Share

bab V

Profesi Baru: Selamat Tinggal Kemiskinan

Permintaan penghormatan atas privasi itu di mata Rita telah terkompensasi oleh sekrauk perhiasan aneka rupa, pemberian Sang Arjuna Tampan, suami orang, Mas Refan. Ada batu svarovsky, emas putih batangan, berlian hitam, dan juga batu akik mustika berwarna orange, dengan isian dua jin putih. Yang terakhir ini, tetap ia perhitungkan, meski bukan Rita yang akan mengenakannya, melainkan bapak Rita di kampung. Biar anak berbakti sama bapak.

“Oh yang itu, Cece. Kata bapak, itu batu bertuah. Buat mengundang rejeki kekayaan dan asmara. Bapak aku yang mau pakai. Aku baru beli tadi, nanti nunggu Bapak mampir ke Jakarta, baru dikasiin,’’kata Rita kepada si bos, Melanie, di suatu sore pada kesempatan pertemuan berikutnya.

Sore itu, Rita membawa bosnya, Melanie ke apartemennya, di bilangan kota tua Batavia, Jakarta Utara. Rita memamerkan koleksi perhiasannya. Ortu Rita meyakini uang gampang itu bisa mengalir ke tengah keluarga berkat jimat akik bertuah berisi dua khodam jin. Salah satu khodam jin memberikan energi kuat untuk mendatangkan rejeki berlimpah bagi keluarga mereka. Sedangkan jin yang lainnya bekerja mengeluarkan energi pelet pengasihan keramat. Dalam hati,  Melanie bergumam rada bingung, “Yang pakai akik itu bapaknya, tapi yang kaya anaknya. Bisa begitu, ya..?”

Setelah berhasil tiga kali menerbangi Rie de Jenairo untuk ambil koper kosong dalam setengah tahun berselang, Rita mendapatkan job baru dari Melanie. ‘’Udah tahu, kan, kalau untungnya besar? Nah, yang ini ada lagi job, tapi bukan kamu yang berangkat. Cukup cari orang aja, kamu dapet komisinya. Per kepala, komisinya Rp 25 juta buat kamu,’’jelas Melanie mendetailkan job desk ke asistennya ini. Mulai dari rekruitmen kurir, memantau perjalanan mereka secara online, menyimpan  koper-koper itu kemudian menyerahkannya ke karyawan Melanie.

Rita masih merenungi pekerjaan yang baru dilakonnya tiga bulan terakhir, yang nama profesinya bermotto dan bertajuk Selamat Tinggal Kemiskinan ini. Detai job desk nya berupa naik turun pesawat, singgah di hotel beberapa hari, nunggu seseorang mengantarkan koper yang akan dibawanya kembali ke Indonesia. Setelah koper ada di tangannya, baru ia boleh kembali ke Indonesia. Sesederhana itu saja job desknya,  honornya enggak kira-kira. Kok bisa begitu, ya? Pikir Rita dalam hati. 

Namun diantara perkara sepele yang menyebut pekerjaannya itu sebagai pekerjaan sederhana, ia menemukan catatan pahit getir saat melakoninya, Ia menemukan satu pengalaman unik yang tak terlupakan. Pria bercambang lebat berkulit coklat yang ia yakini warga negara setempat yang menyerahkan koper untuknya di hotel kala ia berada di kota Rio de Jenairo. Dengan bahasa lokal Amerika Latin yang tak ia pahami kemudian diperjelasnya dengan bahasa isyarat, memintanya agar ia bersedia disetubuhi. Untungnya, ia menemukan ide menolak permintaan itu secara super halus, pura-pura bodoh dan pura-pura nggak paham.

Kendala kesulitan bahasa, justru menyelamatkan dia. Pria tinggi besar itu duduk di sofa hotel. Kemudian memintanya dengan bahasa isyarat agar duduk di pangkuannya. Permintaan itu ia tolak dengan bahasa non verbal menggelengkan kepala dan tangan tanda penolakan. Kemudian dengan sopan ia  menundukkan kepala dan badan 90 derajat seolah mengatakan anyong haseo ala orang Korea Selatan, atau arigato ghozaimasnya orang Jepang. Untung tamunya memahami bahasa kesopanan itu dan membalasnya  ‘’OK, OK’’.

