Share

Main Halus Solusinya!

"Selamat menikmati kehidupan barumu, Mas." Aku tersenyum, lalu menghapus air mataku dengan kasar.

Walaupun begitu, tetap saja terasa sesak nafasku ini. Entah mengapa rasanya aku tak percaya, bisa-bisanya Mas Jaka berselingkuh dengan wanita lain lalu menanam benih ke rahim wanita itu. Sedangkan padaku yang jelas-jelas pasangan halalnya, ia malah melarangku untuk segera memiliki seorang anak.

Apa ini?

Apa yang dia inginkan sebenarnya. Mengapa Mas Jaka menyiksaku dengan begitu menyakitkan, tak pernahkah ia memahami sedikit saja bagaimana perasaanku saat memohon padanya agar secepatnya memiliki momongan.

Aku berdiri lalu masuk ke kamar, kupatut diriku di cermin. Aku masih terlihat cantik, tak ada kerutan di wajahku. Masih sama seperti dahulu saat Mas Jaka meminang di hadapan orang tuaku.

Bahkan dia dulu bersumpah akan setia bersamaku. Lalu, apa yang saat ini kulihat, dia sedang menggandeng perempuan lain dan perempuan itu sedang hamil. Apakah dia ingin bermain-main dengan sebuah pernikahan.

Aku tersenyum getir, bagaimana mungkin suami yang selama ini kubanggakan malah membuatku terluka begitu dalam. Dia yang tak ingin memiliki anak, lalu kenapa sekarang aku harus mendengar berita yang tak enak.

Aku menghela napas, menariknya dalam-dalam dan mengembuskannya dengan kasar. Berkali-kali kulakukan cara itu, hanya untuk membuat nafasku kembali normal.

Namun, usahaku rupanya hanya sia-sia, karena sesak itu sama sekali tak kunjung sirna.

Ting!

Bunyi notifikasi W******p masuk ke ponselku. Kutatap nanar layar ponsel itu.

Nandini:

[Apa kau baik-baik saja]

Kubaca dengan saksama pesan yang baru saja dikirimkan Nandini. Lalu mengetikan kalimat.

'Aku baik-baik saja,' balasku. Singkat saja, karena tak ada lagi kata yang bisa menggambarkan bagaimana kekecewaan yang saat ini sedang kurasakan.

Ragaku mungkin sekarang memang terlihat sedang baik-baik saja, tapi jiwaku. Ah, entahlah harus berapa kali kujelaskan, bahwa disini aku benar-benar sangat terluka.

Apa-apaan ini, mengapa aku terlihat seperti orang linglung! Untuk apa aku menangisi hal yang tak berguna. Hal yang bisa saja membuatku menjadi jatuh sejatuh-jatuhnya.

Aku tak ingin Mas Jaka menari di atas tangisanku. Aku pastikan dia akan menyesal karena telah melakukan ini semua padaku yang jelas-jelas sangat mencintainya.

Jika aku terus menangis dan sampai memohon padanya, yang ada dia akan semakin leluasa untuk memperlihatkan penghianatannya. Itu tak akan terjadi, dan sampai kapanpun tak akan kubiarkan itu terjadi!

Bohong! Bohong jika aku tak cinta padanya, jelas-jelas disini rasa cintaku lebih besar dari kecewa.

Namun sekarang, bukan saatnya mengedepankan perasaan tapi harus menggunakan akal pikiran.

Aku bergegas kembali ke depan, lalu mengambil tas yang berisi pakaian Mas Jaka. Kututup kembali pintu, kukunci rapat-rapat. Lalu membereskan kembali pakaiannya ke dalam lemari.

Aku tak boleh terlalu gegabah, bukti-bukti harus terkumpul dengan kuat. Aku masih muda, harus bisa mengendalikan suasana. Lagipula, aku tak ingin terbuang sia-sia menjadi seorang janda.

Seandainya dia meninggalkanku, aku akan pergi sebagai wanita terhormat yang tak akan mengharap belas kasihan yang akan ia berikan serta dari tatapan julid orang-orang nantinya.

Jika aku membiarkannya pergi hari ini, berarti aku memberikannya lampu hijau, dan tentu saja dia akan bahagia untuk itu.

Oh, tentu tidak semudah itu! Jika dia benar-benar berselingkuh, sekali lagi kutekankan maka aku akan membuatnyamenyesal, sangat menyesal!

Sungguh lelah badan ini, baru tadi pagi aku merasakan kecupan hangat di dahiku dan sekarang harus merasakan perih karena penghianatan yang sudah ia berikan secara diam-diam.

Kutatap layar ponsel yang menyala, masih jelas disana fotoku dan dia berfose ria. Seakan-akan tidak ada masalah yang terjadi. Dibalik wajah tampannya, tak disangka banyak pengkhianatan yang ia berikan.

Kami terlihat bahagia disitu, tak ada raut mencurigakan di wajahnya. Kami berdua benar-benar terlihat bahagia, meski dihati ini aku ingin sekali memiliki buah hati darinya. Namun setelah mendapatkan fakta mengejutkan ini. Aku mencoba untuk memupuskan rasa inindengan perlahan. Tak ingin lagi berharap terlalu berlebihan.

