Share

Bab III

Pernikahan Yang Dipaksakan

Di sebuah rumah mewah, di bilangan Pondok Indah, Tante Anita menantikan kabar anak semata wayangnya. Ia telah membiasakan diri tidak sering menelfon anaknya, terutama saat weekend. Ia menghormati privasi anaknya yang telah dewasa.

Hari itu, Sabtu siang, waktu terus berjalan. Makin lama, makin sore. Tante Anita mencoba memberanikan diri menelpon calon menantunya, menanyai keberadaan anaknya, Refan.

“Olive, apa kabar, Nak? Kamu masih sama Refan?”

“Oh...enggak, Tante. Saya juga nunggu kabar Refan sedari tadi malam. Kami ada rencana ke Bali liburan akhir pekan. Saya pikir bakal disamperin di kantor. Enggak tahunya, sampai hampir jam 21.00 malam, Refan malah suruh saya nunggu di kos-an, Tante. Pikir saya jadi liburan, Tante. Padahal saya udah packing. Enggak tahunya, nggak ada kabar sampai sekarang. Dan saya pun nggak berani ganggu privasi dia” jelas Olive.

“Oh gitu ya, Nak. Coba Mama telfon dia,’’jelas perempuan berambut putih perak itu mengakhiri panggilan telefon ke calon menantunya.

Saat menelfon anaknya, ibu berusia 60 –an itu digusarkan ponsel anaknya tak ada nada dering. Ia akhirnya memutuskan meninggalkan pesan suara di WhattsApp Refan.

Namun, anaknya baru menyalakan Hpnya, esok hari, minggu sore. Refan mengabari Mamanya bahwa ia masih di tempat atasannya, Jason, sampai malam ini. Besok sore usai jam kantor, Ia akan pulang.

“Ok, Nak. Mama sampai panik. Kok kamu nggak ada kabar. Lain kali jangan bikin mama susah tidur mikirin kamu, ya?”pinta Tante Anita mendisiplinkan anaknya.

Olive juga mendapati tunangannya baru menelfonnya minggu sore. Dengan penjelasan yang sama seperti yang Refan sampaikan ke mamanya. Refan meminta maaf telah membatalkan rencana kencan mereka tanpa pemberitahuan. Ia minta pengertian Olive, lantaran bosnya masih suka menyuruh dia  untuk ke rumahnya,  mendiskusikan beberapa proyek. Pria cendekia ini mulai mengembangkan skill baru, bersilat kata, mendulang dusta.   

                        ###

Saat dokter meninggalkan ruangan, ia kembali termenung memikirkan perhatian tulus dara cantik yang baru saja menyentuh hatinya. Perlahan, ia merasakan sesuatu dari pertemuan singkatnya dengan si coklat hitam manis, Rita. Apakah ini cinta, entah apakah karena keduanya memikirkan pertemuan itu, sehingga kontak batinpun terjalin.

Perkenalan Rita dan Refan unik. Menciptakan sebuah magnet cinta yang medan magnetnya terbentuk karena yang tersentuh merasakan ada sesuatu yang beda dengan perempuan ini. Sedangkan Rita merasa dijebak oleh tempat dia kerja dengan skenario settingan ini.

Ia merasakan ketulusannya diakui customer menyebabkan relasi berlanjut. Sebuah pendekatan yang baik terhadap customer. Namun bagi Refan, Rita telah masuk ke dalam kehiduan pribadinya.

Mestinya, keduanya tidak seharusnya melanjutkan hubungan itu lebih jauh. Terutama karena Refan telah terikat pertunangan. Bahkan jadwal tanggal pernikahan telah ditetapkan.  

Refan sering menghubungi Rita, bikin janji temu saat ia menemani atasannya kembali ke club malam tempat Rita bekerja. Keduanya  sering bercengkerama di club itu.

Kedekatan mereka mencapai batas titik kritis yang bisa ditoleransi untuk seseorang yang berkomitmen menikahi tunangan. Refan tertarik menjajal service ranjang, terpicu oleh perlakuan ekstra Rita di malam saat ia sekarat.

Ia akui perempuan ini punya daya tarik lebih. Setelah sekali mencicipi Rita, ia merasakan perempuan ini mahir di ranjang. Refan keterusan membookingnya untuk chek in short time di hotel, selepas jam kerja. Namun, buat Rita itu memang bagian dari pekerjaannya.

Di matanya, pelayanannya ke Refan tak lebih dari meraup efisiensi. Satu customer, dia dapat double job. Selain sebagai penari club, juga terima bookingan tidur dan teman clubbing. Itu tak lebih dari sekedar mengumpulkan receh. Mau tahu, apa kiat sukses Rita menggaet Refan? Rita yang binal karena pengaruh narkoba sabu, memperdaya Refan yang dilanda mabok martell.

“Sayang...., ah....ehmm,”Rita merintih lembut, menyambut desakan gusar yang meringsek di langit-langit goa kenikmatannya. Saat dada ranum Rita menggantung, Refan tak tahan untuk terus meremas dan kemudian mengulum ranumnya. Sejak malam beranjak sunyi, hingga pagi menepi, keduanya seakan tiada lelah mereguk nikmatnya, lagi dan lagi.

