Share

Bab 5: Mencari Jejak Kevin

Ariana semakin bimbang saat ini. Dia diapit oleh dua pilihan sulit, memilih untuk tetap tinggal di sana atau mencari suaminya. Ariana memilih pilihan kedua yaitu untuk mencari suaminya. Apalagi, telepon Kevin masih tak bisa terhubung karena selalu sibuk.

"Kamu di mana, Sayang?" Ariana mengeluh.

Dia memperhatikan sekelilingnya, sembari terus menerobos kerumunan. Bahkan karena hal itu, dia sampai diteriaki dan dimarahi oleh para pengunjung yang lain. Ariana tak peduli. Dia hanya memikirkan cara untuk bisa menemukan Kevin segera.

"Dia tidak ada di sekitar sini. Aku juga sudah mengecek ke toilet pria. Toiletnya kosong, dia sama sekali tidak ada di mana pun," gumam Ariana semakin panik. "Kevin, kamu pergi ke mana? Apa jangan-jangan ... dia sudah pulang lebih dulu, lalu aku ditinggalkan di tempat wisata ini sendirian?"

Ariana mematung syok di tempatnya. Jika memang kemungkinan terburuk itu terjadi, apa yang harus Ariana lakukan? Dia bisa saja pulang sendiri. Akan tetapi, Ariana tidak tahu alamat villa milik Kenzo. Dia juga tidak menyimpan nomor kakak iparnya itu.

"Aduh, aku harus bagaimana?" Ariana mengacak rambutnya frustasi.

Ariana memaksakan diri untuk mengambil arah balik pulang. Sepanjang tempat yang disusurinya, dia juga terus memeriksa keberadaan Kevin. Barangkali suaminya terlihat kembali ke titik temu mereka semula. Ariana sama sekali masih belum menemukan jejak sang suami. Tubuhnya pun sudah basah kuyup karena terpaan hujan.

"Maaf, Mbak. Mbak butuh payung?" Seorang laki-laki yang diduga adalah pegawai gerai makanan, menghampiri Ariana yang mematung di tengah guyuran air hujan.

"Ah, iya, Mas. Saya lupa bawa payung tadi." Ariana baru sadar ketika orang itu menegurnya.

"Memangnya, Mbak mau ke mana? Biar saya antar. Soalnya ini payung khusus pegawai kedai." Pegawai itu berbaik hati mau mengantar Ariana.

"Kalau begitu, tolong antarkan saya sampai ke parkiran saja ya, Mas," pinta Ariana.

Akhirnya pegawai kedai makanan itu memayungi Ariana menggunakan payung yang ukurannya besar dan cukup untuk dua orang menuju ke luar area wisata. Ariana masih merasa tak enak hati karena belum menemukan Kevin. Tapi perasaannya tetap optimis jika Kevin masih ada di area wisata itu.

"Mobilnya yang mana, Mbak?" tanya pegawai kedai lagi.

Ariana memperhatikan satu persatu mobil yang terparkir di lahan parkir area wisata. Di saat sedang panik begitu, ingatannya mendadak bermasalah. Dia sampai lupa di mana mobil suaminya terparkir.

"Sebentar, Mas. Saya agak lupa. Saya coba lihat satu persatu saja dulu."

Untungnya pegawai kedai itu tidak mempermasalahkan. Dengan sabar, dia tetap memayungi Ariana dan mendampinginya mencari mobil milik Kevin. Ariana mengecek satu persatu mobil yang terparkir. Dia ingat jika di pinggiran mobil sang suami ada modifikasi stiker ala-ala mobil sport.

"Yang ini mobilnya, Mas!" tunjuk Ariana senang. "Terima kasih sudah mau mengantarkan saya."

"Kembali, Mbak." Pegawai yang baik hati itu pun meninggalkan Ariana.

Ariana hendak membuka pintu mobil. Tapi, pintu mobil itu terkunci dari dalam. Dia berusaha mengetuk kaca mobil itu. Sampai akhirnya kaca mobil turun, menampakkan Kevin yang terlihat kesal dari dalam.

"Sayang! Buka pintunya, aku mau masuk," pinta Ariana memelas.

"Kamu duduk saja di kursi belakang," ujar Kevin menyelanya.

"Hah? Kenapa di belakang?"

"Kubilang, duduk di belakang! Nurut saja, kenapa!"

