"Kebijakan perusahaan?" Kevin mulai bertanya. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Pak Maman.Dengan sabar. Pak Maman menjelaskan kepada Kevin maksud perkataannya. "Jadi begini, Mas Kevin. Setiap klien perusahaan memiliki standar produksi sendiri. Kita dilarang untuk menyebarkan informasi mengenai produk produksi milik klien perusahaan satu kepada klien lainnya.""Oh, begitu." Kevin menganggukkan kepalanya, paham."Dengan kata lain, saya dilarang menyebarkan segala jenis informasi itu. Walaupun Pak Kenzo memintanya. Jadi Pak Angga, tolong beritahu Pak Kenzo mengenai hal ini, ya." Pak Maman melanjutkan ucapannya."Baik, Pak Maman. Saya coba telepon Pak Bos dulu." Angga undur diri, mengambil tempat sepi untuk menelepon sang bos.Kevin berdiri kikuk di hadapan Pak Maman yang kini fokus kembali memeriksa data produk. Sejujurnya tak ada hal yang bisa dibicarakan oleh keduanya. Kevin juga tak pernah merasa ingat pernah akrab dengan pria paruh baya di hadapannya."Halo, Pak
"Sayang, maaf menunggu lama," ucap Kevin yang kini membawa sekantung penuh kaleng bir untuk menghangatkan malam mereka."Kevin! Kamu gila? Itu minuman keras, 'kan? Untuk apa kamu membawa bir itu ke sini?" Ariana memekik melihat kegilaan lelaki yang baru saja dinikahinya itu.Kevin membuka satu kaleng bir untuk mereka. Dia kemudian menyerahkan bir itu pada istrinya yang terlihat melotot tak suka."Minum saja. Kamu akan suka rasanya. Minuman ini cocok untuk menghangatkan tubuh di cuaca yang dingin seperti saat ini," ujar Kevin.Ariana terlihat ragu. Tapi akhirnya dia mencoba meneguk bir dalam kaleng itu. Cairan berbau pekat dengan aroma yang getir meluncur masuk melalui kerongkongannya. Ariana menghabiskan birnya dalam beberapa kali tegukan. Kevin tersenyum puas."Kevin! Rasanya segar sekali ... " Ariana mulai meracau. Matanya agak sayu saat itu. Sepertinya efek alkohol mulai mempengaruhinya.Tak sampai di situ, Kevin malah membukakan satu kaleng lagi dan memberikannya pada sang istri.
Ariana menggeliat, meregangkan otot tubuhnya yang mendadak sakit semua. Dia menguap lebar, masih merasakan lelah akibat pergumulan panas semalam. Jam di dinding sudah menunjukan waktu makan siang."Malam tadi rasanya indah sekali! Seperti mimpi! Akhirnya aku bisa merasakan nikmatnya malam pertama bersama suami yang kucintai!" serunya yang masih merasakan antusias akibat kebahagiaan yang tak lekang dari ingatan.Ariana mengingat jelas bagaimana malam panas kemarin berlangsung. Dia merasakan saat Kevin melompat ke ranjang dan menerkamnya. Gairah meletup-letup di antara keduanya tak terhentikan, membuat malam itu sangat mendebarkan sekaligus menggairahkan untuk keduanya."Mengingatnya membuatku kembali berdebar! Aku sangat bahagia! Rasa cintaku pada Kevin semakin bertambah karena malam pertama itu!" Ariana menutupi wajahnya dengan selimut. Dia merasa malu dan tak tahu bagaimana harus bersikap di depan Kevin saat mereka bertemu nanti. Kevin pasti sudah menunggunya di meja makan sekarang.
