Share

Bab 6

Aaron, Fitri dan ibunya sudah sampai di depan panti asuhan bunda Irene.

Bunda Irene yang memang selalu ramah dan tersenyum ketika melihat siapapun meskipun baru bertemu dengannya, tersenyumlah ramah pada Adriana.

Banyak juga hadiah yang di bawa oleh Adriana. Aaron langsung menarik tangan Fitri. Mengajaknya menjauh dari Adriana dan berkata.

"Dengar, katakan pada ibu pemilik panti itu, kalau aku memang sudah sering kemari. Seperti yang kita sepakati, jika ibuku curiga sebelum aku mendapatkan jabatanku kembali, kamu akan tetap aku tuntut. Mengerti!" ucap Aaron tegas sekali saat berbisik pada Fitri.

Fitri hanya bisa mengangguk paham, baru setelah itu Aaron melepaskan Fitri.

Fitri pun minta ijin pada ibu mertuanya untuk bicara dengan ibu panti.

"Nak, ada apa semua ini. Nyonya itu menyebutmu sebagai menantunya? apa yang sebenarnya terjadi?" tanya bunda Irene pada Fitri.

"Bunda sebenarnya..."

Fitri pun pada akhirnya menceritakan semuanya kepada bunda Tiara. Tidak ada yang dia tutupi karena memang Fitri akan selalu jujur pada bunda Irene.

"Kasihan sekali kamu nak..."

"Tidak apa-apa bunda, tidak akan lama. Hanya enam bulan saja, setelah itu aku akan kembali ke panti ini" kata Fitri memeluk bunda Irene.

Setelah menjelaskan semuanya pada bunda Irene, bunda Irene juga tidak bisa berbuat banyak selain mengikuti apa yang di minta oleh Fitri. Meski rasanya sangat berat untuk berbohong pada Adriana. Bunda Irene juga hanya mengangguk dan menggeleng saja, dia tidak berani banyak bicara. Sesungguhnya kalau bukan karena Fitri, bunda Irene tak mau bersikap baik pada Aaron.

Bunda Irene telah hilang respect pada suami Fitri itu, karena bagaimana seorang anak bisa membohongi orang tuanya demi harta, jabatan dan wanita. Itu terdengar begitu menyedihkan.

Setelah dari panti asuhan, Adriana mengantar kembali Aaron dan Fitri ke apartemen. Sampai di apartemen, Adriana memberikan tiket bulan madu untuk meteka berdua.

"Ibu harap pulang dari bulan madu, ibu dapat kabar baik ya" kata Adriana yang langsung meninggalkan apartemen.

Setelah Adriana pergi, Aaron pun menyuruh Fitri untuk beres-beres.

"Tapi tuan, aku tidak punya... paspor" kata Fitri takut.

Aaron berdecak kesal,

"Ini tahun berapa sih? bagaimana bisa tidak punya paspor. Benar-benar ya" kata Aaron kesal.

Aaron pun segera menghubungi Theo untuk mengurus semuanya.

Keesokan harinya, Theo datang pagi-pagi sekali ke apartemen Fitri. Dia datang untuk menyerahkan paspor pada Fitri.

Setelah itu mereka pergi ke bandara. Dan di bandara, Fitri hanya bisa menghela nafas, sebenarnya dia tidak terlalu terkejut dengan kehadiran Erica di sana. Fitri sudah menduga hal itu.

"Sayang" kata Erica yang bahkan mencium bibir Aaron di depan umum.

Fitri saja merasa risih dan memalingkan wajahnya. Theo melihat reaksi Fitri dan dia cukup paham. Theo pun menutupi pemandangan itu dari Fitri dengan punggungnya yang lebar.

Bahkan di pesawat, Aaron minta pada Fitri untuk bertukar tempat duduk dengan Erica. Dan dari tempatnya duduk, dia bisa melihat sepasang kekasih yang tidak tahu malu itu berbumbu mesra di dalam pesawat yang sedang terbang menuju Maldives itu.

Theo melihat Fitri yang sama sekal tidak perduli, itu membuat Theo sedikit lega. Karena sebenarnya Theo juga kasihan pada Fitri, Aaron meminta Theo mencari tahu tentang Fitri. Theo pergi ke panti asuhan dan menemukan bahwa Fitri adalah satu-satunya yang bekerja di panti itu.

