Ariana sarapan dalam diam. Nasi goreng yang sedikit gosong itu dia habiskan seorang diri saja, karena Kevin masih belum kunjung terbangun dari tidurnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi saat itu. Ariana menghela napas beratnya.
"Hm, masih belum bangun juga. Katanya mau jalan-jalan hari ini," ucap Ariana kecewa.Tak lama, terlihat Kevin yang perlahan menuruni tangga. Penampilannya masih terlihat acak-acakan sehabis bangun tidur."Selamat pagi, Sayang. Ayo makan dulu, nasi gorengnya sudah dingin. Tapi masih enak, kok!" Ariana memberi sapaan hangatnya untuk sang suami.Kevin duduk dengan wajah yang kusut. Berbanding terbalik dengan Ariana yang sangat bersemangat hari itu."Panaskan sebentar, supaya tidak dingin nasinya."Sebagai istri yang baik, Ariana hanya tersenyum dan menuruti permintaan sang suami. Dia kembali memanaskan nasi goreng yang sedikit gosong itu ke wajan penggorengan. Hanya butuh waktu lima menit saja hingga Ariana kembali menuangkan nasi goreng itu ke piringnya lagi.Kevin memakan nasi goreng itu tanpa bicara. Sementara Ariana sudah duduk di seberangnya sambil menatap Kevin, menunggu suaminya itu membuka pembicaraan seputar rencana mereka hari itu. Kevin terlampau tak peka sehingga memaksa Ariana untuk bertanya terlebih dahulu."Jadi gimana? Kamu sudah punya rencana?"Kevin terlihat bingung dengan pertanyaan Ariana itu. "Lah, kenapa tanya aku? Bukankah aku sudah bilang kalau kamu saja yang memutuskan?"Ariana tertegun lagi. Dia bingung bagaimana harus berbicara dengan Kevin yang terkesan cuek itu. Akhirnya dengan setengah berteriak pada Kenzo, Ariana pun menanyakan sebaiknya mereka pergi ke mana hari itu."Mas, maaf mengganggu. Apa Mas punya rekomendasi tempat wisata yang bagus untuk kami?"Kenzo yang terlihat sedang mengetik di laptopnya itu menghentikan aktivitasnya sejenak. Dia terlihat berpikir."Hm, mungkin coba kamu kunjungi TGAA alias The Great Asia Afrika di daerah Lembang. Kalau dari villa ini, letaknya tidak terlalu jauh. Pakai online maps juga sampai, kok.""Oh, begitu ya, Mas? Aku cek di website sih tempatnya luas dan sangat bagus untuk foto ya," sahut Ariana lagi yang mulai mempertimbangkan ide dari Kenzo."Iya. Karena musim hujan, jangan lupa bekal payung juga," tambah Kenzo mengingatkan.Ariana akhirnya memutuskan untuk memilih TGAA sebagai objek wisata yang akan mereka kunjungi di hari kedua bulan madu mereka."Ya udah, kamu siap-siap dulu saja, Sayang. Biar kita bisa cepat berangkat.""Hm." Kevin merespon dengan malas ucapan istrinya. Dia pun beranjak naik lagi ke lantai atas untuk bersiap-siap.Ariana merasakan perasaan senang dan tak sabar untuk perjalanan spesialnya hari itu. Tapi dia ingat jika ada Kenzo di sana. Setidaknya dia harus menawari kakak iparnya juga untuk ikut bersama mereka."Mas Kenzo, mau ikut ke TGAA bareng kami?""Enggak usah, Ariana. Mas lagi banyak pekerjaan. Lain kali saja, ya." Dengan sopan, Kenzo berusaha menolak ajakan Ariana."Oh, baiklah." Ariana mengerti.Jauh di dalam lubuk hatinya, Kenzo merasakan perasaan tak enak. Dia berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya karena tak mau mengganggu mereka yang sedang bersenang-senang. Setidaknya ketika Ariana dan Kevin pergi, Kenzo bisa merasa sedikit lebih lega.Setelah bersiap hampir satu jam, Ariana dan Kevin akhirnya jadi berangkat ke tempat wisata itu. Kevin melajukan mobilnya menyusuri jalanan menanjak yang membelah gunung, menuju ke tempat wisata itu."Akhirnya kita berangkat juga!" pekik Ariana senang.Kevin tak menanggapi apa pun ucapan Ariana. Ariana terlihat memperhatikan pemandangan ke luar jendela mobil. Benar saja. Tak sampai satu jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di TGAA. Kevin