengong bisa koit." 

"Ya Gue kan bukan ayam!" ketusku.

"Lo mau sampai kapan di bodohi sama mereka?" 

Kukernyitkan alisku," maksud Lo?" 

" Ya mau sampai kapan Lo mau saja di kibulin sama mereka kalau mereka tak ada hubungan."

"Memang ada bukti kalau mereka itu lebih dari sekedar saudara?" 

"Pernah gak Lo cek kalau tengah malam Raka masih tidur sama Lo atau gak?" 

"Maksud Lo apa?" tanyaku tak mengerti karena jujur selama ini aku kalau tidur ngebo, mulai tidur jam 8 atau 9 malam dan tak kan bangun sebelum adzan subuh, kecuali malam itu.

"Makanya bego jangan kebangetan, maksud Gue gini..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status