Share

9

“Dinda?” Ricky akhirnya memutuskan untuk memanggil wanita yang ada dihadapannya tersebut. Ia harus memperbaiki apa yang sudah diperbuatnya sekarang ini. Dirinya harus menebusnya! Semua kesalahan yang dilakukannya terhadap Dinda. Meski tak sepenuhnya adalah kesalahan, tapi yang dilakukan Ricky jahat!

“Mas Ricky?” Dinda menoleh dan mendapati pria yang ditunggunya sejak siang tadi kini sudah berada di hadapannya. Ia hanya tak menyangka harus memperlihatkan sisi dirinya yang mudah menangis dan rapuh tersebut terhadap pria di depannya itu. Entah angin dari mana, Dinda mengambil langkah berani, berlari menghampiri Ricky dan langsung memeluknya.

“Ki…” Ricky tak dapat menyelesaikan kata- katanya saat menatap Dinda tiba- tiba memeluknya sambil menangis tersedu-sedu. Sepertinya sebuah air panas baru saja menumpahi hatinya, membuatnya sangat sesak melihat wanita di hadapannya meneteskan air mata. Dinda sesenggukan menahan tangis di dada Ricky. Keduanya berpelukan layaknya pasangan yang sudah lama menahan rindu untuk saling melepas kasih sayang, menerbangkannya ke langit- langit sore itu.

“Maafkan Mas, Dinda…” Ricky tanpa sadar membalas pelukan Dinda yang tak terduga dan secara tiba- tiba tersebut. Ia mengulurkan jemarinya membelai lembut rambut Panjang Dinda yang terurai sebahu, berusaha membuatnya tenang. Saat itu pula Dinda mendongak menatap Ricky. Ia menyibak poninya yang berantakan ke mana- mana yang kemudian memperlihatkan matanya yang merah sembab karena menangis.

“Mas minta maaf karena dua kali membuatmu terluka dan menangis seperti ini,” Ricky mengusap pelan air mata yang mengalir membanjiri wajah wanita di hadapannya tersebut. Ia tak tega menatap Dinda menangis seperti itu karena dirinya. Keduanya bahkan terlihat seperti pasangan sungguhan yang saling mencintai sekarang ini. Padahal ini adalah pertama kalinya keduanya bertemu dalam keadaan sadar. Bukankah ini sebuah pertanda bahwa hati keduanya sudah memiliki chemistry satu sama lain.

“Kenapa Mas Ricky tidak datang tadi? Aku mengira bahwa Mas, tidak jadi datang karena hanya ingin mempermainkanku saja? Membuatku terlihat seperti wanita bodoh yang murahan.” Suaranya parau merengek meminta penjelasan kepada laki- laki itu. Dinda mengutarakan isi hatinya secara gamblang terhadap Ricky saat itu juga. Ia tak mau tersakiti lebih jauh lagi karena hanya menunggu diam- diam saja.

“Sekali lagi Mas minta maaf Dinda… Tadi ada operasi mendadak di rumah sakit, tidak bisa ditunda.” Ricky mengungkap alasannya yang datang terlambat kepada Dinda. Agar dirinya tak merasa terluka oleh harga dirinya.

“Baiklah,” Dinda menjawab singkat dan kemudian langsung membenamkan wajahnya di dada Ricky. Ia senang sekaligus tersipu malu karena melihat Ricky menepati janjinya untuk datang menemuinya meski terlambat.

“Kamu belum makan kan?” Ricky melonggarkan sedikit pelukannya hendak melihat wajah Dinda untuk bertanya.

“Hmmm,” Dinda menautkan kedua bibirnya sambil manggut- manggut mengiyakan pertanyaan Ricky. Ia sepertinya kelaparan menunggu kedatangan Ricky beberapa jam lalu di restoran. Terlebih lagi dirinya hanya memakan sebungkus roti dengan kopi untuk mengganjal laparnya sejak pagi tadi.

Ricky menjadi gemas karena Dinda bertingkah imut dengan wajahnya yang memerah sambil malu- malu mengatakan hal tersebut. Ia langsung menggosok- gosok rambut Dinda membuatnya menjadi berantakan. Keduanya terkekeh bersama dengan bertatapan satu sama lain, memberikan sebuah makna dalam pertemuan keduanya.

“Ayo naik ke mobil, kita cari makan terlebih dahulu sambil mengobrol…” Ricky tanpa sadar menautkan jemarinya padav tangan mungil milik Dinda, menggandengnya masuk ke dalam mobil.

