Share

Bab VII

Diskursus Uang Gampang,Tak Terbantahkan

Sepuluh perempuan telah diberangkatkan ke Malaysia, dan semuanya pulang dengan selamat. Rita membukukan pendapatan kotor uang komisian seminggu itu Rp 250 juta. Dibandingkan travelling sendiri menerbangi Rio de Jenairo-Jakarta, yang hanya Rp 50 juta dua bulan sekali, menurut Rita, mendingan yang ini, merekrut dan mengontrol perjalanan kurir. Iming-iming pekerjaan yang menjanjikan selamat tinggal kemiskinan itu akhirnya menjadi kenyataan. “Wah kalau aku terus jalani  pekerjaan ini, memang bener, Selamat Tinggal Kemiskinan....”gumam Rita dalam hati.

Semua dari kesepuluh kurir ini merasakan berkah uang gampang, kerja ringan gaji besar dengan bekerja di Ibu Rita, yang mengaku sebagai bos trader ekspor impor. Gaji Rp 15 juta hanya dua hari kerja, dibandingkan upah tukang jahit di garmen Rp 500.000 seminggu, buat Yati, perempuan berusia 20 tahun, terasa bedanya. Ia memakai hari liburnya untuk pekerjaan mengambil sampel barang ke Malaysia ini. Hidup Yati lebih makmur kini. Ia bisa beli mesin cuci untuk orang tuanya. Jika sebulan ia hanya bisa ambil pekerjaan ini dua kali, Yati ingin sekali menambah libur kerjanya di pabrik garmen. Bagaimanapun, menurutnya jarang-jarang menemukan pekerjaan dengan tawaran uang gampang lagi halal.

‘’Nggak harus tidur sama Om-Om, kan, Pak Lik (panggilan paman di kalangan orang jawa)? Gajinya lumayan. Yati kerja 7 bulan di pabrik garmen, baru dapet duit segitu. Ini mah, dua hari doang, dapet Rp 15 juta. Mana enggak capek, lagi. Cuman di hotel nungguin orang anter koper ke saya. Trus kitanya jadi perlente, turun naik pesawat,”jelas Yati kepada Anto, si Abang Kenek Metromini, yang adalah pamannya.

“Trus Bu Rita itu ramah dan perhatian banget, lho Pak Lik. Aku mau naik pesawat, dia telfon. Aku udah di hotel, dia sapa saya. Nanyain udah makan, belum. Trus kalau di jalan juga dia tanya, sudah sampai mana. Kayaknya, takut aku kesasar ya, Pak Lik? Terus, Yati dibeliin baju sama sepatu bagus, deh, di mall Pasaraya,’’ jelas Yati dengan nada tanya.

“Itu tandanya si Bos, orang baik lah, Dhek. Kan jarang-jarang lho, ada bos baik begitu? Adhek tahu kan rasanya cari uang selama ini? Enggak gampang, kan, buat punya uang Rp 500 ribu, harus kerja capek seminggu nggenjot mesin jahit.  Jadi, adhek juga jangan nyusahin Bu Rita. Biar adhek disuruh lagi,’’jelas Abang Anto.

Yati juga mempertanyakan jenis pekerjaan dengan honor besar itu. Kenapa di awal perekrutan diberitahu mengambil sampel barang. Ternyata setelah dilakoni, pekerjaan itu hanya berupa tukar koper. Ia harus mengosongkan koper yang ia bawa dari Jakarta ditukar dengan koper kiriman seseorang tak dikenal di Penang. Koper kiriman itu juga kosong. ‘’Oh, mungkin, sampel barangnya koper, ‘’ gumam Yati. Ada yang aneh, menurutnya. Meski ia menyimpannya dalam hati dalam diam.

Di benak Yati, Bos Rita memang tajir dan penuh perhatian. Sepertinya, Bos Rita adalah sosok atasan yang baik. Meyakinkan juga karea penampilan Bos Rita memang high class, dengan dandanan dan perhiasannya, juga jenis gadget yang dipakai.

Yati bertutur, di kampung ortunya juga ada orang kaya raya, tapi tak jelas pekerjaannya apa. Namanya Bu Retno. Masyarakat sekitarnya menyebut Bu Retno kaya akibat muja, (sebutan lain dari pesugihan). Masyarakat sekitar mewanti-wanti satu sama lain, agar jangan mau kerja di rumah Bu Retno yang selalu buka lowongan kerja asisten rumah tangga (ART). ART nya ganti terus. ART baru yang bekerja baru sebulan, selalu mati. Keramahan dan ketajiran Bu Retno terhadap semua ART nya baik memberi makanan maupun uang, ditandai masyarakat sekitar sebagai usaha yang mencari tumbal pesugihan. Merespon kebaikan orang seperti ini, sama juga cari mati.

‘’Pak Lik, ingat Bu Retno di Kampung, kan? Bu Retno juga baik, tajir, suka ngasih-ngasih. Bu Retno baik, kayak Bu Rita ini. Tapi bapak Yati bilang, Bu Retno itu baik karena ada pamrihnya, cari tumbal. Makanya, Yati dilarang keras sama Bapak, kerja jadi pembantu di rumah Bu Retno. Kata bapak, Jangan! Nanti kamu mati jadi tumbal pesugihan,’’tutur Yati.

