Share

Selingkuhanku, Kakak Iparku
Selingkuhanku, Kakak Iparku
Author: Yumiharizuki

Bab 1: Tragedi Malam Pertama

"Sayang, maaf menunggu lama," ucap Kevin yang kini membawa sekantung penuh kaleng bir untuk menghangatkan malam mereka.

"Kevin! Kamu gila? Itu minuman keras, 'kan? Untuk apa kamu membawa bir itu ke sini?" Ariana memekik melihat kegilaan lelaki yang baru saja dinikahinya itu.

Kevin membuka satu kaleng bir untuk mereka. Dia kemudian menyerahkan bir itu pada istrinya yang terlihat melotot tak suka.

"Minum saja. Kamu akan suka rasanya. Minuman ini cocok untuk menghangatkan tubuh di cuaca yang dingin seperti saat ini," ujar Kevin.

Ariana terlihat ragu. Tapi akhirnya dia mencoba meneguk bir dalam kaleng itu. Cairan berbau pekat dengan aroma yang getir meluncur masuk melalui kerongkongannya. Ariana menghabiskan birnya dalam beberapa kali tegukan. Kevin tersenyum puas.

"Kevin! Rasanya segar sekali ... " Ariana mulai meracau. Matanya agak sayu saat itu. Sepertinya efek alkohol mulai mempengaruhinya.

Tak sampai di situ, Kevin malah membukakan satu kaleng lagi dan memberikannya pada sang istri.

"Ayo, minum lagi! Enak 'kan rasanya?"

Ariana meneguk lagi alkohol yang disuguhkan untuknya. Kali ini dia tak sanggup menghabiskan semua. Tiba-tiba, kaleng itu jatuh ke lantai dengan isinya yang tumpah, sementara tubuh Ariana sudah limbung di sofa. Kevin menyunggingkan senyum senang.

"Bagus, rencanaku berhasil! Tidurlah yang nyenyak, Sayang."

Kevin kini mulai mengangkat tubuh Ariana. Digendongnya sang istri menaiki tangga perlahan menuju ke lantai atas. Dia membaringkan tubuh Ariana ke atas ranjang berukuran king size di kamar utama. Ariana melenguh kecil.

"Mmmm, Kevin .... "

Kini Kevin sudah yakin jika istrinya sedang tak sadarkan diri. Tanpa membuang waktu, dia langsung pergi dari villa itu, meninggalkan Ariana yang sedang mabuk seorang diri.

***

Sebuah mobil SUF memasuki pekarangan villa di dataran tinggi Kota Bandung tak lama setelah Kevin pergi. Seorang lelaki berusia 33 tahun keluar dari sana. Wajahnya terlihat sangat kusut dan dipenuhi penat. Dengan langkah lunglai, dia mulai memijit kode pada pintu villa.

Lelaki itu melihat kondisi villa yang sudah berbulan-bulan dia tinggalkan. Dia mengernyit heran mendapati ada banyak kaleng bir di ruang keluarga.

"Kapan aku membawa bir ke villa ini?" gumamnya sejenak. "Ah, masa bodoh!"

Otak lelaki itu sedang tidak bisa berpikir. Dia langsung membuka kaleng bir yang ada dan meneguk isinya. Satu kaleng bir rupanya masih sangat kurang untuknya.

"Sial! Kupikir bir ini bisa membantuku untuk melupakan semuanya. Tapi malah tak berefek apa-apa!" rutuknya.

Lelaki itu rupanya sedang rapuh. Kejadian buruk yang tak dia inginkan membuatnya frustasi dan sedih. Bagaimana tidak, hubungannya dengan wanita idaman hati yang digadang-gadang akan menjadi pendampingnya di pelaminan harus berakhir tanpa dia duga.

"Irene. Apakah kasih sayangku belum cukup untuk membahagiakanmu? Mengapa kau meninggalkanku tiba-tiba?" desahnya sedih.

Lelaki itu kembali membuka banyak kaleng bir. Dia membiarkan kontaminasi alkohol di dalam tubuhnya mempengaruhi kewarasannya. Setelah meneguk sekian banyak kaleng bir, lelaki itu mulai oleng. Kepalanya terasa pusing.

"Aku harus ... beristirahat sekarang." Dia mulai bangkit dan merayap menuju ke lantai atas.

Perlahan tapi pasti, lelaki itu berhasil sampai di lantai atas yang merupakan kamar utama di villa itu. Dia segera masuk ke kamar untuk merebahkan diri. Namun matanya membelalak ketika melihat ada seorang wanita yang tertidur pulas di atas ranjangnya.

