Share

Bab 3

"Fitri, apa yang terjadi? Aku sangat cemas! Tadi, aku bertanya pada pak manager, tapi dia pun tidak tahu apa-apa katanya...!"

Begitu Fitri kembali ke kamarnya, dia langsung dicercah banyak pertanyaan dari Nessa yang memang sangat mengkhawatirkan Fitri.

Namun, Nessa langsung menjadi apa yang ingin ditanyakan kepada teman kerjanya itu ketika Nessa melihat pakaian yang dikenakan oleh Fitri.

Ia bahkan langsung memutari Fitri, dan berhenti ketika dia sudah berada di depan Fitri lagi.

"Pakaian ini, kamu... kamu menikah?" tanya Nessa yang cukup tahu kalau pakaian yang di kenakan oleh Fitri itu adalah pakaian pernikahan.

Fitri hanya bisa mengangguk lemah.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Nessa dengan raut wajah khawatir.

Fitri bingung menjelaskannya dari mana. Nessa yang melihat raut wajah Fitri yang terlihat sedih dan kebingungan itu langsung mengajak Fitri untuk duduk di tepi kasur mereka.

"Aku menikah dengan pria bernama Aaron Meyer, kalau aku tidak menikah dengannya dia akan memasukkan aku ke penjara. Tapi, kak Nessa, aku sungguh tidak memecahkan patung itu. Hanya saja, aku sudah menandatangani surat perjanjian pernikahan dengan pria itu," ucapnya lesu, "Besok, aku akan pergi dari kapal ini. Kalau nanti aku tidak bisa menghubungi panti asuhan dan bunda Irene, kakak mau kan menyampaikan pada bunda, kalau aku baik-baik saja. Katakan saja pada bunda aku punya pekerjaan di luar kota, aku akan kembali kalau pekerjaanku sudah selesai!" 

Mata Fitri sudah berkaca-kaca. Dia merasa kalau dia tidak akan mungkin bisa bertemu dengan bunda Irene dan adik-adik panti asuhan dalam waktu dekat ini.

Nessa yang tak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Fitri pun hanya bisa memeluk rekan kerja yang sudah dia anggap adik itu. Nessa mengusap pelan punggung Fitri.

"Sabar ya Fitri. Kamu orang baik. Pasti ada hikmah di balik semua kejadian ini!" ucap Nessa mencoba memberikan Fitri support dan kesabaran.

****

Keesokan harinya, Theo kembali datang ke ke kamar Fitri. Dan mengajak Fitri untuk segera turun dari kapal yang sudah bersandar di salah satu dermaga.

Setelah itu, mereka menaiki sebuah mobil yang mewah dan kapal itu kembali berlayar.

Nessa melihat ke arah dua mobil yang salah satunya membawa Fitri. Dalam hati wanita 24 tahun itu, dia terus mendoakan keselamatan untuk Fitri.

Sementara itu mereka sedang menuju ke kediaman Meyer. Theo yang duduk di kursi penumpang bagian depan memberikan sebuah kertas pada Fitri.

"Nona, itu adalah semua hal tentang tuan Aaron. Anda harus pelajari sebelum kita sampai di kediaman Meyer, satu jam lagi. Dan anda hanya perlu mengikuti semua yang ada di kertas itu, bagaimana kalian bertemu dan bagaimana kalian bisa menikah!" kata Theo yang menjelaskan dengan cukup jelas.

Fitri meraih kertas itu dan mengangguk paham. Fitri membaca berulang kali tentang apa saja yang berhubungan dengan suaminya itu. Nama lengkapnya, Aaron Sebastian Meyer, usianya 27 tahun, makanan dan minuman kesukaannya, warna favoritnya, olahraga apa yang dia sukai, dan segalanya.

Juga bagian pertemuan dan pernikahan mereka. Fitri memang cukup pintar dalam akademik. Dan menghafal semua itu tidak sulit baginya.

Setelah sampai di kediaman Meyer. Fitri terkejut ketika melihat rumah yang seperti istana itu, baru pertama kali ini Fitri melihat rumah sebagus itu dengan mata kepalanya secara langsung.

Dan lebih terkejutnya ketika Aaron bahkan meraih tangan Fitri dan menggenggamnya.

