Share

Bab VIII

Lihai Penuh Siasat

Pernikahan Refan Vs Olive baru seumur jagung. Olive melontarkan kalimat pembuka membahas keanehan rumah tangganya. Suatu siang, ia curhat ke Tubagus. Di kalimat itu ada embel-embel versus di tengah nama mereka, bukannya ‘dan’.  Versus artinya melawan. Seperti siaran kejuaraan tinju kelas berat Evander Holyfield Vs Mike Tyson. Pernikahan Refan melawan Olive.

Pernikahan seumur jagung, sudah tidak ada kebersamaan dan  kesehatian. Aroma pernikahan mereka penuh keanehan,  bak masakan tanpa garam, suami tapi seperti orang lain bahkan orang asing, istri tapi serasa bukan.  Menyisakan sebuah teka-teki besar dari sebuah kontradiksi. Bak teori psikoanalisa Sigmund Freud, kesadaran Olive akan keanehan dalam rumah tangganya ini, muncul ke permukaan seperti fenomena gunung es di tengah samudera. Kesadaran muncul hanya setitik nyembul.

Topik curcol mengambil kalimat pembukaan dengan kata hubung Versus itu, ditolak mentah-mentah Tubagus. ‘’Jangan sembarangan ngomong, terlalu dini’’kata jomblo kawakan itu sambil merapikan rambut  ikalnya yang mulai gondrong. Padahal, di benak Olive, ia ingin membahas pernikahannya bak isian teka teki silang.

Di bulan pertama pernikahannya ada isian empat huruf ke kanan. Lalu bulan kedua ada enam huruf ke bawah. Di bulan ketiga, ada sembilan huruf ke kiri. “Bulan pertama itu: a-n-e-h, bulan kedua itu h-a-m-b-a-r dan bulan ketiga apa ya? Apa s-e-l-i-n-g-k-u-h?’’tebak Bagus iseng-iseng sambil menyeruput kopi hitam, tawa mengembang di bibir tebalnya akibat tebakan tepat sasaran,  tersungging di antara lesung pipitnya .

Meski ada bingung di hati Olive, ia merasa belum cukup waktu untuk mengambil kesimpulan. Takut disebut gegabah dan terlalu dini nuduh suaminya yang bukan-bukan. Sebab di sisi lain, orang tuanya yang tinggal di Semarang mendapatkan benefit dari apa yang disebut mantu tajir. Refan mengucurkan dana yang bisa dibilang besar. Modal usaha peternakan ayam, dua unit truk pengangkut panen ayam negeri memasok ke pasar-pasar, satu unit mobil Toyota SUV Raize, juga biaya renovasi rumah. Oh masih ada lagi. Koleksi ayam bekisar ayah Olive bertambah, tiga pasang. Itu semua nilainya hampir mendekati Rp 1 miliar.

Gaji Olive dari kantor sebenarnya cukup untuk mengirimi uang orang tuanya. Namun, ia belum bisa memberikan modal usaha ataupun membelikan truk  untuk melengkapi usaha peternakan ayam milik orang tuanya. Uang gampang, memang ia akui jadi nilai plus pernikahannya.

Setelah menimbang minus dan plus pernikahannya,  Ia akhirnya memilih fokus memimpin salah satu divisi  anak perusahaan  BUMN oil&gas di unit penjualan gas bumi, PT Perwagas. Persaingan tender yang ketat dengan perusahaan asing, memenuhi pikirannya.

Ia memiliki beban memperjuangkan perusahaan BUMN tempat ia bekerja agar berjaya di negeri sendiri, baik di proyek on shore maupun off shore. Seolah seperti ia juga tengah memperjuangkan nasibnya agar memenangi hati suami di kehidupan rumah tangganya. Oh, betapa nelangsa.

Ia diombang-ambing perasaan gulana ketika suaminya seperti orang lain baginya. “Kontradiktif, aku ini sebenarnya istri atau bukan,’’kalimat itu mengakhiri lamunannya pagi itu, saat ia memandangi panorama sepinya jalanan kawasan Sudirman Central Business Distric/SCBD belakang Komdag, pukul 06.00 awal pekan.

Ia sengaja beragkat pagi-pagi, lantaran suaminya tidak ada di rumah, di akhir pekan. Meski niatnya datang pagi-pagi untuk mempelajari materi meeting proyek kantornya sekaligus materi meeting awal pekan, gusar hati mengusiknya lagi.     

