Share

Bab 5

Fitri hanya bisa menutup telinganya dengan bantal ketika mendengarkan semua dari ruang tengah. Wanita itu, yang katanya kekasih Aaron itu benar-benar datang ke apartemen mereka.

Wanita itu datang saat Fitri baru merapikan apartemen. Dan saat Fitri membuka pintu, dengan santainya wanita itu langsung masuk ke dalam apartemen sebelum Fitri mempersilahkan dia masuk.

Dia langsung memanggil nama Aaron, dan menyebutkan kata sayang. Saat itulah Fitri yakin kalau wanita itu adalah Erica, kekasih suaminya.

Penampilan wanita itu memang luar biasa, tapi caranya memperlakukan orang lain dan tatapannya pada Fitri benar-benar membuat Fitri lost respect pada wanita yang cantik, berkulit putih, berambut indah dan bertubuh elok itu.

Dan begitu Aaron keluar kamarnya, tanpa malu-malu wanita itu melumatt bibir Aaron tanpa rasa risih atau malu di depan Fitri.

Fitri yang sadar diri langsung pergi dari sana, tapi saat Fitri akan pergi. Aaron memanggilnya dan memerintahkan Fitri untuk membuatkan minuman untuk Erica.

Fitri sudah melaksanakan perintah itu, dia membawakan jus jeruk untuk Erica. Meletakkannya dengan sopan di atas meja. Tapi begitu Erica meminum minuman itu, Erica malah membanting jus jeruk itu.

Erica mengatakan kalau jus jeruk itu terlalu asam.

"Kamu ini benar-benar tidak becus ya jadi pelayan!" pekik Erica pada Fitri.

Fitri hanya bisa minta maaf, karena saat dia menoleh ke arah Aaron. Pria itu malah menatap tajam padanya dan terlihat tak perduli pada apapun yang di katakan Erica pada Fitri.

Fitri sadar, siapalah dia sampai sampai Aaron akan perduli padanya. Pada akhirnya Fitri meminta maaf dan membersihkan semua kekacauan yang di buat oleh Erica, lalu menyiapkan minuman yang baru.

Setelah semua itu, Aaron menyuruhnya untuk tidak muncul lagi di hadapan Erica dan Aaron. Fitri pun masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya itu. Dia memilih menutup telinganya karena suara-suara yang di timbulkan oleh dua orang yang sedang bergulat panas di ruang tengah itu.

Fitri tak menyangka akan menemukan orang-orang seperti Aaron dan Erica. Mereka belum menikah, tak sudah melakukan hubungan seperti itu, di apartemen Aaron pula. Fitri sendiri benar-benar hilang respect pada Erica.

Beberapa lama kemudian, Fitri sampai tertidur karena menutup telinganya dengan rapat menggunakan bantal dan juga pendingin ruangan yang sejuk yang membuatnya terlelap.

Sampai dia terbangun sendiri, dan dia lihat dari jendela kamarnya, di luar sudah gelap.

Dia begitu khawatir pada bunda Irene dan adik-adik pantinya, tapi ponselnya di tahan oleh Aaron. Fitri jadi bingung harus bagaimana.

Fitri keluar dari kamar, dan begitu dia ke ruang tengah, dia melihat di sana sudah banyak tissue yang berceceran dimana-mana. Fitri hanya bisa mengusap wajahnya. Untung saja dia tidak mencintai Aaron, kalau dia menikah karena cinta, dan melihat hasil perbuatan suaminya seperti itu. Dia pasti akan sangat sakit hati.

Fitri membersihkan semua kekacauan itu. Sampai bersih, sangat bersih dan rapi. Setelah itu dia memasak untuk makan malam, barulah saat itu dia mendengar suara telepon dari ruang tengah.

Fitri segera mengangkat telepon itu.

"Halo, selamat malam!" sapa Fitri.

"Halo nak, bagaimana dengan tempat tinggal barumu? apa kamu menyukainya?" tanya Adriana.

"Ibu, iya Bu. Tempat ini sangat nyaman. Terimakasih banyak!" kata Fitri.

"Kenapa mengucapkan terimakasih terus nak, itu adalah hadiah dari seorang ibu. Oh ya, besok pagi, ibu mau ajak kamu ke panti asuhan. Ibu juga harus kenal dengan besan ibu kan? kamu siap-siap ya besok pagi, jam delapan pagi, ibu akan sampai di apartemen dan menjemput kamu!" kata Adriana.