"Tersenyumlah, tunjukkan pada ayah dan ibuku kalau kita menikah karena saling mencintai!" kata Aaron dengan wajah dan suara yang datar.

Fitri pun mengangguk paham. Setelah itu mereka masuk ke dalam rumah besar itu, melewati sebuah pintu yang begitu lebar dan tinggi.

"Aaron, ibu sudah melihat foto pernikahan kalian. Ini Fitri kan? menantu ibu? apa kabar sayang?" tanya Adriana, ibu kandung Aaron yang langsung memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan Fitri.

"Selamat siang Tante...!"

"Sayang, panggil ibu!" kata Aaron yang terlihat seperti begitu mencintai Fitri sampai dia memanggil Fitri dengan sebutan sayang.

"Iya ibu, aku baik. Senang bertemu dengan ibu!" kata Fitri laku kembali menunduk.

Adriana paham, Theo sudah menjelaskan kalau Fitri itu berasal dari panti asuhan. Pasti sangat sulit baginya menegakkan kepala di keluarga Meyer.

Tapi Adriana tidak pernah melihat atau menilai seseorang itu darimana dia berasal dari apa statusnya di masyarakat. Adriana selaku melihat attitude seseorang sebagai tolak ukur.

Karena itu Adriana langsung menggenggam tangan Fitri dan tersenyum pada Fitri.

"Nak, jangan tundukkan kepalamu seperti itu ya, kamu sudah menjadi anggota keluarga Meyer. Tegakkan kepalamu, seseorang itu di nilai dari bagaimana sikap dan perilakunya nak, bukan dari mana dia berasal. Ya?" tanya Adriana.

Mendengar hal itu, Fitri merasa sangat terharu. Dia mengangkat kepalanya dan mengangguk dengan cepat.

"Sekarang kita temui ayah mertua kamu ya, ayo!" kata Adriana yang masih menggandeng tangan Fitri.

Terlihat senyum tersungging di bibir Aaron, dia merasa kalau rencananya sudah berhasil. Dia pun mengikuti Adriana dan Fitri dari belakang.

Mereka bertemu dengan Lucas Meyer, ayah dari Aaron. Oleh Lucas, Fitri juga di sambut baik. Menurut Lucas, meskipun dari panti asuhan, tapi penampilan Fitri juga tidak kalah dari anak-anak konglomerat lain, dia juga pantas bersanding dengan Aaron yang tampan.

Setelah makan siang bersama dan sedikit mengobrol tentang semua hal yang memang sudah tertulis di kertas itu. Karena Theo sepertinya sudah bisa memprediksi apa saja yang akan di tanyakan oleh Lucas dan Adriana. Dan semua berjalan dengan lancar. Aaron membawa Fitri ke kamar mereka.

Koper Fitri ternyata sudah ada di kamar itu.

"Kamu tidur di sofa, itu. Jangan sekali-kali menyentuh apapun yang ada di atas tempat tidurku. Letakkan pakaianmu di dalam ruang ganti, ada salah satu lemari yang kosong. Dan jangan banyak tanya padaku!" kata Aaron yang pada akhirnya keluar dari kamarnya menuju balkon kamarnya.

Fitri hanya bisa mengangguk paham, dia pun segera menuju ruang ganti yang ada di dekat kamar mandi. Dia tercengang karena ruang ganti Aaron itu juga seluas kamarnya, sudah seperti butik yang begitu lengkap dan tersusun rapi.

Fitri mencoba mencari ruang uang kosong, tapi dia tidak menemukan. Dia pikir daripada salah, lebih baik dia bertanya pada Aaron. Fitri keluar dari ruang ganti dan menuju ke arah balkon, tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar.

"Tenang saja sayang, ayah dan ibu tahunya kita sudah putus. Dia tidak tahu kalau kita masih berhubungan. Tenang saja, wanita itu hanya wanita kampungan, dia berasal dari panti asuhan, mana bisa di bandingkan denganmu. Aku menikah dengannya seperti maumu, setelah ayah memberikan perusahaan itu padaku, aku akan menceraikannya dan menikah denganmu!" kata Aaron dengan seseorang di telepon.

Mendengar itu, Fitri terdiam di tempatnya. Dia baru sadar, kalau sebenarnya dia telah menikahi kekasih wanita lain.

***

To be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status