Peruntungannya di kantor bertolak belakang dengan rumah tangganya. Penghargaan demi penghargaan ia peroleh dari pimpinan yang mengatakan ia mampu memimpin unit kerja dan memperjuangkan kepentingan perusahaan secara utuh. Ia bahkan dipercaya menjadi manager on site sebuah proyek kecil off shore (lepas pantai) di perairan Pulau Bintan. Masih ada kerjasama dengan perusahaan tempat suaminya bekerja. 

Buat dia, ini sebuah reward, jadi bukan sekedar kepercayaan. Betapapun masih banyak yang masa kerja lebih lama dan backgroud pendidikan lebih tinggi, mereka tak mendapatkan kesempatan itu.

Karirnya meroket mengkompensasi pernikahan hambar yang ia lakoni. ‘’Ah, semoga ini cuman perasaanku aja. Udah, lah, Gus, jangan racuni aku lagi. Biar, aku patuh sama suami, Gus. Ikutin nasihat ayahku. Ya..., filosofi pernikahan dalam budaya Jawa buat seorang istri. Suwargo nunut, neroko katut. Ke surga numpang, ke neraka karena kebawa-bawa,’’kata Olive melontarkan kalimat pembelaan buat pernikahan sandiwara.

‘’Oh....Nah itu sama aja dengan pemikiran ipar aku, kan, orang jawa juga. Biarin suami ngelayap kemana-mana, yang penting botolnya pulang,”canda Tubagus dibalas tawa mereka berdua. “Take it easy, ya, Non...’’jelas Tubagus menepuk bahu Olive, berpamitan meninggalkan ruangan Olive membawa berkas yang telah ditandatangani. Tubagus juga datang ke kantor pagi-pagi untuk maksud yang sama, mempersiapkan materi meeting.

Jika Olive sering ke luar pulau, Refan jadi jarang pulang. Lebih-lebih di setiap weekend, pasti nggak pernah mampir ke rumah ibunya di Pondok Indah. Informasi penting ini ia peroleh dari sumber terpercaya, mama si Refan, yang kerap mengetuk apartemen anaknya di hari sabtu untuk mengantarkan makanan, lantaran mantunya dinas ke luar pulau.

                                                            ###

Seminggu ini Olive ada di Jakarta. Ia menuntut kebersamaam dengan suaminya selama akhir pekan, “Yuk kita ke Bandung, Say, ngadem?”pinta Olive. 

Refan mengeluarkan siasat mengiyakan permintaan itu, namun menego agar pindah hari di kamis malam. Tentu Olive menolak, lantaran ia gila kerja, menghindari sebisa mungkin cuti yang tidak perlu. Sedangkan di jumat sore hingga Minggu, Refan berdalih ada workshop dan meeting di luar kota. Padahal, sejatinya Refan sedang nggak enak hati meninggalkan simpanannya yang tengah hamil muda. suka rewel uring-uringan, mual muntah dan meriyang-merindukan kasih sayang.

Meski tak bermaksud menuntut, kondisi kehamilannya yang banyak ngidam  dan muntah, memaksa Refan panik. Bagaimanapun, ia selalu ingin menengok simpanannya ini di jam makan siang. Jakarta kota Batavia itu kejauhan, maka Refan memindahkan Rita ke sebuah apartemen di Semanggi. Sebenarnya, bukan semata-mata buat bobo-bobo siang, tapi juga buat nengok si bakal jabang bayi. Sebab, jika terus-terusan absen tiap jumat malam sampai senin pagi dini hari, ia sangat takut, kedok ‘demi karirnya’ akan kecium istri.

“Biar Mas gampang nengok kamu di jam makan siang. Sekalian bobo siang ya, Sweety. Supaya bayi kita jangan kurang bapak,’’tutur Refan lirih ketika mendaratkan kecupan-kecupan hot di bibir dan telinga Rita, memulai sesi foreply

Meski hamil muda, Rita masih memakai sabu. Resep stamina kuat di atas ranjang ala profesi lamanya dulu, tak bisa ia tinggalkan. Jadi, meski hamil, Rita tetap nyabu. Buat Rita, Refan lebih penting dibanding si jabang bayi. Terlebih lagi saat mengetahui Refan baru menikah, ia makin termotivasi merebut hati Refan agar lebih memilihnya dibanding istrinya.

