Share

Bab 3: Perasaan Aneh

Kenzo tak membahas apa pun lagi dengan Kevin setelah kejadian itu. Kenzo hanya bisa memperhatikan kedua pasangan pengantin baru itu dari jauh. Sejujurnya perasaannya agak aneh semenjak malam kemarin. Melihat senyuman Ariana yang begitu tulus kepada Kevin membuat hatinya sedikit ngilu.

"Mas Kenzo, mau makan malam bersama kami? Aku sudah memasak cukup banyak lauk untuk makan malam. Supaya Mas tidak perlu capek-capek memasak lagi," tawar Ariana dari meja makan.

Saat itu Kevin terlihat tak mempedulikan kakaknya itu. Dia justru makan tanpa bicara. Kenzo tahu diri jika dia hanyalah orang luar, tak berhak mengganggu quality time adiknya.

"Nanti saja, Ariana. Kalian makan saja dulu. Mas masih ada pekerjaan yang belum selesai," jawab Kenzo yang sibuk dengan laptopnya di ruang tamu.

"Baiklah, Mas. Nanti Ariana simpan lauknya di meja makan."

Entahlah, rasanya hubungan mereka terasa aneh saja saat ini. Sepertinya hanya Ariana yang tidak menyadari apa pun yang terjadi di antara mereka.

***

"Kevin sayang, besok kita enaknya jalan-jalan ke mana ya? Kamu ada ide?" Ariana yang tengah berbaring satu ranjang dengan suaminya tiba-tiba terpikirkan rencana untuk jalan-jalan ke luar villa.

"Hm ... gak tahu. Aku gak kepikiran soal itu," jawab Kevin sekenanya. Dia mengambil posisi membelakangi Ariana.

Ariana terlihat cemberut saat itu. Momentum bulan madu yang seharusnya indah, entah mengapa menjadi kurang maksimal. Dia merasakan keindahan dan kesyahduannya pada hari pertama saja. Setelahnya, justru mereka lebih seperti asing dengan pribadi masing-masing.

"Aku pingin banget deh, kita bisa jalan-jalan ke tempat wisata yang bagus. Foto bersama, menikmati momentum indah bersama. Ya, seperti pengantin baru pada umumnya," ujar Ariana mengutarakan keinginannya. "Mumpung masih ada waktu cuti dan mumpung kita sedang ada di Bandung."

Kevin tidak memberikan respon. Ariana yang tidak sabar menjadi marah pada suaminya. Dia menepuk agak keras punggung Kevin, yang membuat Kevin berbalik padanya dengan tatapan kesal.

"Apa sih?" omel Kevin.

"Kamu dengar gak sih yang tadi aku bilang? Aku sudah bicara panjang lebar, tapi kamu malah tidak peduli," cecar Ariana yang juga sama kesalnya seperti Kevin.

"Ya-ya! Kamu mau liburan, 'kan? Ya sudah!" timpal Kevin seolah tidak peduli. "Ke mana tujuannya? Kamu sudah pikirkan?"

Ariana menekuk wajahnya lagi. Padahal sudah sejelas itu pembicaraan di antara mereka. Kevin masih tetap bertanya seolah tidak menyimak apa yang sudah dia katakan.

"Justru itu yang tadi aku bicarakan padamu! Kamu gak menyimak ucapanku ya?"

Kevin menguap lebar. "Aku ngantuk, Ariana! Mau tidur."

"Emangnya kamu dari mana, Sayang? Sore tadi kamu baru pulang, meninggalkan aku sendirian di sini," tanya Ariana yang heran.

"Aku ada urusan. Tadi ketemu teman lama. Mumpung aku mampir ke Bandung. Kapan lagi, 'kan?" jawab Kevin yang kembali menutup matanya.

"Oh, begitu." Ariana masih menampakkan wajah cemberutnya. "Jadi bagaimana? Besok kita mau ke mana?"

"Terserah kamu lah! Aku ikut saja," jawab Kevin tak acuh.

"Masa terserah aku? Aku justru bingung menentukan tempatnya. Baru kali ini juga aku pergi ke Bandung. Jadi belum tahu ada wisata apa saja di kota ini," kilah Ariana yang tak puas dengan jawaban dari Kevin.

Kevin kini kembali membalik badannya, memunggungi Ariana. "Besok saja kita bicarakan lagi, aku ngantuk."

Ariana menghembuskan napas panjangnya. Dia lelah harus merasa antusias sendirian. Seolah-olah hanya dirinya saja yang menginginkan bulan madu ini. Seolah hanya dirinya saja yang menikmati moment kebersamaan mereka berdua.

