Diskursus Asal Usul Uang Gampang
Kencan dengan Rita memang jauh beda dengan mengencani Olive. Kencan dengan Olive membedakan rupa, sensasi dan rasa. Packingannya sopan, alim, menjaga kesucian dan satu hal pasti, agak ‘dingin’, sedingin es. Refan bisa tampil alim di hadapan Olive. Meski sesungguhnya ia cukup nakal saat dilayani Rita. Di alam bawah sadar Refan, ia menyukai sosok binal yang mampu mengimbanginya mengarungi bahtera asmara.
Rita bukan perempuan matre, itu nilai plusnya. Setidaknya ia cukup waktu menyimpulkan, dari enam bulan berselang tiap sabtu malam. Ketika menikmati suguhan cinta Rita. Sekalipun Rita bekerja di dunia malam, Refan melihat Rita berbeda dengan cewek-cewek lain. Rita bukan tukang porot. Namun, ia mengakui Rita memang tipe perempuan pemburu uang gampang.
Malam itu, Refan memintanya berhenti dari pekerjaannya. Namun, buat Rita jenis pekerjaan yang baru setahunan dilakoninya ini mutlak, tak boleh diganggu gugat. Bahwa untuk hidup enak memang hanya bisa diperoleh dengan meregang urat kemaluan. Ketika tawaran dan saran agar Rita berhenti dari profesinya itu berubah kesan menjadi sebuah ultimatum, Rita mulai menimbang-nimbang pro kontra tawaran itu.
Sebuah diskursus teori kemakmuran yang diyakininya turun temurun dari nenek moyang, bahwa hidup makmur mulia paling gampang hanya dari selangkangan, melayang-layang memenuhi pikirannya. Seperti suara tawon mengelilingi kepalanya, ultimatum Refan menyengatnya. Filosofi hidupnya menemukan titik runtuh hari itu. Jujur, ia tak ingin kehilangan jaminan kemakmuran dengan melepas profesi yang dimatanya sangat menjanjikan. Maka ia mengajukan pertanyaan kasar yang dikemasnya sesopan mungkin.
“Terus, aku makan apa, Mas? Lagian udah biasa kerja malem, kok, disuruh banting setir jadi perempuan rumahan. Nanti, lah, aku pikirin. Kasih aku waktu, ya Mas,”Jawab Rita dengan sangat sopan berusaha menegosasi tawaran pelanggan setianya ini.
Permintaan Refan menyisakan perenungan panjang di benak Rita, malam itu. Panjangnya melebihi jam-jam panjang kenikmatan terpanjang yang pernah mereka lalui bersama. Hanya karena ada sedikit cinta di hati Rita, akhirnya seminggu kemudian, di malam ritual birahi mereka berdua. Rita menyerah kalah, tak mampu menolak permintaan fans ranjangnya ini. Refan terobsesi, tak ingin simpanannya itu dinikmati pria lain, apapun dalihnya. Wow, semula hanya fans, lalu berubah jadi posesif.
Atas nama cinta, akhirnya Rita memutuskan. Keputusan bulatnya ia kemukakan malam itu sebelum ia tenggelam dalam kubang kenikmatan. Karena ada cinta di hati untuk Mas Refan, akhirnya Rita mengiyakan ultimatum itu, pensiun dari dunia malam. Namun, Rita memilih tetap tampil elegan secara moral bak perempuan yang mandiri secara finansial, steady di jalur bukan tipe wanita perongrong, tapi dengan sebuah kompensasi. Ia menerima tawaran kerja dari Melanie, seorang PR di tempat kerjanya yang mendadak pensiun dan menghilang dari peredaran.
###
Suatu siang, Melanie menelfon Rita mengajaknya ketemuan di sebuah restoran wagyu di bilangan Plaza Indonesia.
“Kamu tahu nggak, Rita. Dapet uang besar itu nggak kudu ngeregang selangkangan. Kalau kamu mau tahu banget pekerjaan macam apa itu, ini kerja halal yang menghasilkan uang, lebih dari cukup. Dan tentu lebih mulia dari pekerjaan kita dulu,”Jelas Melanie memulai promosinya menawarkan pekerjaan.