Di hati kecil Rita ada dendam, merasa ia lebih berhak untuk menjadi istri Refan. Ia berprasangka bahwa justru istri Refan-lah yang merebut Refan darinya. Perasaan itu makin kuat terobsesi sejak ia melepaskan profesi lamanya sebagai penari stritease merangkap PSK, pemikat suami kesepian.

Meski perutnya membuncit lantaran kehamilannya 6 bulan, Rita tetap hot di ranjang. Ia percaya diri lantaran pasangannya itu juga merasakan kehangatan dan kepuasaan yang tak beda dibanding saat ia belum hamil. Tubuh Rita tetap kurus, dan berat badannya tak bertambah sejak kehamilan bulan keempat. Tubuh kurus berenergi saat goyang Karawang dengan sekian variasi posisi itu ia dapatkan berkat  nyabu. Sabu membuatnya tak kehilangan kelincahan dan sensasi erotis mengimbangi Refan yang kehausan. Betapapun, pengalamannya bekerja menjadi penari striptease masih membekas di tiap sesi foreplay, membuat Refan kian tak sabaran menanti dahsyatnya kedalaman tubuh Rita yang paling memuaskan. 

Kini, Refan tak lagi meminta izin Olive absen di akhir pekan. Hampir setiap pagi  terpuaskan menikmati sarapan nikmat dengan menu desah lenguhan yang memecah kesunyian pagi. Pamitnya ke Olive, berangkat pagi-pagi, ada materi meeting yang perlu dipersiapkan.

Ia berangkat jam 6, tak langsung ke kantor. Karena sarapan pagi harus ia nikmati di rumah simpanannya, berjarak lima menit dengan mengendarai mobil. Menu tiap pagi yang Rita hidangkan hampir selalu suguhan ice cream banana split, jilatannya makin hot dan menggigit.

Sedangkan di jam makan siang, selalu disuguhkan menu berbeda. Selalu baru, penuh variasi. Telur kocok yang membangkitkan hasrat kejantanannya. ‘’Ah......, sweety,’’ Refan menahan kenikmatan yang memuncak agar tak cepat klimaks.

Ia merasa tak cukup dengan hanya appetizer. Ia mau satu paket makan siang lengkap, berisi beberapa babak sajian. Dari appetizer, menu utama hingga dessert. Apalagi tangan Rita terampil dalam menyajikan menu ini, bak koki kawakan. Sekali sentuh ditambah jepitan buah ranum, lezatnya bikin Refan menggelinjang terbang. Bikin Refan mau lagi dan lagi.

“Sweety, Mas jadi kangen kamu terus,’’kata Refan lirih saat menikmati pilinan buah ranum Rita. Menu itu di hidangkan dengan membubuhkan topping gel lubricant yang lembutnya bak mayonaise Thousand Island. Suguhan telur kocok siang itu makin hot di usia kehamilan Rita yang kian bertambah, buahnya kian besar, ranum dan segar.

Untuk menu utama disajikan sosis tumbuk, yang ia nikmati tumbukannya di atas cobek kayu besar, bukan di alu batu. Pinggang Rita meski mulai kurang ramping lantaran hamil 4 bulan, masih cukup lincah  menggoyang Karawang ulekan di atas cobek kayu, menumbuk sosis turun naik hingga lumat. Mewakili sensasi  woman on top, disajikan sepaket dengan appetizernya, kuncup buah merah merona makin segar saat dikulum.      

                    ###

Saat kehamilan meginjak bulan kedelapan, pemeriksaan USG menyatakan posisi bayi dan rahim Rita miring ke perut sebelah kiri, mlintir. Karena efek pemakaian narkoba sabu. Rita masih kuat nyabu dan kemudian tidak tidur tiga hari tiga malam. Jika itu kepergok Refan, maka Refan akan menyekoki Rita dengn pil Happy five.

“Kalau lagi hamil tua harus cukup tidur, Sweety. Kasihan baby kita,”jelas Refan.  Dengan pil H5 itu, Rita langsung tertidur meski baru beberapa menit meminumnya usai melayani makan siang penuh gairah. Pasangan ini memang berselera sama, sama-sama hot dan nakal.  

Saat Refan kembali ke kantor usai menikmati bobo-bobo siang, Rita pecah ketuban. “Pak, tolong ke unit A21BJ, saya mau lahiran,’’pinta Rita menghubungi security melalui telepon intercom. Satpam melarikannya ke rumah sakit terdekat.

                                            

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status