Share

4

Matahari menukik tinggi, pertanda hari sudah beranjak siang. Dan Dinda baru mulai sadar dari tempatnya tidur karena sengatan cahaya matahari yang masuk lewat sela-sela jendela bilik ruangan. Dinda sejenak menguap, terduduk dengan selimut yang menutupi tubuh moleknya yang bertelanjang. Dirinya berusaha sadar, sambil mengucek-ucek mata seraya memperhatikan kondisi di sekitarnya. “Kosong! Kemana pria yang meniduriku semalam? Apa dia sudah pergi? Atau sedang ke toilet?” Dinda terlalu banyak menduga-duga sekaligus sedikit kecewa jika benar bahwa Ricky kabur begitu saja usai menidurinya.

“Sungguh berengsek!” Dinda mengumpat pelan, kala mendapati dirinya yang seorang diri di ruangan tersebut.

Saat memalingkan wajah untuk menenggak segelas air putih, Dinda mendapati sepotong kertas diatas meja samping kasur yang ditidurinya. Ia menatapnya sambil tersenyum.

"Maaf jika aku pergi tanpa berpamitan seperti ini. Aku sungguh-sungguh meminta maaf. Aku sedang terburu- buru karena ada pekerjaan sekarang ini, sehingga meninggalkan mu begitu saja.

Hubungi nomor ini, jika dirimu sudah terbangun 0875-***4-8999

Aku akan bertanggung jawab! Ricky…" Dinda menyeringai tersenyum lega usai membaca surat kecil yang ditinggalkan Ricky untuknya.

"Apa? Bertanggung jawab?" Dinda senang. Ia tahu bahwa Ricky adalah pria bertanggung jawab seperti dugaannya.

Dinda bergegas bangkit dari ranjang menuju kamar mandi dalam keadaan bertelanjang tanpa sehelai kain pun sambil memunguti pakaiannya yang dilucuti oleh Ricky semalam. Rasanya segar, jika mandi di jam-jam hampir siang seperti ini bagi Dinda. Sekaligus membersihkan dirinya yang baunya campur aduk oleh bekas muntahan dan alkohol.

Dinda menyetel lagu favorit, sambil bersenandung ria menikmati lagu ‘Celengan Rindu’ kepunyaan penyanyi Fiersa Besari. Dirinya menyalakan shower membasahi tubuh. Senang rasanya, mandi sambil menikmati lagu kesukaan seperti sekarang ini menurutnya.

*****

“Assalamualaikum,” suara pria yang tak asing di telinga dari tempat berbeda memasuki sebuah rumah, sambil menjinjing jaket diwaktu pagi- pagi sekali karena tak pulang semalam. Ia Ricky, dirinya dengan banyak beban di kepala, mencoba untuk bersikap biasa saja dan menemui istrinya yang entah menunggu kedatangannya atau tidak. Sebab ia tak begitu yakin dengan rasa percayanya terhadap istrinya, usai menatap dengan mata kepalanya sendiri kemarin, bahwa istrinya bercinta dengan pria yang dikatakannya hanya seorang teman saja.

“Wa’alaikumsalamm… Egh, Mas Ricky baru pulang? Mas sudah makan belum sejak semalam?” Tari, istri Ricky segera menyahut jaket yang dijinjing suaminya, bersikap seolah tak menyembunyikan apapun dari suaminya itu.

“Semalam sudah… Tapi sepertinya Mas lapar lagi, dek!” Ricky membalas santai pertanyaan yang dilontarkan istrinya yang sepertinya tak menyadari semua perselingkuhan yang telah dilakukannya dengan pria lain sudah diketahui olehnya.

“Mari kita sarapan Mas, Tari sudah siapkan sarapan untuk Mas…” Tari terus berusaha merawat suaminya seperti yang biasa dirinya lakukan. Jauh di hati Ricky yang paling dalam, dirinya sungguh menderita mengetahui bahwa istri yang paling dicintainya tersebut telah tega bermain api di belakangnya.

Ricky mengangguk- angguk mengiyakan,“Baiklah dek. Mas mandi dulu sebentar, setelah itu kita sarapan bersama…” Pagi itu Ricky terlihat dingin menanggapi setiap sikap yang dibuat oleh Tari istrinya. Ia juga menghindari terlalu lama kontak mata atau menatap istrinya itu. Ricky takut tak mampu membendung emosinya. Usai melewati ruang makan, Ricky berlalu begitu saja menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Tari meletakkan jaket suaminya ke bak cucian kemudian menyiapkan peralatan makan untuk sarapan tanpa rasa curiga sedikit pun dengan sikap dingin suaminya.

Tari bekerja sebagai seorang fashion stylish dan memiliki sebuah butik baju yang letaknya tak jauh dari rumah mereka. Ia bertemu dengan Ricky 7 tahun lalu, dan memutuskan untuk menikah setelah tiga tahun berpacaran untuk saling mengenal. Awalnya Ricky adalah seorang pria pendiam, dingin, tak terlalu memperhatikan soal Wanita. Namun, segalanya berubah saat keduanya bertemu dan Tari menyatakan minatnya terlebih dahulu terhadap Ricky yang kini menjadi suaminya. Ricky yang terkesan oleh kegigihan Tari yang tetap bersikap baik dan merawatnya meski Ricky selalu bersikap dingin terhadapnya, akhirnya luluh juga hatinya. Keduanya berpacaran setelah beberapa bulan saling mengenal, sebelum akhirnya menikah. Ricky sangat mencintai istrinya itu, hingga pria itu hampir gila saat mendapati istrinya berkhianat dengan pria lain kemaren.