Ia menceritakan kisah suksesnya punya pacar baru sangat tajir. Pekerjaan itu dikelola oleh pacar barunya. Tawaran itu dituturkan Melanie setelah bercerita panjang lebar tentang pacarnya, pria kulit hitam yang mengaku berkewarganegaraan Mexico, berkenalan dengannya dan menyodorkan kartu nama tertulis profesi pekerja sosial di sebuah lembaga internasional.
"Oww.. Pekerjaan dari lembaga internasional, "pikir Rita.
Meski agak penasaran, Rita menahan keingintahuannya tentang jenis pekerjaan yang ditawarkan mantan rekan kerjanya itu. “Boleh, lah, Cece (panggilan hormat untuk kakak di kalangan Chinese), aku cobain,’’jawab Rita.
Esok pagi, Melanie mengantar Rita ke kantor imigrasi di bilangan Lebak Bulus, Jakarta. Melanie mengecek kelengkapan berkas Rita, agar bisa diajukan permohonan bikin paspor. Ada foto, akte kelahiran, KTP, kartu keluarga, juga ijazah sekolah. Melanie juga mentraining Rita agar menjawab alasan pembuatan paspor itu secara elegan.
“Bilang, mau ke Brazil, meninjau sentra produksi etanol, ya? Karena ada rencana bikin pabrik etanol juga, gitu. Kan, kamu punya sawah yang ditanam tebu di kampung. Etanol sekarang jadi lahan bisnis baru,’’tukas Melanie berusaha mengajarkan trik lolos wawancara di hadapan petugas imigrasi.
PR yang kini beralih profesi menjadi mami di balik layar (germo terselubung) ini, menunjukkan segepok berkas pengajuan paspor para calon pekerja yang ia rekrut. Melanie memastikan mereka semua pensiun dari PSK (pekerjaan seputar kemaluan) yang ia sebut dengan istilah lain pekerjaan seputar selangkangan atau PSS. Mengadu nasib dengan peruntungan yang bukan main. Bahwa uang gampang tak selalu harus mengalir dari selangkangan.
Jika hanya selangkangan yang ia andalkan, mungkin ia akan menuai penyakit di masa depan, seolah tegas ia berusaha meyakinkan Rita. ‘Hey, jangan terlena dengan pekerjaan itu. Nanti tambah umur juga banyak saingan. Terus, belum lagi risiko penyakitan!’’jelas Melanie agak melengking.
Benak Rita girang bukan main mendengar promosi Melanie yang kedengarannya makin lama makin mirip tukang jamu. Dijamin OK, dijamin makmur, dijamin happy, itu selalu jadi embel-embel buntut promosinya. Ada kadar bangga di hatinya, lantaran tergiur tawaran itu. Katanya, ia tak perlu keluar biaya sepeserpun. Semua biaya akan ditanggung si Bos. Begitu kembali ke Indonesia, gaji akan cair US$4000, setara dengan Rp 50 juta.
“Dari biaya akomodasi yang aku siapkan aja, udah ada untung, loh. Ya, cukup lah, kalau buat renovasi dapur rumah orang tua kamu. Biaya akomodasi PP kamu aku siapin US$3000, itu buat kalau ada keperluan ekstra. Kalau tiket pesawat dan booking hotel, semua udah aku siapin,’’kata Melanie menambahkan. Wah, untung berapa sih, ya, bikin Rita penasaran ingin segera menjajal peruntungannya.
Benar, setelah Rita mengantongi paspor hijau, ia segera mendapat peluang merubah nasib dengan pekerjaan baru bertajuk ‘Selamat Tinggal Kemiskinan’. Menyemangatinya untuk ‘caio’ semangat terus di sepanjang jalan tol panjang menuju bandara. Rita menerbangi Jakarta-Rio de Jenairo hampir tiga kali dalam setengah tahun ini. Menjadikan sosok Rita tampil mandiri secara finansial di hadapan Refan. Bikin Refan makin cinta.
Ternyata cinta tak selalu harus dengan imbalan harta, cinta sejati rupanya. Mungkin nasihat orang tua, benar adanya. Rita juga bukan tipe penuntut. Jika permintaan kencan Refan makin sering dan uang nafkah yang ia terima kadarnya sama, perempuan desa ini terima apa adanya.