Sekalipun ia pernah melakoni profesi pemikat suami-suami kesepian (PSK), dan melayani permintaan persetubuhan sebagai produk utama yang ia jual, ia sukses menolak permintaan pria Amerika latin itu. Ia menghormati kesepakatan pensiun dini. Refan menyanggupi uang pensiun tiap bulan, seumur hidup. Meski kesepakatan itu  hanya sebuah konvensi atau kesepakatan tak tertulis, ia menghormatinya seperti nota agreement kontrak kerja antara bawahan dan atasan.

‘’Ih, orang antar koper, kok berani-beraninya suruh aku duduk di pangkuannya.’’ Gumamnya mengingat peristiwa itu setengah senewen.

Pekerjaan selamat tinggal kemiskinan yang dilakoninya itu memang memberikan ruang rekreatif yang sangat besar berikut gaji yang juga besar, sesuai yang dijanjikan. Bayangkan, ia digaji besar US$4000 atau setara dengan Rp 50 juta hanya untuk naik pesawat, tidur di hotel, makan di restoran mewah dan menunggu orang mengantarkan koper untukya. Akomodasi transportasi yang diberikan juga bukan angkutan umum, minimal mobil limousine sewaan. Paling buruk ia naik taxi.

Buat Rita yang tak lulus SD, ia tak perlu mahir berbahasa Inggris untuk bisa terbang ke Brazil. Juga tak perlu menguasai bahasa itu untuk menjawab petugas imigrasi dan bea cukai di bandara internasional Galeao Antonio Carlos Jobim. Satu-satunya bahasa yang ia pakai hanya bahasa tubuh.

Ia begitu yakin dan percaya diri bahwa profesi bertajuk selamat tinggal kemiskinan ini dijamin OK setidaknya dari penghormatan yang ia terima di gate pemeriksaan imigrasi. Dia jauh dihargai oleh petugas imigrasi dibanding pemuda-pemudi asal Mumbai India yang mahir berbahasa inggris dengan kepala goyang-goyang acha acha acha. Mereka justru banyak di cas cis cus interogasi petugas imigrasi. Mereka dicurigai sebagai para calon imigran gelap yang masuk wilayah Brazil dengan visa turis.

Dari sekelumit pemahaman yang ia mengerti, rombongan muda-mudi asal mumbai India itu berpendidikan tinggi, bahkan ada yang berprofesi sebagai medical doctor alias dokter. Ia memahami itu dari statemen bahasa Inggris mereka yang hanya ia pahami sepotong- sepotong. ‘’Yunifersiti, yes, ayem doktor (pelafalan dari University, yes I am a doctor),’’ia coba mengenang. Dan pemuda yang satu lagi menyebut kata “Ayem menejer” (I am manager)  dan yang satu lagi menyebut kata ticer (teacher). Ia paham dengan kata ticher, yang artinya guru dan manajer yag menandakan bahwa mereka orang berpangkat tinggi di sebuah perusahaan, seperti Refan suaminya yang suami orang itu.

‘’Lah, orang-orang berpendidikan dan berpangkat tinggi malah diinterogasi, dipersulit dan dibikin rumit. Kenapa aku enggak? Pasti ada yang salah dengan dunia ini. Oh ini mungkin zaman akhir dunia mau kiamat. Orang pinter disangka bejat, orang bejat diperlakukan terhormat?’’lamunnya mengenang.

Ia beranggapan bahwa perjalannya dilancarkan Tuhan lantaran ia sangat berbakti kepada ibu bapaknya. Sebelum berangkat, ia mengantongi restu kedua orangtua. Ia mencuci kaki ibunya dan meminum air cucian kaki. Ruwat ia percayai sebagai kiat sukses memenangi hidup di perantauan, di negeri orang.

‘’Ikutin aja ajaran orang tua jaman dulu ya, Nok? Minum cucian air kaki ibu. Soalnya surga ada di bawah telapak kaki Emak. Biar hidup kamu mulia, jalan rejekimu dimudahkan, dan dilancarkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa,”Jelas Bu Mila dengan logat medok Cirebonan. Mama Rita meyakinkan anaknya, bahwa restu orang tua itu lebih dari cukup sebagai modal hidup sukses dan bahagia.