Kenzo tak membahas apa pun lagi dengan Kevin setelah kejadian itu. Kenzo hanya bisa memperhatikan kedua pasangan pengantin baru itu dari jauh. Sejujurnya perasaannya agak aneh semenjak malam kemarin. Melihat senyuman Ariana yang begitu tulus kepada Kevin membuat hatinya sedikit ngilu."Mas Kenzo, mau makan malam bersama kami? Aku sudah memasak cukup banyak lauk untuk makan malam. Supaya Mas tidak perlu capek-capek memasak lagi," tawar Ariana dari meja makan.Saat itu Kevin terlihat tak mempedulikan kakaknya itu. Dia justru makan tanpa bicara. Kenzo tahu diri jika dia hanyalah orang luar, tak berhak mengganggu quality time adiknya."Nanti saja, Ariana. Kalian makan saja dulu. Mas masih ada pekerjaan yang belum selesai," jawab Kenzo yang sibuk dengan laptopnya di ruang tamu."Baiklah, Mas. Nanti Ariana simpan lauknya di meja makan."Entahlah, rasanya hubungan mereka terasa aneh saja saat ini. Sepertinya hanya Ariana yang tidak menyadari apa pun yang terjadi di antara mereka. ***"Kevin
Ariana sarapan dalam diam. Nasi goreng yang sedikit gosong itu dia habiskan seorang diri saja, karena Kevin masih belum kunjung terbangun dari tidurnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi saat itu. Ariana menghela napas beratnya."Hm, masih belum bangun juga. Katanya mau jalan-jalan hari ini," ucap Ariana kecewa.Tak lama, terlihat Kevin yang perlahan menuruni tangga. Penampilannya masih terlihat acak-acakan sehabis bangun tidur. "Selamat pagi, Sayang. Ayo makan dulu, nasi gorengnya sudah dingin. Tapi masih enak, kok!" Ariana memberi sapaan hangatnya untuk sang suami.Kevin duduk dengan wajah yang kusut. Berbanding terbalik dengan Ariana yang sangat bersemangat hari itu."Panaskan sebentar, supaya tidak dingin nasinya."Sebagai istri yang baik, Ariana hanya tersenyum dan menuruti permintaan sang suami. Dia kembali memanaskan nasi goreng yang sedikit gosong itu ke wajan penggorengan. Hanya butuh waktu lima menit saja hingga Ariana kembali menuangkan nasi goreng itu ke
Ariana semakin bimbang saat ini. Dia diapit oleh dua pilihan sulit, memilih untuk tetap tinggal di sana atau mencari suaminya. Ariana memilih pilihan kedua yaitu untuk mencari suaminya. Apalagi, telepon Kevin masih tak bisa terhubung karena selalu sibuk."Kamu di mana, Sayang?" Ariana mengeluh.Dia memperhatikan sekelilingnya, sembari terus menerobos kerumunan. Bahkan karena hal itu, dia sampai diteriaki dan dimarahi oleh para pengunjung yang lain. Ariana tak peduli. Dia hanya memikirkan cara untuk bisa menemukan Kevin segera."Dia tidak ada di sekitar sini. Aku juga sudah mengecek ke toilet pria. Toiletnya kosong, dia sama sekali tidak ada di mana pun," gumam Ariana semakin panik. "Kevin, kamu pergi ke mana? Apa jangan-jangan ... dia sudah pulang lebih dulu, lalu aku ditinggalkan di tempat wisata ini sendirian?"Ariana mematung syok di tempatnya. Jika memang kemungkinan terburuk itu terjadi, apa yang harus Ariana lakukan? Dia bisa saja pulang sendiri. Akan tetapi, Ariana tidak tahu a
"Uuukhhh .... " Ariana terdengar melenguh dalam tidurnya. Kevin masih menungguinya di pinggir ranjang. Dia terus menghentakkan sebelah kakinya, kesal menunggu Kenzo yang sangat lambat dalam menyiapkan bubur dan obat untuk Ariana."Ke mana sih Kenzo? Siapkan bubur saja lama sekali!" gerutu Kevin sambil terus berdecak. "Ini lagi perempuan satu. Kenapa mendadak tumbang segala? Bikin aku repot saja!"Rupanya, sakitnya Ariana saat itu malah menjadi kesulitan tersendiri bagi Kevin. Kevin merasa dia sangat direpotkan oleh Ariana. Padahal sebenarnya Ariana sakit juga karena dirinya.Kenzo akhirnya datang dengan membawa nampan berisikan semangkuk bubur, air putih dan beberapa butir obat penurun demam. Dengan segera, Kevin mengambil alih nampan itu tanpa berkata apa pun kepada sang kakak."Hati-hati! Masih panas lho!" seru Kenzo memperingati Kevin, namun rupanya Kevin sama sekali tidak peduli.Kevin langsung menyimpan nampan itu di atas n
Mobil Kevin menepi di bahu jalan sebuah komplek perumahan elit yang ada di Kota Bandung. Dia turun dari mobilnya dan menuju ke salah satu rumah yang terletak di wilayah hook. Layaknya orang yang sedang kunjung pacar, Kevin merapikan diri sedikit sebelum akhirnya membunyikan bel pintu.Seorang pelayan rumah tangga berusia 40 tahunan terlihat berlari membukakan pintu pagar."Den Kevin? Mari masuk ke dalam," sapa Simbok, begitulah pelayan itu disapa."Selamat sore, Mbok. Irene sudah pulang?" tanya Kevin dengan senyuman lebar di wajah."Non Irene mungkin sebentar lagi pulang. Biasanya selepas maghrib dia baru sampai di rumah. Ayo tunggu di dalam saja, Den Kevin," jawab Simbok ramah.Kevin masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Dengan begitu cekatan, Simbok melayaninya sebagai tamu kehormatan sang Tuan Rumah. Saking seringnya Kevin datang, Simbok sudah hapal betul jenis minuman dan makanan apa saja yang harus disuguhkan untuk Kevin."Terima kasih, Mbok," ucap Kevin berterima kasih.