Kulihat jam di tangan sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Seharusnya Mas Jaka sudah pulang jam begini.

Entah aku yang bodoh, sehingga dia dapat membohongiku. Kenapa aku tak curiga, bahwa empat bulan terakhir ini semenjak ia pulang dari luar kota banyak sekali perubahannya.

Yang harusnya pulang lebih awal, sekarang selalu terlambat pulang dengan alasan lembur.

Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Aku bertanya pada diriku sendiri.

Ah, pantas saja dia terlihat begitu aman. Akunya yang begitu ceroboh tak mengerti perubahan pada dirinya.

Drrt... Drrt...

Ponselku bergetar. Nama Nandini tertera disana, kutekan layar hijau. Ternyata dia mengajak untuk video call.

[Hai]

Aku menyapanya lebih dulu. Setelah berpikir cukup lama untuk mengangkat telepon darinya.

[Kau bilang kau baik-baik saja. Lalu itu apa? Mengapa matamu bengkak begitu]

Nandini berbicara begitu cepat. Memanglah temanku yang satu ini sangat perhatian. Susah senang dia selalu ada untukku.

[Tadi aku lagi bersih-bersih kamar, terus kena debu jadinya kukucek-kucek mataku.]

Aku mempraktikkan bagaimana saat mataku terkena debu. Andini terlihat tertawa sebentar lalu menatapku dengan tajam.

[Aku tau dirimu! Kita sudah lama berteman, jangan membohongiku, Ara!]

Nandini berteriak dari dalam ponsel, saat jauh beginipun suaranya terdengar seperti dekat.

Sungguh memekakkan telinga!

[Apaan sih. Aku baik-baik aja kali, nggak usah lebay gitu.]

Aku mengejeknya, dia terlihat kesal di ujung sana.

[Apa yang akan kau lakukan, untuk membuat buaya itu menyesal.]

Tanya Nandini langsung to the point.

[Entahlah, aku masih tak tau.] jawabku. Memang benar, aku masih tak tau harus bersikap seperti apa setelah mengetahui semua itu.

[Apa ada yang harus kulakukan?] tanyanya padaku. Pertanyaan yang menarik perhatianku.

[Tolong kumpulkan bukti sebanyak-banyaknya agar tak mempersulitku untuk mengurus surat perceraian.] jawabku dengan lantang dan raut wajah yang serius.

Mataku rasanya memanas, kuangkat keatas agar Nandini tak melihat aku hampir saja menangis.

[Jangan lemah! Dia bisa bermain secara halus, kita juga harus bisa bermain lebih halus darinya. Menangis tak akan bisa menyelesaikan masalahmu.] Nandini berucap dengan suara yang dingin, aku tau mungkin dia kesal melihatku yang terlihat lemah.

[Jangan juga gegabah, kita harus cerdas. Apapun akan kulakukan untuk membantumu, kau sudah kuanggap sebagai saudara perempuanku sendiri. Susah senang kita bersama.]

Nandini menatap mataku lekat, entah kenapa air mata jatuh begitu saja. Sungguh sangat sempurna rasanya memiliki sahabat rasa saudara sepertinya.

[Terimakasih. Tapi aku mohon kamu jangan memberitahu kepada Ayah dan Ibu terlebih dahulu, aku takut rencana kita akan gagal.]

Nandini terlihat menganggukkan kepalanya. Aku tersenyum padanya. Namun terlihat raut wajah khawatir di wajah cantik Nandini.

[Kenapa?]

Aku bertanya padanya.

[Bagaimana dengan mertua perempuanmu? Bukankah dia sangat menyayangimu. Jika kalian berpisah, apa tidak akan mempengaruhi kesehatannya.]

Deg!

Aku lupa! Ada mertua yang begitu sayang padaku. Lalu bagaimana jika aku berpisah dengan Mas Jaka.

Arggghh! Apa yang harus kulakukan. Jika benar dia selingkuh aku tak segan-segan meminta untuk berpisah. Tapi bagaimana dengan mertua perempuanku, apa tidak akan memengaruhi kesehatannya.

[Aku tidak tau, nanti akan kupikirkan. Sudah dulu ya, aku ingin istirahat. Selamat malam Nandini.]

Aku berucap lalu memutus sambungan telepon secara sepihak.

Sudahlah saat ini aku lelah memikirkan masalah ini, belum lagi rencana kedepannya bagaimana.

Ting!

Baru saja aku ingin merebahkan tubuhku ada pesan yang masuk ke ponselku. Dan pengirimnya adalah Mas Jaka.

[Tidurlah, Dek. Mas akan pulang malam lagi, hari ini pekerjaan Mas menumpuk. I love you sayang, have a nice dream]

Begitulah isi pesannya, waktu dulu aku sangat senang dikiriminya pesan begini. Tapi entah kenapa sekarang rasanya sangat hambar.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana malam ini Mas Jaka memadu kasih bersama selingkuhannya. Sedangkan aku disini terlena dalam bahtera rumah tangga.

Next?

Bantu vote yaa, terima kasih semuanya. ❤️❤️🥰🥰🥰🥰

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
biar dia tanggungjawab ke orangtuanya mau sakit sama sama sakit ngapain kamu pikir
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status