"I ... Irene?" ucapnya tak percaya.

Lelaki itu mengenali sang wanita sebagai mantan tunangan yang sudah mencampakkannya. Dia menghampiri tempat tidur itu dan menjulurkan tangan, membelai pipi wanita yang sedang terlelap.

"Ini benar-benar kamu?" tanyanya tak percaya. "Kenapa kamu bisa ada di sini?"

Wanita itu mengerang kecil. Terlihat mulai merasa tak nyaman. Tangannya mengipasi dirinya sendiri, sementara keringat membasahi tubuhnya. Wanita itu perlahan membuka mata.

"Panas ... Kevin, panas sekali," keluh wanita itu tak kuat menghadapi suhu tubuhnya yang mulai naik.

Lelaki itu terlihat getir. "Bahkan di saat seperti ini, kamu masih menyebut namanya? Sadarlah! Di depanmu itu aku, bukan dia!"

Lelaki itu menggertakkan gigi. Tanpa berpikir panjang, dia langsung naik ke atas ranjang dan menyergap wanitanya. Wanita itu terlihat terkejut saat mendapati bibirnya terbungkam oleh pergumulan panas sang lelaki.

"Kevin! Hmmmph!"

"Berhenti menyebut namanya lagi! Aku akan menghukummu karena sudah menyebut nama lelaki lain!" sergah sang lelaki, mengambil kendali di atas tubuh wanita itu.

Tangan lelaki itu mulai bergerilya, bergerak melepaskan semua kain yang membalut tubuh indah itu. Dia bertekad ingin merenggut kesucian sang wanita, menjadikan wanita itu miliknya seorang.

"Kevin .... " Wanita itu merintih.

"Sebut namaku!" desak lelaki itu penuh amarah.

Lelaki itu menyalurkan segala emosinya ke dalam permainan ranjang yang semakin memanas. Dia tak membiarkan wanita itu menyebut nama lelaki lain di hadapannya. Tanpa ampun, lelaki itu menghukum sang wanita dalam kenikmatan. Tak membiarkan wanita itu berhenti walaupun sudah melalui puncak kenikmatan surga dunia tersebut.

Pergulatan erotis itu berhenti ketika menjelang pagi. Kedua manusia itu terlihat lelah dan bergelung di selimut mereka tanpa sehelai benang pun. Ketika matahari sudah mulai naik, sang lelaki tersadar kembali pada realita. Dia terlonjak. Jantungnya hampir berhenti ketika mendapati wanita lain ada di atas tempat tidurnya kini.

"Ya Tuhan! Apa-apaan ini?"

Lelaki itu tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dia sampai mengucek matanya berkali-kali. Namun memang wanita itu bukanlah Irene yang semalam telah dia jamah, melainkan adalah Ariana yang merupakan calon istri dari adik kandungnya.

"Ti ... tidak mungkin! Aku yakin sekali, tadi malam aku sudah bercinta dengan Irene. Kenapa sekarang malah Ariana yang .... "

Lelaki itu perlahan mulai menyingkap selimut yang membalut tubuh mereka. Dia mendapati ada sisa-sisa pergumulan mereka malam tadi. Bahkan, ada bercak darah yang cukup banyak tertinggal di tempat Ariana tidur.

Wajah lelaki itu benar-benar pucat sekarang. Dia langsung berlari meninggalkan kamar dan beranjak ke kamar mandi. Dia basuh wajahnya berkali-kali agar benar-benar sadar dari mabuknya.

"Ja ... jadi benar jika aku sudah ... menodai Ariana, bukan Irene? Aku harus bagaimana?" keluhnya yang sangat frustasi menghadapi kenyataan pahit itu. "Tunggu, aku harus tenang!"

Dia pun mengatur napasnya, berusaha tenang agar dapat berpikir jernih dan mencari solusi atas semua masalah ini.

"Ariana masih belum sadarkan diri? Lebih baik aku merahasiakan hal ini darinya. Biarkan dia mengingat jika malam panas itu terjadi bersama Kevin, bukan denganku!"

Lelaki itu memutuskan untuk merahasiakan dan menutup rapat aib ini hanya untuk dirinya sendiri. Dia tak ingin Ariana mengetahui tragedi apa yang menimpa mereka malam kemarin. Apalagi mengingat semua itu terjadi karena kecelakaan. Mereka sama-sama mabuk sampai tak sadar sudah melakukan hal bodoh seperti semalam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status