‘’Sweety, kita ganti posisi ya, aku mau kita di depan kaca itu. Aku sangat menikmati keindahanmu,’’pinta Refan meminta doggy style. Mahir memerankannya, Rita menyambut desakan tubuh Refan dengan lenguhan panjang, “Oh......, yeah...hmm, oh.., oh..., oh..,” yang memompa adrenalin Refan untuk mendorongnya terus dan terus seakan menembus batas.   

Unforgetable touch and desire, sentuhan dengan gairah yang tak terlupakan. Energi Rita meluap, bak kuda binal. Bagi Refan, Rita sanggup menservice-nya semalam suntuk hingga pagi menjelang dengan goyang Kerawang.  Service ranjang Rita, bikin Refan menggelinjang ketagihan. Rintihan nikmat Rita, bak air sejuk yang disiramkan di pusat dahaga Refan yang selama ini dilanda kekeringan panjang. Keduanya sama-sama menikmati hingga ke langit ketujuh. 

Seperti sihir, pilinan syahwat Rita membelai pria terpelajar itu di luar nalar. Dahaga panjang Refan dipicu pengaruh mabok Martell oplosan ekstasi tanpa sepengetahuannya. Rita mencampurkan ekstasi ke dalam sloki Martel yang disodorkannya malam itu.  Kadar hormon dopamin dan serotonin di otak Refan mencapai titik optimum lantaran rekayasa kimia oplosan bahan adiktif di dalam minuman beralkohol. 

Malam minggu menjadi ritual Refan beradu syahwat. Suguhan Rita dahsyat, melebihi pekerja malam lainnya yang berbekal susuk, bedak isian  dan ritual jampe. Rita menyuguhkan sajian coctail buah birahinya di bawah pengaruh narkoba sabu jenis madu yang membuatnya tampil prima dengan stamina steady semalaman sampai pagi.

Dia bukan pelayan short time. Dia dikenal di kalangan pelanggannya melayani bookingan LT (istilah di dunia prostitusi untuk service long time 6 hingga 8 jam) berhari-hari, dengan tipe pelanggan awet. Bahkan ia sanggup 18 jam LT sehari semalam non stop. Hanya istirahat tiga jam setelah efek ekstasi habis, ia akan melanjutkannya dengan nyabu. Rita juga menyuguhkan sabu kepada pelanggannya, membuat mereka lengket menginginkan lagi dan lagi. 

                                 ###

Sejak mengenal Rita, Refan tak lagi punya jadwal kencan malam minggu dengan tunangannya. Karena pasti ia lebih memilih kedok demi karir, menemani Jason atasannya. Refan memilih tawaran kencan yang lebih menggairahkan.

Olive mencoba memahami kesibukan tunangannya dengan mentoleransi jadwal kencannya yang tak kunjung terwujud. Meski janji-janji baru dilontarkan, dijadwalkan dan pembatalan selalu menjadi endingnya, Rita masih mentoleransi itu demi karir calon suaminya.

Pikirnya, jika karir suaminya menanjak, yang hidup enak pun, toh, dia juga. Meski berat hati dan terus memikirkannya bak teka-teki, kenapa gaya berpacaran dan komunikasi mereka tak lagi dekat dan sehat. Juga mengapa kesibukan Refan terus bertambah.

Meski galau  memuncak, Olive mencoba memakluminya. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, tunangan ilang kemudian.

“Hah? Enggak lah, Gus! Bisa-bisanya melesetin pepatah orang tua,’’Tukas Olive mematahkan candaan Tubagus, yang menggiringnya agar memupuk curiga. Mereka pernah dekat seperti sahabat, saat dahulu di masa kuliah, makanya Tubagus tak segan menasehati.

Tubagus mengingatkan ex sahabatnya ini, agar tetap waras meski telah menyandang status tunangan, mewaspadai kondisi-kondisi aneh yang tengah terjadi. Meski pura-pura cuek, hati kecil Olive sangat menghargai nasihat ex sahabatnya ini.

Terkadang ia berpikir, kenapa kekhawatirannya terbaca oleh  Tubagus. Sadar atau setengah sadar, Olive membenarkan semua candaan Tubagus. Mendekati hari pernikahannya, Olive galau. Kerenggangan hubungan sedang berlangsung. Namun, ia mengukur optimisme saat mengantongi status  'telah menjadi tunangan', di hari-hari mendekati pernikahan.

Menambah masa pengenalan setahun lagi setelah bertunangan, kelihatannya cukup. Sampai hari yang telah ditetapkan dan tidak ada pembatalan, Olive yakin itu artinya ia berjodoh dengan Refan.

Pernikahan Olive dan Refan, akhirnya berlangsung juga, tanggal 27, bulan April tahun berjalan. Sebuah pernikahan yang hambar. Dilakoni seolah karena keterpaksaan. Karena terlanjur bikin undangan. Kasihan kalau dibatalkan. Pasangan ideal yang sepadan. Atau bahkan orang tua rindu momongan. Itu sederet alasan yang diakui Olive mengalasi perhelatan pernikahan mereka.

Semoga ini bukan pernikahan sandiwara, seperti dibisikkan Tubagus saat menyalaminya sambil bercanda dalam pamitan para tamu undangan dan mempelai, Minggu lalu tanggal 27 di bulan April.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status