Aaron, Fitri dan ibunya sudah sampai di depan panti asuhan bunda Irene.
Bunda Irene yang memang selalu ramah dan tersenyum ketika melihat siapapun meskipun baru bertemu dengannya, tersenyumlah ramah pada Adriana.Banyak juga hadiah yang di bawa oleh Adriana. Aaron langsung menarik tangan Fitri. Mengajaknya menjauh dari Adriana dan berkata."Dengar, katakan pada ibu pemilik panti itu, kalau aku memang sudah sering kemari. Seperti yang kita sepakati, jika ibuku curiga sebelum aku mendapatkan jabatanku kembali, kamu akan tetap aku tuntut. Mengerti!" ucap Aaron tegas sekali saat berbisik pada Fitri.Fitri hanya bisa mengangguk paham, baru setelah itu Aaron melepaskan Fitri.Fitri pun minta ijin pada ibu mertuanya untuk bicara dengan ibu panti."Nak, ada apa semua ini. Nyonya itu menyebutmu sebagai menantunya? apa yang sebenarnya terjadi?" tanya bunda Irene pada Fitri."Bunda sebenarnya..."Fitri pun pada akhirnya menceritakan semuanya kepada bunda Tiara. Tidak ada yang dia tutupi karena memang Fitri akan selalu jujur pada bunda Irene."Kasihan sekali kamu nak...""Tidak apa-apa bunda, tidak akan lama. Hanya enam bulan saja, setelah itu aku akan kembali ke panti ini" kata Fitri memeluk bunda Irene.Setelah menjelaskan semuanya pada bunda Irene, bunda Irene juga tidak bisa berbuat banyak selain mengikuti apa yang di minta oleh Fitri. Meski rasanya sangat berat untuk berbohong pada Adriana. Bunda Irene juga hanya mengangguk dan menggeleng saja, dia tidak berani banyak bicara. Sesungguhnya kalau bukan karena Fitri, bunda Irene tak mau bersikap baik pada Aaron.Bunda Irene telah hilang respect pada suami Fitri itu, karena bagaimana seorang anak bisa membohongi orang tuanya demi harta, jabatan dan wanita. Itu terdengar begitu menyedihkan.Setelah dari panti asuhan, Adriana mengantar kembali Aaron dan Fitri ke apartemen. Sampai di apartemen, Adriana memberikan tiket bulan madu untuk meteka berdua."Ibu harap pulang dari bulan madu, ibu dapat kabar baik ya" kata Adriana yang langsung meninggalkan apartemen.Setelah Adriana pergi, Aaron pun menyuruh Fitri untuk beres-beres."Tapi tuan, aku tidak punya... paspor" kata Fitri takut.Aaron berdecak kesal,"Ini tahun berapa sih? bagaimana bisa tidak punya paspor. Benar-benar ya" kata Aaron kesal.Aaron pun segera menghubungi Theo untuk mengurus semuanya.Keesokan harinya, Theo datang pagi-pagi sekali ke apartemen Fitri. Dia datang untuk menyerahkan paspor pada Fitri.Setelah itu mereka pergi ke bandara. Dan di bandara, Fitri hanya bisa menghela nafas, sebenarnya dia tidak terlalu terkejut dengan kehadiran Erica di sana. Fitri sudah menduga hal itu."Sayang" kata Erica yang bahkan mencium bibir Aaron di depan umum.Fitri saja merasa risih dan memalingkan wajahnya. Theo melihat reaksi Fitri dan dia cukup paham. Theo pun menutupi pemandangan itu dari Fitri dengan punggungnya yang lebar.Bahkan di pesawat, Aaron minta pada Fitri untuk bertukar tempat duduk dengan Erica. Dan dari tempatnya duduk, dia bisa melihat sepasang kekasih yang tidak tahu malu itu berbumbu mesra di dalam pesawat yang sedang terbang menuju Maldives itu.Theo melihat Fitri yang sama sekal tidak perduli, itu membuat Theo sedikit lega. Karena sebenarnya Theo juga kasihan pada Fitri, Aaron meminta Theo mencari tahu tentang Fitri. Theo pergi ke panti asuhan dan menemukan bahwa Fitri adalah satu-satunya yang bekerja di panti itu.Fitri harus lembur setiap harinya supaya bisa memenuhi kehidupan 20 adik pantinya jika tidak ada donatur yang memberikan bantuan. Pandangan Theo berubah drastis pada Fitri ketika dia mengetahui semua itu, sejak bayi Fitri berada di panti asuhan itu. Menolak setiap yang akan mengadopsinya karena tidak ingin meninggalkan