Ada hal lain yang juga disuka oleh Refan. Rita tidak menuntut dinikahi. Wah, itu tipe easy going banget, sejalan dengan program pengendalian hama dan penyakit keuangan. Mengingat acapkali simpanan menuntut naik status jadi istri semi syah, biasanya ada embel-embel jaminan kemakmuran yang setara dengan istri terang-terangan. Kenapa kok Papa enggak beliin aku ini itu, seperti istri Papa – itu kalimat tuntutan yang dikenali oleh pria-pria yang punya piaraan.
Apalagi jika punya anak, tuntutan akan merambah lagi ke status akte kelahiran, dengan ancaman harus mengakui sebagai keturunan syah. Bikinkan aku surat nikah ganda, tanpa persetujuan istri pertama. Eh, kok lama-lama kayak kunci rumah atau kunci mobil, harus ada serepnya. Padahal sebenarnya yang digandakan bukan kuncinya, justru malah rumah kuncinya. Biar kalau bosen dengan yang ini, bisa lebih nikmat dengan yang ono.
Rita teringat obrolan pria-pria pekerja kasar di warteg pinggir jalan. ‘’Hidup itu perlu variasi,’’ kata sopir taxi.
‘’Itu bukan pendapat kami para supir, orang-orang dengan profesi yang distigmai beranimo kurang alias minus, S-U-P-I-R, ada susu mampir. Bukan. Ternyata hampir semua pria memiliki motto hidup yang sama. Hidup perlu variasi.’’
‘’Lah! Yang perlu variasi sebenarnya apanya, Bang? Terus yang disebut hidup itu mananya? Apanya yang hidup?’’Protes ibu pelayan warteg ikut nyamber.
Pertanyaan Ibu pelayan warteg itu disambut gelegar tawa seisi warung, para pembeli yang seluruhnya pria.
Ketika Rita memikirkan topik obrolan seputar hidup perlu variasi, ia merasa paling paham. Karena ia berkecimpung saban hari dengan kepuasan pria. Standard kenikmatan pria memang menuntut variasi. Setidaknya itu yang ia pelajari dari pelajaran hidup menjadi penjaja cinta di satu tahun terakhir sebelum melakoni profesi Selamat Tinggal Kemiskinan ini.
Ia sadar siapa dirinya. Apalagi dari segi bibit, ia bukan dari latar belakang keluarga selevel keluarga Refan, yang orang tuanya pensiunan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Rita merasa naik derajat, meski hanya menyandang status simpanan. Tak apalah, yang penting ia kecukupan dari tataran basic need nya Abraham Maslow, sandang, pangan, papan.
Refan mampu menaikkan level kepuasan hidup Rita, lantaran Rita juga memuaskannya di ranjang tiap malam minggu. Take and give. Refan membiayai sewa apartement Rita yang dibayar tahunan. Rumah tipe 45 di bilangan Cibubur juga dibeli cash keras oleh Refan. Belum lagi mobil honda jazz meski bukan baru. Semua kepemilikan surat-suratnya atas nama Rita. Meski uang nafkah pernah tiba-tiba menyusut sejak Refan mengabarkan hendak dijodohkan orang tuanya, Rita masih menghormati satu permintaan Refan.
“Tolong hargai privaciku. Bagaimanapun aku sudah beristri sejak hari ini,” pinta Refan di suatu hari, sejak April sebulan lalu.
