Share

Bab 2

Setelah penandatangani surat perjanjian dari pria yang nama belakangnya Meyer itu, Fitri diantar keluar kembali oleh pria yang memakai jas itu.

Fitri bahkan tidak sempat membaca siapa nama jelas pria itu. Karena saat dia menandatangani surat perjanjian itu pria yang nama belakangnya Meyer itu memintanya untuk buru-buru jadi dia tidak sempat membaca apapun dalam surat perjanjian itu.

Fitri berpikir jika dia akan diantarkan ke ruang pameran kembali untuk bekerja, atau ke kabinnya. Tapi ternyata, pria itu malah mengarahkan dirinya ke sebuah tempat, yang jaraknya tidak jauh dari kamar VVIP yang baru saja dia tinggalkan.

"Masuklah, di dalam sudah ada penata rias dan penata busana. Kamu pakai pakaian yang mereka berikan, setengah jam lagi aku akan menjemputmu!" kata pria berjas itu lalu meninggalkan Fitri.

Dia bingung sekali, kenapa semua jadi seperti ini?

Dia benar-benar tidak menyentuh patung itu, tapi karena panik Fitri bahkan tidak bisa berpikir jelas dia bisa saja meminta mereka melihat rekaman CCtv. Tapi itu juga percuma, dia sudah tanda tangan surat perjanjian itu.

Sementara, dia tidak tahu siapa pria itu. Dia juga belum mengatakan semua ini pada bunda Irene, pemilik panti asuhan tempat dia tinggal, bagaimana dia bisa menikah tanpa memberitahu ibu panti yang telah mengurusnya selama 21 tahun ini.

Dalam keadaan yang masih bingung, pintu di depannya terbuka. Memperlihatkan dua orang yang tersenyum ramah padanya.

"Nona Fitri ya, cantik sekali, silahkan masuk. Kita harus cepat, atau tuan Theo akan marah nanti!" kata salah satunya yang menarik lengan Fitri dan membawa Fitri masuk ke dalam ruangan itu.

'Yang mana yang namanya Theo, apa pria yang membawaku ke sini? atau pria yang nama belakangnya Meyer itu?' batin Fitri sambil menghela nafas panjang.

Sesungguhnya Fitri masih bingung, apa yang terjadi saat ini. Dia merasa dirinya terjebak dalam sebuah masalah yang sangat besar dan akan berlangsung sangat lama.

Beberapa lama kemudian...

"Wah, anda memang cantik. Memang sangat cocok menjadi pasangan tuan Meyer!" kata salah satu perias wajah Fitri.

Fitri memang cantik, dia tinggi dan badannya bagus. Sayangnya dia anak panti asuhan, bukan karena tidak ada yang ingin mengadopsi dirinya. Hanya saja, dia tidak mau di adopsi. Dia ingin terus tinggal dengan bunda Irene dan adik-adik pantinya.

Pintu ruangan itu terbuka, dan pria berjas itu kembali masuk ke ruangan.

"Nona Fitri, silahkan ikut aku!" kata pria berjas itu.

Fitri pun berdiri, dengan gaun berwarna putih, gaun itu cukup simple tapi terlihat sangat mewah karena aksen di sekitar lengan dan perutnya.

Perlahan Fitri mengikuti pria itu.

"Maaf tuan, kalau aku boleh bertanya, siapa nama tuan Meyer itu?" tanya Fitri yang merasa harus tahu siapa nama suaminya.

Masak iya, dia tidak tahu nama suaminya sendiri, hal itu kan aneh sekali.

"Tuan Aaron Meyer!" jawab pria itu cepat.

"Dan namamu tuan?" tanya Fitri lagi.

"Theo!" kata pria yang ternyata bernama Theo itu.

Fitri tersenyum, dia pikir pria di depannya itu tidak jahat. Kalau dia pria jahat, tidak mungkin menjawab pertanyaan Fitri dengan baik seperti itu. Pasti daripada menjawab pertanyaan Fitri, lebih baik pria itu membentak Fitri atau menyuruhnya diam dan jangan banyak tanya.

