Share

Bab 6: Sakitnya Ariana

"Uuukhhh .... " Ariana terdengar melenguh dalam tidurnya.

Kevin masih menungguinya di pinggir ranjang. Dia terus menghentakkan sebelah kakinya, kesal menunggu Kenzo yang sangat lambat dalam menyiapkan bubur dan obat untuk Ariana.

"Ke mana sih Kenzo? Siapkan bubur saja lama sekali!" gerutu Kevin sambil terus berdecak. "Ini lagi perempuan satu. Kenapa mendadak tumbang segala? Bikin aku repot saja!"

Rupanya, sakitnya Ariana saat itu malah menjadi kesulitan tersendiri bagi Kevin. Kevin merasa dia sangat direpotkan oleh Ariana. Padahal sebenarnya Ariana sakit juga karena dirinya.

Kenzo akhirnya datang dengan membawa nampan berisikan semangkuk bubur, air putih dan beberapa butir obat penurun demam. Dengan segera, Kevin mengambil alih nampan itu tanpa berkata apa pun kepada sang kakak.

"Hati-hati! Masih panas lho!" seru Kenzo memperingati Kevin, namun rupanya Kevin sama sekali tidak peduli.

Kevin langsung menyimpan nampan itu di atas nakas dan membangunkan istrinya yang masih mengigau. Akan tetapi, Kevin terkesan kasar sekali dalam membangunkan Ariana, membuat Kenzo terkejut dibuatnya.

"Hey, bangun! Makan bubur dulu! Bangun, Ariana!" Kevin mengguncangkan tubuh Ariana dengan cukup kencang hingga membuat Ariana sedikit mengernyit dan membuka mata.

"Ukh, Kevin?" erang Ariana. Perlahan dia mencoba untuk bangun, namun rasa pusing masih menderanya.

"Makan dulu, baru minum obat," ujar Kevin yang kemudian membiarkan Ariana berjuang sendiri untuk duduk. Pada akhirnya Ariana berhasil untuk duduk.

Kevin mulai berusaha menyuapi Ariana. Melihat pemandangan itu, hati Kenzo berdenyut nyeri. Dia sedikit memalingkan pandangannya ke arah lain sambil berusaha menenangkan dirinya. Ariana memakan sesuap demi suap bubur dari suapan Kevin.

"Ini ... kamu yang membuatnya sendiri?" tanya Ariana perlahan.

"Apa? Bubur ini?" Kevin malah balik bertanya. Dia kemudian menjawab sekenanya tanpa mempedulikan perasaan sang kakak. "Iya, aku yang membuat ini semua. Awas kalau tidak kamu habiskan!"

Ariana tersenyum kecil. Di dalam lubuk hatinya dia merasa sangat bahagia karena suami yang dicintainya ternyata masih memiliki rasa peduli terhadapnya. Sementara itu, Kenzo semakin merasa sedih sendirian karena Ariana yang terlihat senang saat ini.

Tiba-tiba saja Ariana berteriak sambil mengipasi mulutnya. Hal itu membuat mangkuk buburnya terbalik dan mengenai celana panjang Kevin. Kevin jadi murka dibuatnya.

"Akhhh! Panas!" teriak Ariana.

"Panas! Panas! Dasar perempuan kurang ajar! Akibat ulahmu, lihat celana panjangku jadi ketumpahan bubur! Bukan kamu saja yang merasa panas, tapi aku juga!" maki Kevin tak mempedulikan Ariana sama sekali.

Kevin langsung bangkit dan beranjak ke kamar mandi, membiarkan kasur di kamar utama itu jadi kotor karena tumpahan bubur. Kenzo tentu tidak tinggal diam melihat itu semua. Dengan cekatan, dia berusaha membantu Ariana terlebih dahulu dalam meredakan panas di lidahnya.

Ariana meneguk banyak air dingin. Kenzo dengan sabar menemaninya sampai wanita itu tak merasa kepanasan lagi. Setelah semua selesai, Kenzo langsung membersihkan tumpahan bubur di tempat tidur. Ariana menatap Kenzo dengan sangat bersalah.

"Maaf, Mas. Gara-gara aku yang tidak hati-hati jadinya malah .... "

"Udah, gak apa-apa. Ini bukan salah kamu. Dia aja yang gak hati-hati dalam menyuapi kamu," tampik Kenzo sambil tertawa kecil. "Kamu masih lapar kan? Mas ambilkan bubur yang baru ya?"

Ariana hanya bisa mengangguk kecil, sementara Kenzo pun keluar dari kamar dengan membawa mangkok dan sendok kotor itu. Dari dalam kamar mandi di kamar utama, suara gemericik air shower terdengar keras. Ariana menghela napas beratnya.

"Padahal hubungan kami sedikit membaik tadi. Tapi gara-gara kecerobohanku, jadinya Kevin marah lagi," gumam Ariana kecewa.

