Share

SUAMIKU SUAMIMU
SUAMIKU SUAMIMU
Author: Aina D

BAB 1

Kulirik jam dinding di atas kepalaku. Pukul 12:10. Astaghfirullah, pantas saja perutku mulai berontak minta diisi rupanya sudah masuk jam istirahat makan siang. Segera kubenahi berkas-berkas yang masih berserakan di meja kerjaku. Ya, sedari pagi aku tidak meninggalkan meja kerjaku sebab ada beberapa pekerjaan yang harus segera kuselesaikan. Aku bekerja sebagai  staff Aparatur Sipil Negara sejak 5 tahun lalu setelah mencoba peruntungan dengan mengikuti tes masuk ASN.

“Nuri, masih di sini? Bukannya tadi sudah izin mau pulang lebih awal?” Terdengar suara Pak Indera, atasanku di kantor ini.

“Iya, Pak. ini lagi siap-siap mau cari makan sekalian pulang. Maaf ya, Pak. Berkas kontrak kerjanya belum selesai Insya Allah akan saya selesaikan besok,” jawabku sambil meraih gawai dan tas kerjaku.

“Tidak masalah Nuri, batas perjanjiannya masih sampai senin depan. Uruslah dulu putramu hingga benar-benar sehat kembali baru memikirkan kerjaan kantor.”

Aku memang minta izin pulang lebih awal untuk membawa anak sulungku Aldy ke dokter, 2 hari ini badannya panas dan setiap malam tidur mengigau bahkan semalam Aldy menangis dalam tidurnya.

“Terima kasih pengertiannya Pak Indera, saya pamit dulu, ya, Pak. Assalamualaikum,” sahutku sambil berjalan keluar kantor.

***

Baru sekitar sepuluh menit di jalan raya, terdengar Azan Zuhur berkumandang. Kubelokkan mobilku ke arah restoran yang ada di pinggir jalan raya. Selain untuk mengisi perut juga membeli makanan untuk Aldy karena selama sakit dia tidak berselera makan. Di area resto juga ada mesjid, aku berencana salat zuhur dulu. Aku menengok kanan kiri mencari tempat parkir namun sepertinya area parkir penuh, restoran ini memang selalu penuh sesak di jam-jam istirahat seperti ini.

Setelah menunaikan salat zuhur di mesjid sebelah resto, aku melangkah ke arah restoran dan kemudian memilih naik tangga yang agak memutar ke lantai 2 resto karena di bawah sepertinya penuh.  Aku memilih duduk di dekat jendela kaca yang lebar dan menyajikan pemandangan jalan dan sebagian sudut restoran dilantai bawah. Desain restoran ini dibuat sedemikian rupa sehingga lantai dua dan lantai satunya terlihat seperti bangunan yang berbeda. 

Aku makan dengan lahap sambil sesekali berbalas chat  dengan Aldy, kusuruh ia bersiap untuk segera kujemput. Aku mengedarkan pandanganku ke bawah melihat lalu lalang kendaraan pengunjung restoran yang baru datang dan yang keluar dari parkiran.

Tiba-tiba netraku menangkap sosok yang tidak asing lagi di resto bawah. Ya aku tidak salah lihat itu Mas Andri, suamiku. Dia terlihat lagi makan sambil bercengkrama. Aku tersenyum senang. Segera kuraih tasku, aku akan menyapanya dahulu sebelum pulang ke rumah. Namun, tubuhku mematung ketika melihat Mas Andri yang lagi mengarahkan tangannya ke arah wanita yang ada di depannya. Kufokuskan netraku, dan terlihat tangan Mas Andri lagi mengelap bibir wanita di depannya dengan jarinya.

DEGGG!!

Aku terhuyung dan kembali terduduk di kursiku semula. Mas Andri suamiku, yang selama ini kukenal soleh dan tidak pernah menyentuh wanita yang bukan mahramnya. Tapi kenapa dia menyentuh wanita di depannya? Kembali kufokuskan netraku untuk melihat siapa wanita yang ada di sebelahnya, namun karena posisinya agak membelakangiku, aku tak bisa melihat wajahnya.  Aku mengenali  beberapa orang di meja sebelah Mas Andri, mereka adalah para karyawan di kantor Mas Andri. Namun di meja Mas Andri hanya ada dia dan wanita itu.

Ahh, aku tak mau beburuk sangka pada suamiku. Kuputuskan menunggu mereka selesai dan keluar dari restoran. Sekali lagi jantungku serasa mau meledak ketika kulihat Mas Andri keluar dari pintu restoran sambil menggenggam tangan wanita yang tadi makan bersamanya.

“Rini ..., ” pekikku sambil menutup mulut dengan tangan. Air mataku seketika jatuh melihat pemandangan di depan mataku. Rini, dia adalah ....

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status