“Sudah selesai Mas mandinya? Mari makan…” Celetuk Tari usai melihat Ricky yang baru saja menyelesaikan mandinya dengan handuk kecil yang masih menggantung di leher suaminya tersebut.

“Wahhh… Sop buntut?” Ricky menganga menatap istrinya menyajikan makanan kesukaannya. Sikap baik istrinya ini, sungguh membuat isi pikirannya makin rumit saja. “Apa istriku benar- benar masih mencintaiku? Atau dirinya hanya berpura- pura saja merawatku? Lalu apa yang kusaksikan kemaren?” Banyak sekali pikiran aneh yang berkecamuk di pikiran Ricky tentang perselingkuhan istrinya tersebut.

“Iyaps! Sop buntut kesukaan mas,” seru Tari kepada suaminya sambil melontarkan senyuman yang menampakkan gigi gingsulnya. Ricky tahu, bahwa Tari sedang melakukan kesalahan hingga memasak makanan kesukaannya tersebut, padahal hari itu bukan hari yang spesial bagi Ricky maupun keduanya.

“Makasih dek,” Ricky melempar senyuman seraya menyendok makanan sup buntut yang telah disiapkan istrinya tersebut. Ia bersiap melancarkan beberapa pertanyaan terhadap istrinya dengan perselingkuhannya dengan pria lain.

“Oh iya Dek, kamu… Gaada yang mau disampaikan kepada Mas?” Ricky menatap istrinya itu dengan perasaan tak karuan. Ia berpikir matang- matang soal perselingkuhan istrinya, Ricky telah memantapkan diri untuk memaafkan istrinya jikalau dirinya mau berkata jujur soal dirinya yang membelot dan mengkhianati suaminya tersebut.

Tari menoleh usai menyuap nasi dan kaldu sop tersebut. Ia memandang bingung karena pertanyaan yang disampaikan Ricky terhadapnya. “Maksud Mas Ricky?” balas Tari tak memahami maksud pertanyaan suaminya.

“Hmmm, baiklah lupakan kalo memang tidak ada apa- apa.” Ricky tersenyum kecut dan memilih tak melanjutkan pertanyaannya. Kini dirinya terdiam berniat menyelesaikan sarapan dan berniat langsung kembali ke rumah sakit. Sementara itu Tari hanya mengangguk- angguk mengiyakan hal tersebut.

Drttt… drttt… drttt… Ponsel milik Ricky bergetar. Sebuah pesan masuk.

[Pagi mas, ini nomor saya… Wanita semalam.] Ricky membaca pesan tersebut dari notifikasi yang muncul pada layer ponselnya.

“Uhukk.. uhukk…” Ricky tersedak usai membaca pesan tersebut.

“Ini minum dulu mas! Pelan- pelan to Mas, makannya…” Ucap Tari menyodorkan segelas air putih kepada suaminya tersebut. Ricky menerima segelas air putih itu dengan perasaan bersalah. Ia hampir lupa soal perbuatannya semalam dengan wanita itu. Ia tertegun dan bingung soal janjinya terhadap pelacur yang habis ditidurinya semalam, yang akan bertanggung jawab terhadapnya.

Ia meraih ponselnya, meraih tas kerja di kursi dan bergegas keluar meninggalkan rumah. “Mas pamit berangkat ke Rumah Sakit dulu dek, ada pasien yang butuh pertolongan Mas!” ucap Ricky terlihat buru- buru sekali meninggalkan rumah. Tapi Tari yang tak terima dengan hal tersebut menarik lengan Ricky suaminya yang baru saja akan menarik knop pintu. Tari hendak melayangkan protes kepada suaminya tersebut.

“Ini hari minggu lho Mas? Tak bisakah kau diam di rumah dengan istrimu sehari saja? Bukankah seharusnya kau libur bekerja hari ini?” Tari terus melakukan pressing terhadap suaminya, meminta waktunya yang hampir tak pernah menghabiskan waktu untuk berduaan saja menikmati hari libur.

Inilah hal yang paling Tari sesali usai menikahi Ricky suaminya. Untuk apa punya seorang suami seorang dokter mapan dan tampan, tapi tak pernah meluangkan sedikit waktu untuknya. Itulah yang selama ini menjadi beban terbesar bagi Tari Ketika menjalani hidup sebagai istri Ricky yang seorang Dokter Bedah Torakoplastik. Tak pernah punya waktu untuknya. Belum lagi soal dirinya yang tak kunjung memiliki momongan selama lebih dari empat tahun menikah dengan Ricky.

“Maafkan Mas Dek, tapi ini hal mendesak. Mas pergi dulu, nanti setelah urusan pasien ini selesai, mas segera pulang menemuimu.” Ricky membuat alasan untuk membohongi istrinya dan berlalu dengan mobilnya meninggalkan Tari yang masih berdiri di pintu.

Bersambung…

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elok Rosadi Msi
tadi ktnya egy teman baru raizel...eh di bab ini kok egy temen raizel mulai kecil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status