Share

Bab 2: Harus Bohong Atau Jujur?

Ariana menggeliat, meregangkan otot tubuhnya yang mendadak sakit semua. Dia menguap lebar, masih merasakan lelah akibat pergumulan panas semalam. Jam di dinding sudah menunjukan waktu makan siang.

"Malam tadi rasanya indah sekali! Seperti mimpi! Akhirnya aku bisa merasakan nikmatnya malam pertama bersama suami yang kucintai!" serunya yang masih merasakan antusias akibat kebahagiaan yang tak lekang dari ingatan.

Ariana mengingat jelas bagaimana malam panas kemarin berlangsung. Dia merasakan saat Kevin melompat ke ranjang dan menerkamnya. Gairah meletup-letup di antara keduanya tak terhentikan, membuat malam itu sangat mendebarkan sekaligus menggairahkan untuk keduanya.

"Mengingatnya membuatku kembali berdebar! Aku sangat bahagia! Rasa cintaku pada Kevin semakin bertambah karena malam pertama itu!"

Ariana menutupi wajahnya dengan selimut. Dia merasa malu dan tak tahu bagaimana harus bersikap di depan Kevin saat mereka bertemu nanti. Kevin pasti sudah menunggunya di meja makan sekarang.

Ariana pun memutuskan untuk bangun dan mencari kimono mandinya. Dia membersihkan diri di kamar mandi yang berada di pojok kamar utama. Air panas yang mengalir agak membuat ototnya tidak terlalu kaku. Setelah selesai, dia pun memilih baju yang paling bagus, berdandan cantik dengan sedikit makeup dan menata rambutnya.

"Selesai! Aku harap, Kevin akan menyukai penampilanku hari ini!" ujar wanita itu riang.

Ariana turun ke dapur untuk menemui Kevin, suaminya. Begitu sampai di dapur, dia cukup terkejut karena mendapati ada sosok berperawakan tinggi kekar yang jelas bukanlah Kevin. Sosok itu tengah berdiri membelakanginya, sibuk memasak untuk makan siang.

"Mas Kenzo?" tanya Ariana terkejut, begitu menyadari siapa yang tengah memasak di dapur pada siang itu. "Mas Kenzo baru datang?"

Kenzo yang dipanggil oleh Ariana tadi terlihat terlonjak di tempatnya. Perlahan dia menoleh dan tersenyum pada Ariana. Ariana menyadari jika Kenzo mencoba bersikap ramah padanya. Walaupun senyuman lelaki itu begitu kaku.

"A ... Ariana? Kamu sudah bangun? Kamu pasti lelah setelah perjalanan jauh dari Jakarta," ujar Kenzo berbasa-basi. "Iya, pagi tadi aku baru sampai di villa. Ngomong-ngomong kenapa berkunjung ke villa ini? Kamu datang bersama siapa?"

"Ah, iya Mas. Maaf jika Mas terkejut dengan keberadaanku di villa ini. Aku dan Kevin kemarin malam sampai di villa. Kami meminjam villa ini untuk berbulan madu selama beberapa hari." Dengan agak malu-malu, Ariana menjelaskan maksud kedatangannya.

Kenzo yang mendengar penuturan Ariana semakin bertambah kaget. "Apa? Berbulan madu? Kalian sudah menikah? Kapan?"

"I ... iya, Mas. Kemarin itu kami baru saja melangsungkan pernikahan. Setelah acara selesai, kami langsung berangkat ke Bandung," jawab Ariana lagi. "Memangnya Mas Kenzo tidak diberitahukan oleh keluarga yang lain?"

Kenzo mengurut keningnya. Dia lupa jika sudah keluar dari grup chat keluarga. Dia juga sudah memblokir beberapa nomor termasuk nomor Kevin dan juga Irene. Kenzo mematikan kompornya. Dia baru mengecek chat masuk ke handphone miliknya. Ternyata seminggu lalu, ibunya mengabari mengenai rencana pernikahan Kevin dan Ariana melalui chat.

"Ya ampun, aku lupa mengecek pesan!" seru Kenzo.

Ariana terlihat agak sedih. Kenzo yang merupakan saudara kandung Kevin tidak hadir di acara pernikahannya.

"Ah, tidak apa-apa, Mas. Mas pasti sibuk dengan pekerjaan. Kami bisa memaklumi kesibukannya Mas." Ariana mencoba menenangkan. "Ngomong-ngomong, Mas sudah selesai memasak? Boleh aku ambil alih kompornya?"