"Ya sudah, lah. Besok aku tanya Mas Kenzo saja."

Sementara itu, Kenzo sendiri terusir dari kamarnya. Dia harus menetap di kamar tamu selagi adiknya masih ada di villa. Sepanjang malam itu, Kenzo sama sekali tidak bisa tidur. Dia hanya memejamkan mata, tapi tak juga terlempar ke alam mimpi. Beberapa kali dia berguling di tempat tidur, namun itu juga tidak membuatnya bisa terlelap.

"Aduh, kenapa mendadak susah tidur begini?" keluhnya.

Kenzo pun duduk di tempat tidur. Dia mengecek jam yang ada di handphone nya. Saat itu waktu menunjukan baru pukul satu dini hari. Dia menghela napas panjang.

"Apa yang terjadi padaku? Ini tidak biasanya terjadi." Kenzo masih bertanya-tanya.

Dia merasa bukan masalah kamarnya yang baru, juga bukan masalah pekerjaan yang membuatnya sulit untuk tidur. Pemikiran random tiba-tiba melintas begitu saja di otaknya. Dia mendadak penasaran. Pada jam dini hari seperti sekarang, apa yang Ariana dan Kevin sedang lakukan.

"Ya ampun! Apa sih yang kupikirkan ini? Itu semua bukan urusanku! Mereka mau bercinta, mau olahraga, atau curhat sampai pagi ... itu semua bukan urusanku."

Kenzo yang kesal langsung menarik selimutnya. Membiarkan seluruh tubuhnya tersembunyi dibalik selimut. Berharap pikiran kotornya tadi tidak lagi hadir di dalam otaknya.

***

Pagi itu, Ariana bangun lebih awal. Badannya terasa sangat segar karena rongga udara di dalam tubuhnya dipenuhi oleh udara bersih yang belum tercemar. Dia bersenandung kecil sembari menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan kakak iparnya.

"Walaupun menumpang, aku juga harus tahu diri. Setidaknya aku harus memasak untuk Mas Kenzo juga," tekadnya.

Kenzo terlihat keluar dari kamar tamu di lantai satu. Dia bertatap muka dengan Ariana saat itu. Dengan ramah, Ariana memberikan sapaan hangatnya untuk Kenzo.

"Selamat pagi, Mas. Sudah bangun? Sini sarapan dulu!"

Kenzo membalas dengan senyumannya yang kaku. "Tidak perlu repot-repot, Ariana. Kamu tidak harus memasak untukku juga."

"Tidak apa-apa, Mas. Kapan lagi aku bisa mampir ke sini dan memasak untuk Mas," sahut Ariana. "Sarapan lah dulu."

Kenzo pun mengambil tempat di meja makan. Ariana menghidangkan satu piring nasih goreng dan juga teh manis untuk Kenzo.

"Terima kasih."

Kenzo sejujurnya sangat menyukai masakan Ariana yang ternyata sesuai dengan seleranya. Makanya, saat itu dia juga sangat lahap menghabiskan nasi goreng buatan Ariana. Ariana yang memperhatikan Kenzo makan dengan lahap merasa senang sekali atas apresiasi dari Kenzo untuk masakannya.

'Syukurlah jika Mas Kenzo suka,' batin Ariana senang.

Kenzo pun meminum teh manisnya setelah selesai menyantap nasi goreng itu. Dia beranjak untuk pergi, sebelum Ariana menjegalnya dengan sebuah pertanyaan.

"Mas Kenzo mau pergi ke mana?"

"Aku mau jogging dulu keliling komplek. Oh iya, Kevin belum bangun?" jawab Kenzo.

Ariana mengulum senyum. "Belum, Mas."

Kenzo hanya ber- oh ria. Kemudian dia segera berpamitan dengan Ariana untuk pergi jogging. Ariana kini membatin. Kakak beradik itu ternyata kebiasaannya memang berbeda 180°. Kevin yang tidak bisa bangun pagi, berbeda sekali dengan Kenzo yang sangat rajin bangun pagi untuk berolahraga.

"Pantas saja ototnya begitu kekar. Ternyata dia terbiasa olahraga juga," gumam Ariana. Dia memekik pelan ketika lupa mematikan kompornya. "Ya ampun, jadinya gosong! Apa yang aku pikirkan barusan?"

Tapi sejujurnya ada satu hal yang membuat Ariana tergelitik. Dia penasaran bagaimana kehidupan asmara dari sang kakak ipar.

"Wanita yang mendapatkan Mas Kenzo pasti sangat beruntung. Kudengar dia sudah memiliki tunangan. Kapan mereka akan menikah?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status