Rasa bahagia Fitri tak bisa dia ungkapkan, matanya berbinar dan berkaca-kaca. Dia baru saja memikirkan bagaimana caranya menghubungi bunda Irene dan bertanya tentang kabar adik-adik panti. Tapi ibu mertuanya malah mau mengajaknya kesana.

"Iya Bu, aku akan siap saat ibu datang!" kata Fitri senang.

"Bagus! lalu dimana Aaron? apa dia memperlakukanmu dengan baik?" tanya Adriana lagi.

"Tuan....!"

"Tuan?" tanya Adriana menyela.

"Em... maksudku Aaron, dia... dia sedang keluar. Mungkin sebentar lagi akan kembali!" kata Fitri yang memang tidak melihat ada tanda kehidupan Aaron di apartemen.

"Oke baiklah, ibu hanya menyampaikan itu saja. Kamu jaga diri baik-baik ya nak!"

"Iya Bu!"

Dan panggilan telepon pun berakhir, Fitri menghela nafas lega sambil memeluk gagang telepon di dadanya. Dia begitu senang bisa pergi ke panti dan bertemu dengan bunda Irene dan adik-adik pantinya.

Keesokan paginya, Fitri sudah membuatkan sarapan dan membersihkan rumah. Fitri ingat, dia tidak boleh masuk ke kamar Aaron. Karena itu dia hanya mengetuk pintu untuk memberitahukan kalau sarapan sudah siap.

Tapi setelah beberapa kali mengetuk, tak ada jawaban dari dalam kamar. Karena penasaran, Fitri membuka kamar itu, takutnya terjadi sesuatu pada Aaron. Tapi ternyata Aaron tengah tertidur lelap di atas tempat tidurnya sendirian.

"Jadi wanita itu sudah pergi" gumam Fitri yang langsung kembali menutup pintu.

Fitri pun sarapan sendiri, karena dia memang ingin cepat-cepat pergi ke panti asuhan. Tak lama setelah Fitri selesai sarapan, pintu apartemen terbuka. Dan memperlihatkan Aaron yang pulang dalam keadaan berantakan.

Tapi meski melihat hal itu, Fitri hanya diam. Dia tidak berani bertanya sampai Aaron masuk ke dalam kamarnya.

Tak lama setelah itu bel pintu apartemen berbunyi, Fitri segera membuka pintu. Dan ternyata yang datang adalah Adriana.

"Selamat pagi nak! bagaimana? sudah siap?" tanya Adriana yang memang selalu memeluk Fitri dan mencium pipi kanan dan kiri menantunya itu setiap mereka baru bertemu.

"Sudah Bu" jawab Fitri.

"Oh ya, mana suamimu. Dia juga sudah siap kan?" tanya Adriana.

"Dia ada di kamar... tapi Bu...!"

Melihat ekspresi Fitri, Adriana tahu kalau Aaron tidak mau ikut. Maka Adriana pun bergegas ke kamar Aaron dan mengetuk pintunya dengan kencang.

Tok tok tok

Aaron yang mendengar suara ketukan keras di pintu mengira itu adalah Fitri. Dia kesal sekali, sampai dalam keadaan tanpa atasan karena memang dia ingin mandi. Aaron membuka pintu itu dengan kesal.

"Beraninya kamu...!"

Aaron menjeda kalimatnya, ketika dia melihat bukan Fitri, tapi ibunya yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Kamu bilang apa?" tanya Adriana.

"Ibu!"

"Apa ibu, ibu? cepat pakai pakaian yang rapi, kita akan menemui bunda Irene di panti asuhan!" kata Adriana tegas.

"Untuk apa?" tanya Aaron malas.

"Untuk apa? untuk apa? kamu ini baru menikah dengan Fitri, tentu saja kamu harus berkunjung ke rumah ibu mertua kamu. Kamu ini bagaimana sih? cepat ganti baju saja, lima menit sudah harus siap!" kata Adriana.

Tatapan mata Aaron benar-benar mematikan ketika dia melihat ke arah Fitri.

'Dia pasti akan mengamuk setelah ini!' batin Fitri.

***

To be continued...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status