Yati mengulang  pesan bapaknya, saat berpamitan hendak merantau ke Jakarta. Kata Bapak, Yati harus berhati-hati dengan orang yang baik, tajir dan royal suka ngasih-ngasih. Biasanya selalu ada embel-embel, ada pamrihnya. Apalagi di Jakarta, kebaikan orang biasanya pura-pura.

‘’Ya, mudah-mudahan. Bu Rita memang aslinya baik, Dhek,’’bela Anto, sang paman. Jawaban itu Anto kemukakan, meski dalam hati ia tidak yakin betul, apakah kebaikan Bu Rita yang memberinya uang Rp 3 juta, membelikannya celana jeans, kaos bermerek, serta topi tempo hari itu, sebuah bentuk terima kasih. Lantaran ia membawa tiga perempuan yang masih keluarganya bekerja untuk Bu Rita. Ataukah ada maksud lain dari itu semua.

Meski begitu, jujur di hati kecilnya, Anto juga bertanya-tanya atas kebaikan orang yang baru dua kali ketemu dengannya itu. Anto termasuk pribadi yang mempertanyakan asal-usul uang gampang, bak sebuah diskursus perdebatan ilmiah di bangku kuliah.  Namun sikapnya yang permisif akibat desakan perut lapar dan kemiskinan, memaksanya menganggap sepele kebaikan Bu Rita.

Diskursus uang gampang itu tak tersampaikan dalam diskusi yang dilontarkan ponakannya, si Yati. Meski si Yati telah memulai pembicaraan, namun Anto menghentikannya agar si Yati jangan suka berburuk sangka.  

                                                                        ###

Ketika profesi asisten bos ini dilakoni Rita menginjak bulan ke lima, Melanie memberanikan diri menceritakan apa sesungguhnya di balik barang-barang sampel yang dibawa para kurirnya dari Malaysia. ”Rita, sekarang aku mau berterus terang sama kamu. Nggak papa kalau misalkan setelah aku sampaikan ini semua, kamu berhenti dari pekerjaan ini,’’jelas Melanie bertutur mengawali pembicaraan dengan asistennya, pagi itu.

‘’Iya, Cece, silakan. Saya siap mendengar,’’kata Rita sembari merapikan celana panjang bertali pita di ujung pipa bawahnya, tersingkap gelang kaki emas putih.

‘’Ayo aku ajarin bagaimana membereskan barang-barang bawaan para kurir. Jadi, kamu aja yang buka packing, terus simpan di apartemen itu. Nanti sewa apartemennya jangan harian lagi, tapi tahunan, paham?’’jelas Melanie disambut belalak mata Rita keheranan. Keheranan Rita menyeruak saat mengingat honor sebagai perekrut kurir sangat besar US$2500 per kepala, masih ditambah lagi US$1000? Wah, ini namanya pekerjaan super wow.

Hari itu adalah peristiwa bersejarah bagi Rita. Pekerjaan yang selama ini dilakoninya dengan memberi upah berlipat ganda, ternyata mengelabuhi para kurir untuk membawa masuk narkoba ke Indonesia.

Melanie memperlihatkan demo membuka packing narkoba yang terkemas dalam koper kosong, sepatu high wedges, mainan anak, termos ikan, lukisan, laptop hingga buku dongeng bergambar.

‘’Wah, saya baru tahu sekarang. Kenapa nggak kemarin-kemarin dikasih tahu sih, Cece? Kan saya juga doyan banget sabu. Bisa ikut pakau gratis, kan?’’Celetuk Rita meyakinkan bosnya, bahwa ia sangat menyukai pekerjaan itu, sekalipun kini diberitahu keasliannya, apa sesungguhnya.   Ia merasakan benefit plus dari pekerjaan ini. Ia bisa mendapatkan barang yang biasa ia konsumsi bersama Refan, secara gratis.

Melanie mewanti-wanti Rita agar mengamati perilaku dan sikap para kurirnya. Jika ada yang mulai kritis banyak tanya, dan mulai manipulatif meminta upah lebih, sebaiknya ia memecatnya.

‘’Kalau mecat orang juga harus pura-pura, ya. Misalnya, usaha trading kamu terhenti entah sampai kapan, jadi tidak bisa kirim orang ambil sampel lagi. Kan kemarin ngerekrut karyawannya pura-pura. Mecatnya juga pakai alasan pura-pura juga. Supaya tidak ada yang sakit hati sama kita,’’pinta Melanie.

Melanie merasakan untung besar mengangkat asisten seseorang yang sangat wellcome dengan bisnis berkedok yang ia jalankan. Serasa ia menemukan team work yang kuat. Ia merasa tak sia-sia membangun trust pada asistennya ini. Berharap, mempekerjakan Melanie akan menjadi kontrak jangka panjang tahunan hingga di masa-masa mendatang.     

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status