memarkirkan mobilnya. Dia mengikuti Ariana yang sudah membeli tiket masuk untuk mereka."Ini tiketnya bisa ditukarkan dengan minuman yang ada di toko penukaran. Kamu mau minum apa?" kata Ariana."Apa saja, deh." Lagi-lagi Kevin melemparkan keputusan pada Ariana.Ariana masih bersikap positif. Dia memilihkan susu dingin segar untuk suaminya. Sementara dirinya sendiri memilih Thai tea dingin. Tiba-tiba Kevin memuntahkan susu yang dia minum dan membentak marah pada Ariana."Ariana, gila kamu ya! Aku ini intoleransi laktosa! Kamu malah kasih aku susu! Kamu mau bikin aku muntah-muntah di sini?""Ya ampun, Sayang! Maafkan aku! Ini minumannya aku tukar saja jadi Thai tea, gimana?" Ariana yang panik mencoba menawarkan minumannya pada Kevin."Gak perlu! Nih, kamu habiskan saja semuanya sendiri!" Kevin langsung menyodorkan paksa minumannya pada Ariana. "Aneh. Sudah dua tahun pacaran, bisa-bisanya masih lupa akan hal itu."Perasaan sedih begitu mudah menggantikan rasa bahagia yang sejak tadi memenuhi hati Ariana. Karena peristiwa tadi, sikap Kevin menjadi sangat dingin padanya. Mereka berjalan berjauhan, hampir seperti orang yang tak saling mengenal. Bahkan begitu Ariana mengajaknya bicara, Kevin malah mengabaikannya.Kevin terlihat sangat tidak menikmati perjalanan mereka saat itu. Dia terlihat asyik sendiri memainkan gawainya, bahkan di beberapa kesempatan, Kevin terlihat seperti sedang menunggu sesuatu. Entah apa yang dia tunggu."Sayang, makan dulu, yuk! Aku sudah mulai lapar," ajak Ariana pada saat itu.Waktu sudah menunjukan pukul empat sore. Cuaca juga terlihat mendung. Kevin mengikuti Ariana menuju ke sebuah stand makanan terbuka yang ada di area Timur Tengah. Tanpa mereka duga, langit memuntahkan isinya. Rintik hujan yang semula kecil, kini mulai deras. Dengan panik, mereka berlari meneduh ke sebuah gedung bersama para pengunjung lainnya.Ariana harus menahan rasa lapar dan dingin itu seorang diri. Dia sabar menunggu hujan reda yang kelihatannya akan selesai dalam waktu yang lebih lama. Sementara itu, Kevin mendadak menghilang tak terlihat di dekatnya."Kevin? Kev, kamu di mana?" Ariana mencari ke sekelilingnya namun tak dia temukan juga sang suami.Ariana berniat untuk keluar dari kerumunan. Tapi dia tidak bisa menembus lautan manusia di sana. Samar-samar dia melihat sosok Kevin yang berjalan menjauh dari tempatnya dengan tergesa-gesa.'Yang tadi itu Kevin? Dia mau ke mana? Kenapa terlihat terburu-buru? Apa mungkin dia mau pergi ke toilet?' Ariana membatin.Ariana masih menduga-duga ke mana perginya Kevin saat itu. Dia memutuskan untuk menunggu saja di sana karena jika dia mengikuti Kevin, dia takut Kevin nanti malah mencarinya ke sini hingga akhirnya mereka tak saling bertemu.Sudah lewat dari 45 menit dia menunggu suaminya kembali. Hujan juga masih belum reda. Ariana yang panik mencoba untuk menghubungi Kevin. Dia pun menelepon Kevin."Halo, Kevin .... ""Nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Silakan tinggalkan pesan." Operator telepon yang mengambil alih sambungan telepon, menandakan jaringan Kevin sedang sibuk.Ariana mengernyitkan dahinya. Dia pun mematikan teleponnya."Ke mana orang itu ya?"Ariana semakin bimbang saat ini. Dia diapit oleh dua pilihan sulit, memilih untuk tetap tinggal di sana atau mencari suaminya. Ariana memilih pilihan kedua yaitu untuk mencari suaminya. Apalagi, telepon Kevin masih tak bisa terhubung karena selalu sibuk."Kamu di mana, Sayang?" Ariana mengeluh.Dia memperhatikan sekelilingnya, sembari terus menerobos kerumunan. Bahkan karena hal itu, dia sampai diteriaki dan dimarahi oleh para pengunjung yang lain. Ariana tak peduli. Dia hanya memikirkan cara untuk bisa menemukan Kevin segera."Dia tidak ada di sekitar sini. Aku juga sudah mengecek ke toilet pria. Toiletnya kosong, dia sama sekali tidak ada di mana pun," gumam Ariana semakin panik. "Kevin, kamu pergi ke mana? Apa jangan-jangan ... dia sudah pulang lebih dulu, lalu aku ditinggalkan di tempat wisata ini sendirian?"Ariana mematung syok di tempatnya. Jika memang kemungkinan terburuk itu terjadi, apa yang harus Ariana lakukan? Dia bisa saja pulang sendiri. Akan tetapi, Ariana tidak tahu a