bunda Irene yang sudah bertahun-tahun merawat dan menjaganya dengan baik. Semua itu benar-benar mengubah pandangan Theo tentang seorang wanita.Theo yang selama ini di didik keras di yayasan yang memang mengkhususkan untuk orang-orang yang siap bekerja menjadi asisten yang pintar, handal dan disiplin bahkan jarang bertemu dengan ayah dan ibunya memang seorang petani di desanya. Dan wanita-wanita yang dekat dengan Aaron, semua adalah wanita manja, bahkan para karyawan di perusahaan juga wanita yang ambisius mementingkan kepentingan dan keuntungan sendiri.Jadi begitu dia mengetahui seperti apa Fitri dari bunda Irene dan semua yang ada di panti, bahkan tetangga panti juga. Theo mulai respect pada Fitri. Melihatnya di perlakukan oleh Aaron seperti itu, dia jadi sedikit khawatir. Tapi melihat Fitri yang tidak perduli, pada akhirnya Theo bisa menghilangkan kekhawatiran dalam dirinya itu.Penerbangan yang berlangsung selama beberapa jam itu akhirnya berakhir. Mereka sampai di bandara internasional Maldives.Erica bahkan dengan berani dan tidak sopan meminta Fitri membawakan kopernya. Saat Theo menawarkan diri untuk membawa koper itu, Erica marah dan meminta Aaron menegur asisten pribadinya itu."Tidak apa-apa tuan Theo, aku bisa bawa dua-duanya kok" kata Fitri yang memang sudah biasa dengan pekerjaan yang lumayan berat seperti itu.Theo hanya bisa mengangguk. Tapi dia juga terus mengawasi Fitri dari belakang, mencoba untuk memastikan Fitri baik-baik saja.Sampai di hotel, Aaron bahkan meminta Fitri untuk tinggal di sebelah kamarnya. Sedangkan dia akan bersama dengan Erica di kamar bukan madu yang di siapkan oleh Adriana untuk Fitri sebenarnya."Dengar ya, kamar kamu jangan di kunci. Kalau ibu telepon, aku akan langsung ke kamar kamu. Dan kalau ibu telepon kamu, kamu yang harus langsung ke kamar aku. Jangan katakan Erica ada di sini, mengerti!" seru Aaron pada Fitri di depan kamarnya.Fitri hanya mengangguk, dan setelah Aaron pergi. Dia baru masuk ke dalam kamarnya.Fitri sangat senang melihat pemandangan dari balkon kamarnya."Wah, indah sekali" kata Fitri mengagumi view yang dia lihat.Tapi saat dia menoleh ke kiri, dia melihat pemandangan yang mungkin akan merusak matanya. Di balkon kamarnya, Aaron sedang bercumbu mesra dengan Erica.Fitri buru-buru menutupi matanya dengan tangannya dan masuk ke dalam kamarnya."Ya ampun, siang bolong. Tuan Aaron itu mengerikan sekali, tidak pagi, tidak malam, tidak siang.. apa yang di otak mereka hanya bermesraan saja? orang kaya memang mengherankan" kata Fitri yang buru-buru menutup pintu kamar yang menghubungkan dengan balkon.Saat Fitri menutup pintu, tiba-tiba ponselnya berdering."Hah, ibu Adriana. Bagaimana ini? si singa itu akan mengamuk kalau aku mengganggu acara bermesraannya dengan kekasihnya itu" gumam Fitri bingung.Akhirnya Fitri membiarkan saja ponselnya yang berdering sambil dia pandangi."Maaf ya ibu Adriana, tapi aku akan bilang aku sedang di kamar kecil nanti kalau kamu menghubungi aku lagi. Karena aku takut singa itu akan mengamuk kalau aku mengganggunya" ucap Fitri merasa bersalah.***Bersambung...Di dalam kamarnya, ponsel Aaron yang gantian terus menerus berdering. Aaron mendengar itu, tapi Erica terus mencoba untuk menghalangi kekasihnya itu pergi darinya. "Sayang, aku akan angkat teleponnya sebentar. Kalau itu dari ibu, kartu kredit ku bisa-bisa di blokir" kata Aaron. Dengan terpaksa, meskipun enggan. Akhirnya Erica turun dari pangkuan Aaron dan merapikan kemejanya yang kancingnya sudah terbuka semua. Aaron mengusap bibirnya yang basah lalu meraih ponselnya. Matanya melebar ketika melihat siapa yang tengah menghubunginya. Aaron bergegas keluar dari kamar dan menuju ke kamar Fitri. Saat itu Fitri sedang merapikan pakaiannya di lemari, tapi Aaron masuk ke dalam kamarnya dan langsung mencium leher Fitri dan memberikan isapan kencang di sana. "Agkhhh" Fitri berteriak kesakitan, dia mendorong Aaron sampai jatuh ke lantai. "Kamu berani mendorong ku?" tanya Aaron marah. Fitri yang seharusnya marah, bukan? tapi kemudian dia ingat surat kontrak itu. Dia hanya bisa memegang le
