Share

Bab 4

Saat Aaron berbalik, dia melihat kalau Fitri tengah melihatnya dari dekat pintu kaca yang menghubungkan balkon kamar Aaron dengan kamarnya.

"Sayang, sudah dulu ya. Aku akan menemui kamu setelah masalah perusahaan selesai!" kata Aaron pada wanita yang dia hubungi, yang dia panggil sayang.

Setelah itu Aaron menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaket yang dia pakai. Dia berjalan perlahan ke arah Fitri, dan Fitri yang terlihat takut pun melangkah mundur.

"Kamu menguping pembicaraan ku?" Yahya Aaron dengan tatapan mata tajam dan sangat membuat Fitri merasa tidak nyaman.

"Ma... maaf tuan, aku tadi mau bertanya. Tapi, aku tidak sengaja mendengar...!"

"Apa yang kamu dengar?" tanya Aaron menyela Fitri.

Fitri sampai terjingkat ke belakang satu langkah. Karena memang Aaron bicara dengan suara keras dan sangat mengejutkan dirinya.

"Aku... aku...!"

"Kamu itu hanya istri kontrak di atas kertas, mengerti?" tanya Aaron.

Tapi hal itu tidak membuat Fitri terkejut, sepertinya dia mulai mengerti. Kenapa Aaron menikahinya.

"Aku menikah denganmu, untuk mendapatkan kepercayaan ayah dan ibuku lagi. Wanita yang aku telepon tadi adalah kekasihku Erica, dia sangat aku cintai. Tapi ibuku tidak menyukainya, dan mereka baru akan memberikan perusahaan padaku, kalau aku menikahi wanita lain. Jadi aku tegaskan padamu, kalau kamu itu tidak lebih dari pelayan untukku!" kata Aaron yang lantas pergi meninggalkan kamar itu.

Fitri lagi-lagi menghela nafas. Dia berpikir kalau jadi pelayan di rumah ini juga tidak buruk. Lebih baik setidaknya dari menjadi istri sungguhan pria yang sangat arogan dan kasar seperti Aaron.

Malam harinya, setelah merapikan semua barangnya dan mandi juga ganti pakaian. Fitri membantu para asisten rumah tangga bagian dapur untuk memasak. Awalnya mereka tidak mau Fitri membantunya, tapi karena Fitri memaksa mereka pun membiarkan Fitri memasak.

Adriana yang datang pertama kali ke ruang makan melihat Fitri menyiapkan makan di meja tersenyum senang.

"Kamu membantu mereka memasak nak? seharusnya tidak perlu!" kata Adriana.

Beberapa saat kemudian, semua sudah berkumpul di meja makan. Lucas merasa kalau makanan yang di masak malam ini agak berbeda.

"Apa ada koki baru Bu? masakannya lebih enak?" tanya Lucas.

"Kokinya adalah menantu kita ayah, dia pandai sekali memasak. Benar-benar istri idaman, iya kan Aaron?" tanya Adriana pada Aaron.

"Biasa saja!" jawab Aaron yang lupa kalau dia harus bersikap manis pada Fitri.

Adriana dan Lucas langsung saling pandang. Mereka mulai merasa kalau ada yang tidak beres dengan pernikahan anaknya yang memang terkesan mendadak. Meski dalam skenario yang di sampaikan Theo, mereka sudah mengenal lebih dari dua bulan. Tapi dari sikap Aaron terlihat kalau dia masih tidak perduli pada Fitri.

"Apa maksud mu biasa saja?" tanya Adriana curiga pada Aaron.

Aaron yang menyadari kalau dia salah bicara langsung meralat apa yang ia katakan barusan.

"Iya karena aku sudah biasa makan masakan Fitri saat di panti, jadi rasanya ya jadi biasa untukku!" kata Aaron beralasan.

Lucas mengangguk paham. Tapi Adriana masih merasa ada yang tidak mengena dengan apa yang di katakan dan di lakukan oleh Aaron.

Setelah makan malam, Adriana dan Lucas mengajak Fitri ke kamar mereka. Mereka membarikan hadiah pernikahan untuk Fitri. Satu set perhiasan berlian yang begitu mahal, sebuah mobil dan juga satu buah kartu kredit tanpa limit pada Fitri.