"Uuukhhh .... " Ariana terdengar melenguh dalam tidurnya. Kevin masih menungguinya di pinggir ranjang. Dia terus menghentakkan sebelah kakinya, kesal menunggu Kenzo yang sangat lambat dalam menyiapkan bubur dan obat untuk Ariana."Ke mana sih Kenzo? Siapkan bubur saja lama sekali!" gerutu Kevin sambil terus berdecak. "Ini lagi perempuan satu. Kenapa mendadak tumbang segala? Bikin aku repot saja!"Rupanya, sakitnya Ariana saat itu malah menjadi kesulitan tersendiri bagi Kevin. Kevin merasa dia sangat direpotkan oleh Ariana. Padahal sebenarnya Ariana sakit juga karena dirinya.Kenzo akhirnya datang dengan membawa nampan berisikan semangkuk bubur, air putih dan beberapa butir obat penurun demam. Dengan segera, Kevin mengambil alih nampan itu tanpa berkata apa pun kepada sang kakak."Hati-hati! Masih panas lho!" seru Kenzo memperingati Kevin, namun rupanya Kevin sama sekali tidak peduli.Kevin langsung menyimpan nampan itu di atas n
Mobil Kevin menepi di bahu jalan sebuah komplek perumahan elit yang ada di Kota Bandung. Dia turun dari mobilnya dan menuju ke salah satu rumah yang terletak di wilayah hook. Layaknya orang yang sedang kunjung pacar, Kevin merapikan diri sedikit sebelum akhirnya membunyikan bel pintu.Seorang pelayan rumah tangga berusia 40 tahunan terlihat berlari membukakan pintu pagar."Den Kevin? Mari masuk ke dalam," sapa Simbok, begitulah pelayan itu disapa."Selamat sore, Mbok. Irene sudah pulang?" tanya Kevin dengan senyuman lebar di wajah."Non Irene mungkin sebentar lagi pulang. Biasanya selepas maghrib dia baru sampai di rumah. Ayo tunggu di dalam saja, Den Kevin," jawab Simbok ramah.Kevin masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Dengan begitu cekatan, Simbok melayaninya sebagai tamu kehormatan sang Tuan Rumah. Saking seringnya Kevin datang, Simbok sudah hapal betul jenis minuman dan makanan apa saja yang harus disuguhkan untuk Kevin."Terima kasih, Mbok," ucap Kevin berterima kasih.
"Jadi kamu gak mau tidur, Ariana?" Kenzo berusaha untuk meyakinkan, siapa tahu Ariana berubah pikiran.Ariana menjawab dengan sebuah gelengan kepala. "Iya, Mas. Aku pokoknya mau menunggu Kevin pulang dulu ke villa."Kenzo menghela napas berat. Rupanya Ariana adalah orang yang kukuh pada pendiriannya jika sedang memiliki keinginan hati."Ya sudah. Ingat, kalau sudah lewat dari jam satu pagi, kamu tidur saja. Itu artinya dia tidak akan kembali malam ini.""Baik, Mas." Ariana mengerti. "Terima kasih sudah mengingatkanku. Lebih baik Mas tidur duluan. Bukankah besok hari senin? Mas 'kan harus pergi ke kantor?"Kenzo tidak menjawab. Sejujurnya dia merasa gemas dengan sikap Ariana yang keras kepala dan tidak peka. 'Bagaimana aku bisa tidur saat melihatmu yang begadang padahal sedang sakit seperti ini?' batin Kenzo.Ariana menyadari jika Kenzo melamun sambil menatapnya. Wanita itu melambaikan tangannya beberapa kali ke depan wajah Kenzo. "Mas Kenzo? Halo? Mas?""Y ... ya?" Kenzo terlempar ke