Erica mendekati Aaron tapi Aaron sudah kehilangan keinginan untuk menyentuh Erica. Hal itu membuat Erica bertanya-tanya. "Honey, why?" tanya Erica yang terlihat kesal dan menghalangi Aaron yang ingin masuk ke dalam kamar mandi. "Sorry sayang, ibuku tadi mengatakan hal yang tidak enak. Aku jadi hilang mood. Aku akan mandi, setelah itu kita lebih baik jalan-jalan saja ya" kata Aaron."Oke" jawab Erica sambil tersenyum. Tapi setelah Aaron masuk ke dalam kamar mandi, dengan cepat Erica merubah wajahnya menjadi kesal. Dia merasa kalau penolakan Aaron itu pasti berhubungan dengan Fitri. Erica yang sama sekali tidak ingin kecolongan, lantas pergi ke kamar Fitri dengan kesal. Padahal dia masih memakai atasan yang memperlihatkan semua bagian perutnya dan celana pendek sekali, hanya menutupi bagian pangkal pahanya saja. Pintu kamar Fitri juga di buka dengan kasar, saat itu kebetulan Theo baru kelar dari kamarnya setelah merapikan pakaian. Dia melihat Erica dengan kesal membuka pintu kamar
Fitri menangis ketika Aaron menarik kasar perban dari lehernya. Aaron juga melihatnya, goresan panjang berwarna merah kehitaman terdapat di leher Fitri yang tadi berusaha dia tutupi dengan perban. "Tuan, tadi nona Erica marah pada nona Fitri. Dia mencakar leher nona Fitri, begitu melihat tanda merah yang tuan tinggalkan di leher nona Fitri" kata Theo berusaha menjelaskan. Aaron langsung melemparkan perban itu ke lantai. Aaron menatap luka Fitri itu dan memalingkan wajahnya. "Theo, obati wanita kampungan ini. Kalian malam malam saja di sini, pesan layanan kamar" kata Aaron yang langsung pergi meninggalkan ruangan itu dengan cepat. Theo melihat Fitri kembali menangis menjadi sangat sedih. Untung saja kotak obatnya dia tinggalkan di kamar Fitri. "Aku akan obati lukamu, setelah itu aku akan pesan makanan" kata Theo. Theo mengobati lagi luka di leher Fitri. "Fitri, kamu pasti...""Aku tidak apa-apa kak, hanya lehernya saja yang sakit kok. Yang lain tidak" ucap Fitri berbohong. Di
Theo sudah bangun dan mendatangi kamar Aaron, untuk memberitahu bosnya itu kalau mobil yang akan membawa mereka berlibur berkeliling kota ini akan tiba sedikit terlambat. Karena memang kebanyakan dari para turis mengelilingi kota dengan berjalan kaki, tapi karena cuaca di tempat ini memang sedikit panas, karena memang musim panas. Erica tidak mau berjalan-jalan dengan berjalan kaki. Dia mau naik sebuah mobil yang mewah dan hanya berdua saja dengan Aaron. Tidak ingin ada supir yang akan mengganggu mereka saat ingin bermesraan kapan saja. Aaron mengetuk pintu kamar Aaron, dia hanya mengetuk. Memang seperti itu, dia tidak akan bicara atau berhenti mengetuk sebelum Aaron membuka pintunya. Dan suara ketukan pintu itu membuat Erica merasa sangat terganggu. Sedangkan Aaron, dia sedang berada di dalam kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap setelah dari balkon tadi. Erica yang kesal sampai melemparkan bantal yang tadi dipakainya ke lantai. "Berisik sekali sih, siapa yang pagi-pagi begin