Profesi Baru: Selamat Tinggal KemiskinanPermintaan penghormatan atas privasi itu di mata Rita telah terkompensasi oleh sekrauk perhiasan aneka rupa, pemberian Sang Arjuna Tampan, suami orang, Mas Refan. Ada batu svarovsky, emas putih batangan, berlian hitam, dan juga batu akik mustika berwarna orange, dengan isian dua jin putih. Yang terakhir ini, tetap ia perhitungkan, meski bukan Rita yang akan mengenakannya, melainkan bapak Rita di kampung. Biar anak berbakti sama bapak.“Oh yang itu, Cece. Kata bapak, itu batu bertuah. Buat mengundang rejeki kekayaan dan asmara. Bapak aku yang mau pakai. Aku baru beli tadi, nanti nunggu Bapak mampir ke Jakarta, baru dikasiin,’’kata Rita kepada si bos, Melanie, di suatu sore pada kesempatan pertemuan berikutnya.Sore itu, Rita membawa bosnya, Melanie ke apartemennya, di bilangan kota tua Batavia, Jakarta Utara. Rita memamerkan koleksi perhiasannya. Ortu Rita meyakini uang gampang itu bisa m
Promosi Jabatan Merasa telah pensiun dini dari profesinya sebagai PSK dan tidak lagi kelayapan di diskotek, Rita memikirkan cara merekrut pekerja malam. Job desknya travelling menerbangi rute Jakarta – Penang atau Jakarta –Johor Bahru- Malaysia. Berangkat naik pesawat, pulang lewat laut dengan rute berbeda, naik kapal feri via Penang Port menyeberangi selat selama dua jam. Begitu sampai di Pelabuhan Sri Junjungan Dumai, lanjut jalan darat dengan mobil travel menuju Pekanbaru yang akan ditempuh delapan jam. Bermalam semalam di Pekanbaru, paginya kemudian lanjut dengan pesawat ke Jakarta. Untuk rute Jakarta-Johor Bahru, berangkat naik pesawat ke Batam, menyeberangi selat naik feri dua jam dari Batam Center sampai ke Port Klang-Stulang Laut Johor Bahru. Pulangnya, lewat jalur yang sama.“Cece, berangkatnya naik pesawat. Jakarta - KL, lanjut KL-Penang. Kok pulangnya kenapa harus susah-susah lew
Diskursus Uang Gampang,Tak TerbantahkanSepuluh perempuan telah diberangkatkan ke Malaysia, dan semuanya pulang dengan selamat. Rita membukukan pendapatan kotor uang komisian seminggu itu Rp 250 juta. Dibandingkan travelling sendiri menerbangi Rio de Jenairo-Jakarta, yang hanya Rp 50 juta dua bulan sekali, menurut Rita, mendingan yang ini, merekrut dan mengontrol perjalanan kurir. Iming-iming pekerjaan yang menjanjikan selamat tinggal kemiskinan itu akhirnya menjadi kenyataan. “Wah kalau aku terus jalani pekerjaan ini, memang bener, Selamat Tinggal Kemiskinan....”gumam Rita dalam hati.Semua dari kesepuluh kurir ini merasakan berkah uang gampang, kerja ringan gaji besar dengan bekerja di Ibu Rita, yang mengaku sebagai bos trader ekspor impor. Gaji Rp 15 juta hanya dua hari kerja, dibandingkan upah tukang jahit di garmen Rp 500.000 seminggu, buat Yati, perempuan berusia 20 tahun, terasa bedanya. Ia memakai hari liburnya u
Lihai Penuh SiasatPernikahan Refan Vs Olive baru seumur jagung. Olive melontarkan kalimat pembuka membahas keanehan rumah tangganya. Suatu siang, ia curhat ke Tubagus. Di kalimat itu ada embel-embel versus di tengah nama mereka, bukannya ‘dan’. Versus artinya melawan. Seperti siaran kejuaraan tinju kelas berat Evander Holyfield Vs Mike Tyson. Pernikahan Refan melawan Olive.Pernikahan seumur jagung, sudah tidak ada kebersamaan dan kesehatian. Aroma pernikahan mereka penuh keanehan, bak masakan tanpa garam, suami tapi seperti orang lain bahkan orang asing, istri tapi serasa bukan. Menyisakan sebuah teka-teki besar dari sebuah kontradiksi. Bak teori psikoanalisa Sigmund Freud, kesadaran Olive akan keanehan dalam rumah tangganya ini, muncul ke permukaan seperti fenomena gunung es di tengah samudera. Kesadaran muncul hanya setitik nyembul.Topik curcol mengambil kalimat pembukaan dengan kata hubung