Cukup lama kedua sejoli ini memadu kasih dengan penuh kesyahduan di bawah pancuran air shower. Irene berniat mengakhiri aksi keduanya ketika tubuhnya mulai menggigil kedinginan."Sudah ... Sayang. Aku sudah ... kedinginan ini. Kulitku keriput semua. Apa kamu tega ... membuat kulitku terlihat seperti ... nenek-nenek?" ucap Irene agak terbata dengan gigi yang bergemeletuk."Oh iya, saking asyiknya aku sampai tak sadar jika kita menghabiskan waktu selama itu. Kalau begitu cepat berpakaian, Sayang. Aku takut kamu sakit." Kevin mematikan shower dan memberikan handuk untuk Irene.Irene segera memakai handuknya. Dia lalu menuju ke kamar dan mengecek handphone-nya. Dirinya terkejut ketika mendapati jika ada panggilan tak terjawab sebanyak lima kali dari kantornya."Ya ampun ... aku sampai tak sadar dengan telepon masuk ini," ujar Irene merutuki dirinya sendiri."Telepon dari sekretarismu? Kalau begitu hubungi balik saja dia sekarang," usul Kevin.Irene menghubungi ke kantornya dengan sangat t
"Permisi, Pak. Ada tamu yang sudah menunggu." Seorang wanita yang merupakan sekretaris perusahaan Kenzo mengabari melalui sambungan telepon."Tamu? Siapa? Persilahkan dia masuk," perintah Kenzo kemudian."Baik, Pak Kenzo."Sambungan telepon terputus. Sang sekretaris pun mengulas senyum manis pada kedua tamu yang mendadak datang di siang hari untuk menemui bosnya."Silahkan masuk, Bapak sekalian. Pak Kenzo sudah menunggu di ruangannya.""Terima kasih, Mbak." Seorang pria setengah baya berperawakan tinggi tambun itu balik tersenyum senang. Dia pun mengajak kawan yang datang bersamanya untuk masuk ke ruangan Kenzo.Kenzo terkejut begitu mendapati ada kedua tamu tak diduga yang datang menemuinya pada siang itu. "Lho? Pak Joko?""Selamat siang, Pak Kenzo. Maaf saya datang tidak mengabari dulu." Pak Joko terlihat sungkan di depan Kenzo. "Saya soalnya datang bersama tamu dari jauh.""Ah ... kalau begitu, silahkan duduk." Kenzo langsung berpindah tempat ke sofa khusus, berhadapan dengan kedu
Kenzo rupanya masih tak menyadari apa yang menyebabkan Ariana merasa kecewa. Ariana masih terdiam dengan mulut yang bergetar menahan air mata."Hei, Ariana. Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?" Kenzo mendekati Ariana dan bertanya dengan nada yang lembut.Ariana memalingkan wajah. "Gak apa-apa, Mas. Kalau begitu, Mas simpan saja bungkusan makanannya. Biar nanti aku makan. Berarti Mas sudah makan di luar tadi?""Belum, kok." Kenzo segera menjawab. Dirinya baru sadar apa yang membuat Ariana mendadak sedih. "Aku membeli makanan di luar bukan berarti karena tidak mau makan masakanmu, Ariana."Ariana kini memandang Kenzo lekat. Matanya sudah sangat berkaca-kaca. "Tapi ... Mas sudah membeli makanan di luar. Apa artinya kalau bukan karena masakanku tidak enak?"Kenzo menghela napas panjang. "Bukan. Mas hanya ingin membelikanmu makanan yang enak. Selama kamu dan Kevin datang, Mas sebagai Tuan Rumah sama sekali belum menjamu kalian dengan baik."Mendengar penjelasan Kenzo tadi, Ariana terliha
"Apa-apaan kau sembarang menuduhku! Seenaknya mengurusi kehidupanku! Urus hidupmu sendiri!" Kevin semakin keras menyanggah ucapan kakaknya.Kenzo jelas semakin tidak terima dengan sikap Kevin yang terus egois dan berpura-pura. "Jelas ini urusanku juga! Aku sebagai saksi bagaimana sikapmu kepada istrimu di sini! Sadarlah, Kevin! Kau ini sudah menikah dengan Ariana!""Lalu? Aku harus apa? Apa karena aku sudah menikah, jadi aku tidak boleh ada urusan lain? Aku tidak bisa seperti itu! Aku tidak bisa sepertimu!" sergah Kevin lagi.Kenzo menggertakkan giginya. Dia memandang Ariana dan menunjuk Ariana yang masih gemetar di tempatnya."Kamu, Ariana! Apa kamu sadar jika suamimu ini tidak memberikan timbal balik yang sama untukmu? Mengapa kamu begitu mempercayai dia dan terus menunggunya? Kamu berkorban walaupun tak menerima imbalan yang sama dari Kevin."Ariana terdiam di tempatnya. Dia hanya bisa menunduk, tak menjawab ucapan Kenzo tadi. Kemudian, Kenzo berpaling lagi pada adiknya yang masih m