Jika ditelaah lebih lanjut, pertemuan keduanya terasa janggal. Hari itu adalah pertemuan pertama Ricky dan Dinda dalam keadaan sadar. Mereka bahkan tak saling tahu nama keduanya sejak awal, apalagi soal kepribadian masing- masing. Tapi terlihat bahwa mereka dipertemukan dalam sebuah takdir yang Tuhan ciptakan untuk memahami satu sama lain bahkan hanya dalam sebuah tatapan. Keduanya akan saling mengenal dengan sendirinya suatu saat nanti. Saat rasa tanggung jawab Ricky mampu membuat Dinda jatuh hati, dan ingin memilikinya meski dirinya tahu bahwa Ricky sudah beristri.

*****

Sementara itu di kediaman Ricky dan Tari, tampaknya tak banyak pergerakan terjadi di sana. Hari itu Tari hanya berniat bersih- bersih rumah dan mencuci pakaikan yang sudah tiga hari menumpuk. Dirinya segera menyalakan keran air di tempat cuci piring dapur kediamannya, membawa beberapa piring kotor yang baru saja digunakan dirinya dan Mas Ricky makan sarapan tadi.

“Mas Ricky sedang apa ya sekarang?” Tari bergumam pelan sambil menggosok- gosok mangkuk bekas sop buntut kesukaan Mas Ricky suaminya. Ia ingin sedikit membuat suaminya sedikit tak terlalu bekerja keras dengan pekerjaannya, dan bisa menghabiskan waktu berdua dengannya di hari libur itu awalnya. Tapi apalah daya, ternyata Mas Ricky suaminya harus kembali dengan kesibukannya sendiri meninggalkannya sendiri di rumah hari minggu itu. Sebenarnya Tari sangat kesal karena Mas Ricky yang jarang memberikan waktunya untuknya akhir- akhir ini. Suaminya bilang bahwa sedang banyak insiden terjadi bulan ini, membuat dirinya tak bisa duduk tenang di rumah.

“Mencuci piring sudah, selanjutnya cucian!” Tari menata piring- piring yang selesai dibilas sembari tersenyum karena telah menyelesaikan satu pekerjaan rumahnya. Ia berjalan menuju kamar untuk mengambil baju- baju kotor milik suaminya yang menumpuk di balik pintu. Tari memang memutuskan untuk tak memiliki pembantu rumah tangga saat ini karena memang belum terlalu membutuhkannya. Ia merasa bahwa karena dirinya juga punya pekerjaan mengurus butik dan suaminya yang sangat sibuk sebagai dokter Bedah Torakoplastik, membuatnya berpikir keduanya tak terlalu membutuhkan pembantu rumah tangga. Soal urusan rumah tangga seperti cuci piring, mencuci pakaian hingga mengurus kebersihan rumah, dirinya masih bisa menanganinya. Soal makan juga dirinya jarang memasak sendiri karena keduanya jarang berada di rumah. Paling beli di luar atau makan keluar sekalian, tak perlu merepotkan diri dan mengeluarkan uang lebih untuk seorang pembantu rumah tangga.

“Jas lab, jaket jeans dan beberapa celana dalam saja…” Tari bergumam saat mengambil beberapa pakaian milik suaminya. Dan berjalan keluar kamar menuju tempat mesin cuci dengan beberapa pakaian yang digantung di pundaknya.

“Oh ya kemeja biru laut yang digunakan Mas Ricky semalam, hampir saja aku lupa,” wanita berusia pertengahan tiga puluhan itu menepuk jidatnya menyadari kecerobohannya usai meletakkan pakaian- pakaian tersebut di mesin cuci.

“Nah ini! Mas Ricky ini suka sembarang saja deh, menaruh pakaian kotornya… Untung saja aku ingat.” Tari berseru usai menemukan kemaja warna biru laut milik suaminya tersebut.

“Hufftt, huhhhh…” Tari mendengus mencium aroma alkohol di kemeja tersebut saat berjalan ke bagian belakang rumah, tempat mesin cucinya berada.

“Apa Mas Ricky minum- minum semalam? Kenapa bau alkohol sangat menyengat?” Dirinya berkacak pinggang sambil berpikir soal yang dilakukan suaminya semalam.

“Tunggu… Aku baru tahu kalau parfum Mas Ricky sekarang beraroma mawar! Bukankah ini parfum wanita?” Sesaat pikiran jahat muncul di otak Tari. Ia beranjak lari menuju kamar untuk memastikan sesuatu.

Bersambung…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status