Kalau bawa barang berharga dan takut kecopetan atau dirampok, ia diajar oleh orang tuanya untuk menghafal doa  slaman slumun slamet. Ia tak perlu berguru kepada orang sakti belajar ilmu kesaktian merubah diri menjadi celeng saat berhadapan dengan siapapun yang berkemungkinan mengingini barang bawaannya. Ia tak perlu berguru ilmu kanuragan gelap ngampar  atau ilmu ngilang yang memampukannya, saat terdesak kepepet diamuk massa atau ditangkap aparat merubah wujud menjadi celeng (nama binatang : tupai).  Ia cukup merapal doa keselamatan berkalimat “ slaman slumun slamet, kethok ra kethok , kethok,  dhemit ora ndulit, setan ora doyan.” Yang artinya, pokoknya selamat, nampak tapi enggak kelihatan, dedhemit tidak akan menyentuh dan setan enggak akan doyan.  

Meski jaman now sudah dikenali bapak dan ibunya sebagai jaman edan ora eda ora keduman (artinya, jaman gila. Kalau enggak ikutan gila, enggak akan kebagian), ia memilih laku hidup di jalan konvensional, manusia pada umumnya, sakmadyo ora neko-neko, biasa aja enggak macam-macam, dan tidak melawan Tuhan. Menurut perasaannya, hidup yang selama ini ia lakoni, relatif bisa dibilang bersih dari sebutan melawan Tuhan. Jika ia saat ini ditiduri suami orang dan menjadi piaraan, ia terlalu percaya diri justru istri Refan yang layak dipersalahkan menghilangkan hak dan kesempatannya untuk menjadi seorang istri syah.   

Ada lagi, kisah unik yang melatari kesuksesannya melakoni profesi barunya ini. Ia lihai menggunakan bahasa ala kadarnya, saat ditanya petugas imigrasi, ia hanya menjawab dengan yes, no, anggukan, gelengan kepala, atau OK. Petugas imigrasipun memahami keterbatasan perempuan ini, dengan memaklumi sejumlah kondisi yang cukup mengkompasi perempan ini hingga dinyatakan tak perlu ditanya-tanyai. Perhiasan gelang emas, kalung mutiara, cincin berlian serta baju bermerek dan dandanan menor yang ia kenakan cukup membahasakan bahwa ‘’saya eligible untuk menerbangi Jakarta-Rio de Jenairo’’. Sebuah bahasa fashion yang merepresentasikan bahwa ia cukup mampu dan layak secara finansial menggunakan paspor turis ke Brazil. Petugas imigrasi akan mengerti bahwa ia bukan TKI ilegal.

Satu-satunya bahasa asing yang ia kuasai adalah bahasa Indonesia. Benar, menurutnya, bahasa Indonesia itu bahasa asing. Lantaran ia hanya familiar dengan bahasa ibu, yakni bahasa Sunda dan Jawa ngapak. Demikian juga dengan manner etika makan, bicara ataupun menggunakan fasilitas hotel dan restoran bintang lima juga tak ia pelajari.

Ia tak merasa canggung  saat orang-orang memandanginya aneh ketika makan di hotel bintang lima, makan dengan tangan terbuka. Menu ikan bakar yang disajikan, ia bahkan memilih menyuap makanan, bukan dengan sendok melainkan dengan tangan, bak petani sedang makan di tengah galengan (baca, tengah sawah). Masih bagus, menurutnya, ia tak mengangkat kakinya ke atas kursi seperti gaya makan abang-abang sopir bajaj di warteg.

Enam bulan lamanya ia telah sedikit banyak mempelajari etika makan standard lokal Jakarta di kalangan rekan seprofesi. Elegan jika makan dengan sendok. Makan dengan sumpit juga ia belajar keras meski nggak kunjung lihai. Ketika terdesak makan dengan tangan terbuka, ia disarankan teman-temannya agar makan tidak di tempat umum semacam restoran. ‘’Kalau makan pake tangan tanpa sendok, di kamar kosan kamu aja.’’ia mengenang cibiran temannya.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status