Theo langsung mengajak Fitri berjalan-jalan di dekat hotel itu. Di sana juga terdapat banyak penjual oleh-oleh dan banyak sekali stand makanan dari hotel sampai ke arah pantai. "Ini pertama kalinya aku ke luar negeri..." Fitri yang takut salah bersikap dan membuat Theo malu atau risih nantinya mengatakan dulu kalau dia memang baru pertama kalinya pergi ke luar negeri. Tapi Theo langsung menyela ucapan Fitri itu. "Aku tahu, karena aku yang mendaftarkan paspor mu" kata Theo. Fitri terkekeh canggung, dan apa yang di katakan Theo itu benar. Memang Theo yang memberikan paspornya kemarin lusa. "Maksudku, kalau aku terlihat kampungan...""Kamu tahu Fitri, akan lebih baik jika seseorang itu bersikap seperti dirinya, maksudku sikap apa adanya. Menunjukkan bagaimana sebenarnya dirimu, itu akan lebih membuat langkahmu menjadi ringan" kata Theo. Fitri tersenyum mendengar apa yang di katakan Theo. Dia jadi ingin tahu seperti apa kehidupan pria yang mengatakan pada Fitri untuk menganggapnya
Jam 11 siang, Adriana menghubungi Fitri. Fitri pun panik, dia tidak terbiasa berbohong. Dan sebenernya dia sama sekali tidak ingin berbohong, karena ibu mertuanya itu sangat baik padanya. "Kak, ibu Adriana menelpon. Apa yang harus aku katakan?" tanya Fitri yang panik. "Sebentar, aku akan hubungi bos" kata Theo yang kemudian meraih ponsel dari kantongnya. Tapi ternyata, begitu dia menyalakan layar ponselnya, ponselnya tidak bisa menyala. "Astaga, ponselku mati. Bagaimana aku tidak menyadari ini" kata Theo yang lalu menghidupkan ponselnya lagi. Dan begitu dia menghidupkan ponselnya, sudah banyak sekali panggil tak terjawab dan pesan dari Aaron. Theo pun segera menghubungi Aaron. "Hei, akhirnya kamu menghubungiku. Kenapa dengan ponselmu" omel Aaron di ujung telepon. "Maaf bos, ponselku mati. Aku tidak menyadarinya. Bos, Nyonya besar menghubungi nona Fitri, panggilan video. Kami harus bilang apa?" tanya Theo. "Dimana kalian?" tanya Aaron. "Di salah satu kafe di pinggir pantai" j
Malam harinya, setelah makan malam Theo mengantarkan Fitri ke kamarnya. Fitri yang kebetulan mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar Aaron, merasa ingin tahu apa pria itu sudah kembali atau belum. "Kak, apa tuan sudah kembali?" tanya Fitri. "Belum, dia akan menginap di pulau seberang dengan nona Erica. Matikan saja ponselmu kalau takut nyonya besar akan menghubungi kamu dan kamu bingung harus menjawab apa" kata Theo memberikan solusi pada Fitri. Fitri mengangguk paham. "Baiklah, aku masuk dulu kak. Selamat malam" kata Fitri. "Selamat malam" Malam itu Fitri merasa dia bisa tidur dengan nyenyak, sebenarnya kasur hotel itu sangat nyaman, kemarin dia tidak bisa tidur karena siksaan dari suaminya dan kekasihnya itu. Luka di lehernya terasa sakit. Sekarang luka itu sudah sembuh, meski masih berbekas tapi sudah tidak terbuka, dan sudah kering. Salep orang kaya memang berbeda. Dan di pulau seberang, jangan tanya sedang apa Aaron dan Erica. Tentu saja mereka melakukan apa yang s
Aaron dan Erica juga kembali, Aaron menjawab pertanyaan Erica itu dengan begitu mudah. Meskipun ayahnya mengusirnya, dia masih punya gelar sarjana management. Bukankah tidak akan sulit baginya mencari pekerjaan nantinya. Apalagi nama belakangnya adalah Meyer, siapa di dunia bisnis yang tidak kenal dengan nama itu. Mendengar penjelasan dari Aaron itu, pada akhirnya Erica percaya pada Aaron dan memang alasan itu sangat masuk akal. Memang kenapa kalau tidak mendapatkan perusahaan Meyer, memangnya kenapa kalau tidak dapat warisan. Bukankah Aaron bisa bekerja dan memulai semuanya dari awal. Akan lebih baik sepertinya kalau memulai usaha sendiri bukan? dengan latar pendidikan Aaron. Erica yakin kalau Aaron akan dapat gaji besar nantinya. Mereka kembali ke apartemen, tapi sayang apartemen itu sudah di ganti kata sandinya. Aaron terpaksa pulang ke rumahnya, karena Erica juga pulang ke rumahnya, dan ayahnya pasti tidak akan suka kalau Aaron pulang bersamanya. Aaron coba untuk menghubungi