Ariana merengut kesal. Seharian ini Kevin begitu emosional terhadapnya. Apa mungkin perihal minuman gratis itu? Akhirnya tanpa banyak bicara, Ariana pun membuka pintu belakang dan duduk di kursi belakang. Dia melihat suaminya itu sedang mengelap tangannya menggunakan tissue. Tissue itu dibuang ke sembarangan arah.

'Apa yang Kevin lakukan di dalam mobil selama itu? Kenapa dia tidak mau mengangkat teleponnya? Lalu mengapa banyak gulungan tissue bekas yang tercecer di kursi depan?' Ariana membatin sembari memperhatikan gerak-gerik mencurigakan dari suaminya.

"Pulang sekarang?" tanya Kevin yang membuyarkan lamunan Ariana.

"Iya," jawab Ariana pendek.

Mobil itu pun mulai bergerak meninggalkan area wisata menuju arah balik ke villa. Banyak pertanyaan yang mengganggu pikiran Ariana saat itu. Tapi hanya satu hal yang begitu ingin dia tanyakan pada Kevin.

"Kenapa kamu tiba-tiba menghilang dan ada di dalam mobil?"

Kevin masih menatap lurus jalanan di depannya sembari menyetir. "Aku tadi ke toilet. Lalu bosku tiba-tiba menelepon. Jadi aku menetap di dalam mobil karena kondisi hujan."

"Oh." Ariana memberikan respon pendeknya lagi.

Sejujurnya Ariana sudah merasa enggan untuk mengajak Kevin bicara. Hatinya terlampau kecewa karena sikap Kevin yang tidak jujur padanya. Dia mempercayai ada hal lain yang sebenarnya Kevin lakukan selain bertelepon.

'Betul dugaanku, memang ada yang tidak beres dengan Kevin. Untuk apa dia melakukan onani di dalam mobil? Padahal jelas ada aku, istrinya. Kalau dia memang menginginkan itu, dia bisa mengajakku bercinta seperti sebelumnya,' batin Ariana yang bertambah kesal setelah dia iseng mengecek internet mengenai hal yang dia curigai.

Sekembalinya mereka dari berkunjung ke tempat wisata, baik Ariana maupun Kevin tak ada yang saling bicara. Sikap dingin melingkupi mereka. Ariana masih marah dan terhina karena sikap Kevin sebelumnya. Sedangkan Kevin ... Ariana sendiri tak paham dengan apa yang Kevin rasakan saat ini.

"Bagaimana perjalanan kalian tadi, menyenangkan?" Kenzo dari ruang keluarga tiba-tiba menanyakan hal itu pada kedua adiknya.

Tak ada satu pun dari keduanya yang menjawab. Ariana maupun Kevin masih saling membisu, sibuk memakan hidangan makan malamnya dalam diam.

'Eh, kenapa mereka? Apa terjadi sesuatu? Tidak biasanya Ariana yang begitu bersemangat itu berubah menjadi se pendiam ini,' pikir Kenzo tanpa dia ungkapkan langsung.

Tiba-tiba terdengar bunyi piring pecah, disertai dengan suara berdebam keras di lantai. Ariana mendadak tumbang, terbaring tak sadarkan diri. Kenzo yang melihat hal itu sangat terkejut. Dia hendak menghampiri adik iparnya, namun Kevin sudah lebih dulu memeriksa keadaan wanita itu.

"Ariana? Bangun!" panggil Kevin sambil menggoyangkan tubuh Ariana.

Ariana tak kunjung sadar. Kevin mengecek suhu tubuh Ariana, ternyata saat itu Ariana demam tinggi.

"Ariana kenapa, Kevin?" tanya Kenzo yang masih menunggu dengan khawatir di dekat mereka.

"Dia demam, Kak," jawab Kevin sedikit panik. Justru yang terlihat sangat panik dan mengkhawatirkan Ariana adalah Kenzo.

"Ya sudah, kamu gendong dia ke kamar. Biar Kakak yang bereskan pecahan piringnya dan memasakkan bubur untuk dia. Nanti kamu suapi buburnya sedikit-sedikit, kemudian arahkan dia untuk minum obat penurun demam," ujar Kenzo panjang lebar.

Kevin menuruti arahan sang kakak. Dia langsung menggendong Ariana dan membaringkannya di ranjang kamar utama. Ariana saat itu berkeringat dingin dengan napas yang menguar panas. Kevin mencoba untuk mengompresnya sementara menunggu Kenzo selesai memasakkan bubur.

"Ya ampun, menyusahkan saja," keluhnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status