Fitri sampai menangis menerima semua itu, awalnya dia merasa tidak pantas dan menolaknya dengan halus. Namun Adriana berhasil membujuknya untuk menerima semua itu. Adriana bahkan berkata, itu hanya hadiah uang sangat kecil. Tapi bagi Fitri itu adalah hadiah yang luar biasa besar dan banyak.

Setelah mendapatkan semua itu, Adriana mengatakan pada Fitri untuk menyimpan semua itu sendiri dengan baik. Itu semua miliknya, bukan milik bersama dengan Aaron. Jadi Adriana minta untuk Fitri menyimpannya sendiri dengan baik. Terserah Fitri mau di gunakan untuk apa nantinya.

Begitu kembali ke kamarnya, Aaron terlihat berdiri di dekat pintu.

"Lama sekali, apa saja yang kamu bicarakan dengan ayah dan ibuku?" tanya Aaron.

"Mereka memberikan hadiah ini padaku!" kata Fitri jujur menunjukkan barang-barang yang di berikan oleh Adriana dan Lucas padanya.

"Simpan barang-barang itu dan cepat kembali kemari!" kata Aaron.

Fitri mengangguk dan langsung menyimpan barang-barang itu di dalam tas yang ada di lemari di ruang ganti.

Fitri cepat kembali lagi ke kamar dan berdiri agak jauh dari Aaron.

"Dengar! besok pagi, katakan pada ayah dan ibu kalau kamu ingin kita pindah ke apartemen. Kalau ibu menghalangi pikirkan alasan yang bagus, pokoknya kita harus pindah ke apartemen besok pagi. Mengerti!" kata Aaron yang langsung pergi ke tempat tidur lalu mematikan lampu kamar.

Fitri pun duduk di atas sofa yang akan menjadi tempat tidurnya malam ini. Dia masih belum bisa merebahkan diri karena memikirkan bagaimana caranya dia mengatakan pada Adriana dan Lucas, pada kedua mertuanya itu kalau dia mau pindah dan tinggal di apartemen. Baru saja dia di beri hadiah, masak iya mau minta hal lain lagi. Itu namanya kan ngelunjak.

Tapi Fitri benar-benar bingung.

'Aku harus bilang apa? dan kalau Bu Adriana menolak, aku harus bagaimana meyakinkannya!' batinnya kebingungan.

Dan pada akhirnya, sambil memikirkan bagaimana cara mengatakan hal itu pada mertuanya. Fitri tertidur.

Keesokan paginya, di meja makan. Aaron terus menatap Fitri dengan tajam. Fitri mengerti kalau Aaron itu ingin dia celah mengatakan apa yang di perintahkan oleh Aaron semalam. Tapi Fitri benar-benar bingung memulai apa yang harus dia katakan.

"Oh ya nak, ini adalah kunci apartemen di kawasan Rosella Residen, ini hadiah pernikahan dari kami untuk kalian berdua. Apartemen ini atas nama kamu Fitri!" kata Lucas memberikan sebuah kunci apartemen.

Fitri merasa seperti mendapatkan oksigen yang bersih dan segar ketika Lucas mengatakan itu padanya. Tadinya dia bingung, mau mengatakan apa yang di minta oleh Aaron. Tapi sepertinya Tuhan membantunya.

Setelah mengucapkan terima kasih, hari itu juga mereka pergi untuk pindah di apartemen. Lucas dan Adriana melakukan itu agar Fitri dan Aaron bisa lebih dekat lagi, tinggal di rumah dengan banyak asisten rumah tangga dan penjaga rumah, mungkin akan sedikit risih bagi mereka yang merupakan pengantin baru.

Setelah tiba di apartemen, Aaron memilih kamar yang besar dan memerintahkan Fitri tinggal di kamar yang lebih kecil.

"Kamu tidur di sana, tidak akan ada asisten rumah tangga. Buat dirimu lebih berguna di sini!" ucap Aaron yang begitu terdengar kasar dan acuh.

"Jangan pernah masuk ke kamar ini, karena ini adalah kamar untukku dan Erica!"

'Apa?' batin Fitri tak percaya 'Jadi ini alasannya, kenapa dia minta aku untuk mengatakan pada ayah dan ibu agar kami pindah ke apartemen, agar dia bisa tinggal bersama kekasihnya, ya Tuhan... pernikahan macam apa ini?' 

***

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status