Pria itu membawa Fitri ke sebuah ruangan yang bukan kabin. Fitri di minta untuk duduk, dan ternyata pria yang bernama Aaron Meyer itu juga sudah ganti baju dengan warna senada dengannya. Tak menunggu lama, prosesi pengikatan janji suci pernikahan terjadi.

"Mulai saat ini, kalian telah dinyatakan sah menjadi suami istri!" kata pria tua berkacamata yang memakai setelah jas hitam di depan pria itu.

Fitri di tuntun oleh seorang wanita paruh baya ke dekat pria itu. Lalu ada seorang fotografer yang mengabadikan saat pria itu menyambut tangan Fitri dari wanita paruh baya itu. Seorang wanita lain juga datang dengan kotak cincin di atas baki kecil yang di tutupin kain putih berenda.

Aaron Meyer meraih tangan Fitri dan menyematkan salah satu cincin dari dua cincin yang ada di kotak itu.

Fotografer kembali memotret mereka. Fitri masih tidak bisa berpikir dan berkata-kata. Semua ini terjadi begitu saja.

"Ambil cincin itu dan pakaikan padaku!" kata Aaron dengan sangat datar.

Fitri masih terdiam, tapi pria itu menyentuh lengan Fitri dan mencengkram lengan Fitri dengan kuat. Saat itulah Fitri sadar kalau dia benar-benar telah terjebak dalam masalah besar.

"Jangan membuat ulah, cepat ambil cincin itu!" kata pria itu dengan mata yang menatap begitu tajam ke arah Fitri.

Dengan mata berkaca-kaca, Fitri meraih cincin itu pada pria itu. Bukan karena dia takut atau kesakitan akibat cengkraman tangan Aaron. Tapi karena dia baru menyadari kalau dia menikah dengan pria yang entah untuk tujuan apa menikahinya, yang jelas tidak ada sama sekali cinta di mata pria itu. Dan pastinya kehidupan rumah tangganya nanti akan menjadi sangat tidak baik untuknya.

Fitri menyematkan cincin itu di tangan Aaron, dan belum Fitri menarik tangannya. Aaron sudah meraih pinggang Fitri dan mencium bibir Fitri beberapa saat, sampai dua jepretan flash camera dari fotografer itu menyala.

Mata Fitri terbelalak, itu adalah ciuman pertamanya. Pria itu bahkan menggigit bibir bawahnya, membuat Fitri membuka mulutnya. Dan pada akhirnya satu jepretan kamera mengakhiri apa yang di lakukan Aaron itu.

Aaron melepaskan Fitri yang masih terkejut dan bingung. Dengan santainya pria itu melepaskan jasnya dan berkata pada Theo.

"Kirimkan foto-foto itu pada pak tua itu, lalu suruh dia kembalikan jabatan CEO itu padaku!" kata Aaron lalu pergi begitu saja.

Theo, pria berjas yang ternyata adalah asisten pribadi Aaron membungkukkan setengah badannya dan berkata.

"Baik tuan" katanya dengan sangat ramah.

Fitri masih berdiri di tempatnya, semua orang juga sudah pergi. Pria tua yang menikahkan dia dengan Aaron, lalu dua wanita dan dua pria yang menjadi saksi pernikahannya tadi.

Theo menghampiri Fitri dan berkata.

"Nona bisa kembali ke kamar nona, rapikan semua barang-barang nona. Besok pagi kita akan pergi ke rumah tuan besar, mertua nona!" kata Theo yang lantas meninggalkan Fitri begitu saja.

Fitri berjongkok di tempatnya, dia menghembuskan nafas yang sejak tadi di tahannya. Dia benar-benar sudah menikah, tapi entahlah... dia sama sekali tidak merasa bahagia. Yang dia dengar tadi, Aaron mengatakan agar mengirimkan foto-foto pernikahan mereka itu pada pria tua yang bisa mengembalikan jabatannya sebagai CEO.

Fitri tidak bisa menduga, dia tidak pernah bertemu masalah seperti ini sebelumnya.

"Aku terjebak dalam masalah apa ini?" gumam Fitri bertanya-tanya.

***

To be continued...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tutik Susilawati
terjebak sama pria suombonggg
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status