Teka-Teki Yang TerkuakOlive membaca gelagat aneh suaminya, saat menghadiri joint meeting kedua perusahaan tempat mereka bekerja, di kantor Olive. Refan terlihat gusar, siang itu. Sebentar-sebentar mengechek ponselnya, dilakukan Refan saat tengah mempresentasikan paparan inisialisasi proyek bersama ini.Refan menjelaskan kontribusi perusahaan PT Osfon dalam perencanaan awal proyek ini, memaparkan komposisi sumber daya manusia, alat-alat, metode serta hal teknis lainnya. Tiba-tiba Refan meminta izin kepada pimpinan rapat untuk meninggalkan ruangan karena keperluan mendadak. Padahal, semestinya ia yang menempati posisi strategis dalam proyek bersama itu, tak boleh meninggalkan tahapan penting pendiskusian draft perencanaan proyek.“Untuk penjelasan lebih lanjut dari perusahaan saya, akan dijelaskan oleh Bapak Rudy, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis, sebagai divisi langsung yang ikut bertanggung jawab atas kelancaran proy
Puzzle Siluet PerselingkuhanPagi itu, Olive tiba di kantor. Dengan sasaran utama segera menuju ruang kerja Tubagus. Ia bermaksud menunjukkan rekaman audio visual suaminya bersama perempuan yang diduga kuat adalah simpanannya, membawa bayi baru lahir pasca melahirkan di RS Jakarta. “”Suamiku diambil kuntilanak, Gus......’’ jerit Olive lirih seraya menangis.Saat membuka laptopnya, Bagus menyergah. “Bener, kan, apa kataku dulu?” Tiga rekaman video pendek-pendek dengan durasi total 15 menit itu membeberkan, betapa benar pria yang menikahinya hanya memerankan skenario pernikahan sandiwara.“Trus, mau difollow up lagi?”tanya Bagus. Olive mengungkapkan rasa penasarannya mengungkap identitas perempuan yang melahirkan bayi dari suaminya ini. “Gus, kamu kan ahli IT yang pakar di software. Bisa tolong retas email pribadi Refan? Siapa tahu dari situ aku bisa ambil kesimpulan identitas dia, siapa
Konsultasi Penasihat Kekacauan RanjangSetelah menunggu keluarnya hasil investigasi team agen paparazzi selama dua pekan, para paparazzi melaporkan bahwa kuntilanak itu telah resign dari tempat kerjanya sejak enam bulan lalu. Refan masih bertandang ke club itu, hanya mengantar atasannya, seorang pria bule. Tidak ada aroma perselingkuhan atau kedekatan dengan perempuan lain di club itu. Pasangan selingkuh Refan juga tidak pernah lagi mangkal di diskotek bekas tempat kerjanya. Kini Olive bingung, upaya menggali lebih jauh sepak terjang kuntilanak itupun mentok.Sedangkan menyerahkan nomer kontak WA dan HP suaminya ke polisi, kata Bagus, itu berisiko. ’Itu sama halnya, membeberkan hal-hal pribadi, termasuk sepak terjang suami kamu ke polisi. Apa kamu nggak takut, kamu bisa kebawa-bawa juga? Pertimbangkan baik-baik, Non,’’Kata Bagus menasehati.Meski telah diwanti-wanti, Olive merasa enggak paham juga. Bagaimanapun, r
Training Service RanjangSepuluh menit berselang, Mba Widya akhirnya kembali. Olive makin penasaran dengan apa yang dituturkan konsultan ini. Seumur-umur baru ia dengar sekarang.Pensiunan penari erotis ini, melanjutkan kisahnya. Ia mengaku pernah punya side job sebagai LC (lady companion/ yang bertugas nemenin tamu) dan therapist. Untuk pekerjaan side job sebagai therapist, ia bekerja sebagai tenaga pemijit di spa plus-plus. Ia membenarkan terkenal sebagai therapist sekwilda lantaran daya tariknya ada di sekitar wilayah dada. Mendengar penuturan panjang lebar Widya, Olive merasa begitu plain alias tawar, bloon, lantaran tak punya pegangan apapun untuk memuaskan suaminya di ranjang.‘’Pelanggan saya, hampir semua tipe pelanggan setia. Kalau saya enggak masuk kerja, yang mereka cari tetap saya dan tidak mau digantikan LC atau penari lain, atau therapist lain,’’jelasnya.Ia menjelaskan se