Fitri harus lembur setiap harinya supaya bisa memenuhi kehidupan 20 adik pantinya jika tidak ada donatur yang memberikan bantuan. Pandangan Theo berubah drastis pada Fitri ketika dia mengetahui semua itu, sejak bayi Fitri berada di panti asuhan itu. Menolak setiap yang akan mengadopsinya karena tidak ingin meninggalkan bunda Irene yang sudah bertahun-tahun merawat dan menjaganya dengan baik. Semua itu benar-benar mengubah pandangan Theo tentang seorang wanita.

Theo yang selama ini di didik keras di yayasan yang memang mengkhususkan untuk orang-orang yang siap bekerja menjadi asisten yang pintar, handal dan disiplin bahkan jarang bertemu dengan ayah dan ibunya memang seorang petani di desanya. Dan wanita-wanita yang dekat dengan Aaron, semua adalah wanita manja, bahkan para karyawan di perusahaan juga wanita yang ambisius mementingkan kepentingan dan keuntungan sendiri.

Jadi begitu dia mengetahui seperti apa Fitri dari bunda Irene dan semua yang ada di panti, bahkan tetangga panti juga. Theo mulai respect pada Fitri. Melihatnya di perlakukan oleh Aaron seperti itu, dia jadi sedikit khawatir. Tapi melihat Fitri yang tidak perduli, pada akhirnya Theo bisa menghilangkan kekhawatiran dalam dirinya itu.

Penerbangan yang berlangsung selama beberapa jam itu akhirnya berakhir. Mereka sampai di bandara internasional Maldives.

Erica bahkan dengan berani dan tidak sopan meminta Fitri membawakan kopernya. Saat Theo menawarkan diri untuk membawa koper itu, Erica marah dan meminta Aaron menegur asisten pribadinya itu.

"Tidak apa-apa tuan Theo, aku bisa bawa dua-duanya kok" kata Fitri yang memang sudah biasa dengan pekerjaan yang lumayan berat seperti itu.

Theo hanya bisa mengangguk. Tapi dia juga terus mengawasi Fitri dari belakang, mencoba untuk memastikan Fitri baik-baik saja.

Sampai di hotel, Aaron bahkan meminta Fitri untuk tinggal di sebelah kamarnya. Sedangkan dia akan bersama dengan Erica di kamar bukan madu yang di siapkan oleh Adriana untuk Fitri sebenarnya.

"Dengar ya, kamar kamu jangan di kunci. Kalau ibu telepon, aku akan langsung ke kamar kamu. Dan kalau ibu telepon kamu, kamu yang harus langsung ke kamar aku. Jangan katakan Erica ada di sini, mengerti!" seru Aaron pada Fitri di depan kamarnya.

Fitri hanya mengangguk, dan setelah Aaron pergi. Dia baru masuk ke dalam kamarnya.

Fitri sangat senang melihat pemandangan dari balkon kamarnya.

"Wah, indah sekali" kata Fitri mengagumi view yang dia lihat.

Tapi saat dia menoleh ke kiri, dia melihat pemandangan yang mungkin akan merusak matanya. Di balkon kamarnya, Aaron sedang bercumbu mesra dengan Erica.

Fitri buru-buru menutupi matanya dengan tangannya dan masuk ke dalam kamarnya.

"Ya ampun, siang bolong. Tuan Aaron itu mengerikan sekali, tidak pagi, tidak malam, tidak siang.. apa yang di otak mereka hanya bermesraan saja? orang kaya memang mengherankan" kata Fitri yang buru-buru menutup pintu kamar yang menghubungkan dengan balkon.

Saat Fitri menutup pintu, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Hah, ibu Adriana. Bagaimana ini? si singa itu akan mengamuk kalau aku mengganggu acara bermesraannya dengan kekasihnya itu" gumam Fitri bingung.

Akhirnya Fitri membiarkan saja ponselnya yang berdering sambil dia pandangi.

"Maaf ya ibu Adriana, tapi aku akan bilang aku sedang di kamar kecil nanti kalau kamu menghubungi aku lagi. Karena aku takut singa itu akan mengamuk kalau aku mengganggunya" ucap Fitri merasa bersalah.

***

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status