Kenzo merasa gugup. Dia pun mulai menghidangkan masakannya di atas piring dan beranjak mempersilakan Ariana untuk memasak. "Ah, iya. Silakan."

Ariana pun mulai mengecek bahan makanan dan mempersiapkan menu untuk makan siangnya bersama sang suami. Kenzo memperhatikan Ariana dari jauh.

"Masak apa ya hari ini? Kira-kira kalau aku memasak ayam teriyaki, apa dia akan suka?"

Ariana pun mulai mengolah makanannya sambil bersenandung kecil. Kenzo menatapnya dengan tatapan bersalah sekaligus iba. Hatinya tergelitik ingin memberitahukan jika dirinya lah yang sudah mengambil kesucian wanita itu di malam pertamanya.

Tapi melihat Ariana yang saat itu sangat bahagia ... Ariana yang menikmati bulan madunya bersama Kevin, membuat Kenzo tidak bisa berucap jujur terhadap wanita itu. Dia tak tega mengguratkan kesedihan di atas kebahagiaan wanita itu.

'Ariana, andai kamu tahu jika ... semalam itu kamu menghabiskan waktu denganku ... apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan membenciku?' batin Kenzo serasa teriris sembilu.

Kenzo hanya bisa menelan pil pahit yang tengah dia rasakan. Dia biarkan Ariana merasakan kebahagiaan semu, seolah wanita itu dapatkan dari Kevin yang telah menjadi suami sahnya.

Bahkan sampai sore hari, Kevin tak kunjung menampakkan batang hidungnya di villa itu. Entah di mana keberadaan Kevin saat itu. Ariana berkali-kali menghubungi Kevin, tapi Kevin tak merespon pesan dan telepon darinya.

"Ke mana ya, Kevin? Apa Mas Kenzo sempat berpapasan dengan dia tadi pagi?"

"Aku sama sekali tidak bertemu dengan dia. Begitu aku datang, aku hanya melihatmu sedang tidur ... di kamar utama."

Mengucapkan kalimat itu membuat ingatan Kenzo berkelana ke kejadian malam tadi. Sejujurnya kejadian itu begitu membekas dalam benaknya. Dirinya terus terbayang akan kemolekan tubuh adik iparnya itu. Kenzo merasa jantungnya berdetak lebih cepat di atas normal.

Kenzo pun beranjak keluar dari villa, berusaha mencari angin segar. Berduaan saja bersama Ariana membuat pikirannya kacau. Dia duduk di beranda villa untuk menenangkan pikirannya. Tak disangka, orang yang mereka cari baru saja memarkirkan mobilnya di halaman villa itu.

"Kamu sudah kembali?" Kevin begitu terkejut melihat kakaknya ada di villa itu. Dari ekspresinya terlihat jelas dia seperti habis kepergok berbuat kejahatan oleh Kenzo.

Kenzo menyunggingkan senyum tipisnya. "Ya. Baru saja. Kamu dari mana? Petang baru kembali. Meninggalkan istrimu sendirian di villa."

Kevin terlihat gugup sejenak. Dia lalu menampakkan wajah marah. "Bukan urusanmu!"

Kenzo bangkit dari tempatnya, dia merasa sangat tersinggung dengan sikap Kevin terhadapnya. "Jelas urusanku. Kamu datang ke sini tanpa izin. Selain itu, dari mana kamu tahu kode pintu villa ini?"

Kevin tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menekuk wajahnya kesal. "Minggir, aku mau masuk!"

"Kamu tidak pulang 'kan semalam? Apa kamu bersama dengan wanita idamanmu yang lain kemarin?" sindir Kenzo dengan sinis.

"Kubilang minggir, ya minggir!" Kevin menabrak tubuh kakaknya. Dia lalu menerobos masuk ke dalam villa tanpa berkata apa pun lagi.

Kenzo terdiam cukup lama. Dia yakin jika Kevin masih bermain api terhadap mereka saat ini. Kenzo sempat mengendus ada aroma familiar ketika Kevin menabrak tubuhnya tadi.

"Hm ... aroma ini. Parfum dengan wangi campuran jeruk, buah berry, melati, dan juga kayu-kayuan," gumam Kenzo sambil berpikir keras. "Aku rasa ini parfum milik wanita itu. Parfum yang aku berikan pada saat ulang tahunnya beberapa bulan lalu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status