Tak lama setelahnya, Kenzo kembali membawakan bubur untuk Ariana. Kenzo berniat untuk menyuapi Ariana, namun Ariana yang merasa canggung dengan cepat menolaknya.

"Sudah, Mas Kenzo. Tidak apa-apa. Biar aku makan sendiri saja," ucap Ariana seraya tersenyum kecil.

"Oh ... baiklah." Raut wajah Kenzo kembali merasa kecewa. Dia baru menyadari kebodohan yang telah diperbuatnya. "Kalau begitu, duduk di meja rias dulu. Biar Mas bereskan tempat tidurmu. Kamu bisa bangun, 'kan?"

Ariana mengangguk. Kenzo membantu Ariana melangkah sampai ke meja rias. Kemudian dia menyimpan nampan dengan mangkuk bubur baru, segelas air putih dan obat di meja itu. Pria itu kemudian membereskan bekas kekacauan yang sempat terjadi sebelumnya sambil merutuki diri di dalam hati.

'Kenzo, dasar kau bodoh! Untuk apa kau menyuapi Ariana? Jelas dia pasti tidak mau karena tidak enak pada suaminya!'

Kenzo melirik sejenak memperhatikan Ariana. Wanita itu kini bisa makan bubur sendiri walaupun secara perlahan. Kenzo menghela napas lega. Dia kembali fokus pada kegiatannya untuk merapikan tempat tidur dan menggantinya dengan sprei baru.

Tak lama setelah itu, Kevin keluar dari kamar mandi. Dia sudah berganti pakaian baru dan terlihat segar kali ini. Rambutnya masih basah dan klimis. Dia bersenandung kecil bersiap untuk keluar dari kamar.

"Mau ke mana, Sayang?" tanya Ariana.

Kevin terlihat tak mengindahkan sama sekali Ariana. "Mau cari angin."

Kenzo menatap tajam adiknya itu. Dia yakin betul pasti Kevin keluar bukan untuk sekedar mencari angin, tapi untuk bertemu dengan selingkuhannya yaitu Irene. Kini di kamar itu hanya ada Ariana dan Kenzo. Suasana mendadak canggung di antara keduanya.

"Ariana, sudah selesai makannya? Jangan lupa obat penurun demamnya diminum ya," ucap Kenzo sembari mengangkut mangkuk kotor bekas makan Ariana.

"Iya. Terima kasih, Mas," sahut Ariana singkat. Raut wajahnya terlihat sangat sedih.

"Seprai sudah Mas ganti baru. Kamu bisa langsung melanjutkan istirahat. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk panggil Mas," lanjut Kenzo lagi. Begitu kentara jika pria itu mengkhawatirkan kondisi Ariana.

Ariana tersenyum tipis. Dia merasakan sebuah ironi di dalam hatinya yang tanpa sadar terucap begitu saja dari bibirnya.

"Mengapa Mas Kenzo yang notabene adalah kakak iparku malah lebih perhatian dan mengkhawatirkan kondisiku ketimbang Kevin yang adalah suamiku sendiri?"

Kevin membulatkan matanya. Dia langsung menoleh pada Ariana. "Apa kamu bilang?"

Ariana merasa gugup ketika menyadari jika dia sudah keceplosan berbicara. Sebisa mungkin dia berusaha untuk mencari alasan lain. "Ah ... enggak, Mas. Aku tadi bilang jika efek obatnya entah mengapa sangat cepat bereaksi. Aku sepertinya sudah mengantuk sekarang."

"Oh. Kalau begitu, kamu harus segera tidur." Kenzo mengulas senyumnya. Dia membantu Ariana untuk berpindah tempat dan berbaring kembali di tempat tidur. "Selamat beristirahat ya. Semoga kondisimu bisa pulih kembali."

"Terima kasih untuk segalanya, Mas," ucap Ariana sebelum Kenzo meninggalkan kamar itu.

Kenzo hanya membalas ucapan Ariana dengan sebuah senyuman tipis. Dia menutup pintu kamar dengan hati-hati kemudian mulai membersihkan dapur dan perlengkapan makan kotor. Kenzo penasaran dengan kondisi sekitar yang mendadak sepi. Dirinya lalu melongok ke luar Villa dan mendapati jika di depan sana mobil Kevin sudah tak terparkir lagi.

"Sudah kuduga! Memang Kevin itu kurang ajar! Istri sedang sakit, dia malah pergi menemui wanita lain!" omel Kenzo tak terima.

Tiba-tiba sepintas terbayang kembali ucapan Ariana tadi. Kenzo kini tertegun di tempatnya.

"Benar kata Ariana. Mengapa aku yang bukan siapa-siapa untuknya malah sekhawatir ini pada Ariana? Aku ini kenapa?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status