Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku

Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku

Oleh:  ERIA YURIKA  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.3
3 Peringkat
70Bab
17.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ketika Zayn harus memilih antara Ibu dan Istri? Manakah yang harus ia pilih? Membiarkan Nada terus terpuruk dalam duka atau terus mempertahankan serumah dengan ibunya, membiarkan Nada terus mengalah atas nama bakti?

Lihat lebih banyak
Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Fitri Siddiq Sulfi*Safwa*Salman*Saddam
Thor ini bab nada dan Zayn ada di bab berapa ajah? bingung bacanya
2023-10-11 19:30:01
0
user avatar
Bunda Widi
cerita di awal bagus... tapi tetiba kok ga nyambung... salah posting ya Thor... Bener2 ga nyambung soalnya...
2023-02-16 16:36:09
0
default avatar
ilmupustaka.19
maaf2 neh y thor... saya bacanya bingung... hubungannya Kang Dadan - Yasmin sama Zayn - Nadia apa yaa...?? kok kayak gak nyambung gitu... smpe baca bolak balik per part nya... itu salah posting,, beda cerita,, atau gmna??
2023-01-07 23:48:31
5
70 Bab
Bab 1
“BUNDA KENAPA BAWEL BANGET SIH! KALAU ENGGAK TAHU APA-APA. DIEM AJA BISA ENGGAK SIH!” sentak Arnav pada Nada istriku. “Minta maaf sama Bundamu, Arnav!”“OGAH!” “Kalian itu apa-apan, namanya anak kecil wajar salah. Kamu juga Nada, anak-anak juga butuh hiburan. Apa salahnya dukung hobi anak. Sudah sana kalian, pergi dari sini!” Ibuku yang berada tak jauh dari sana, lekas memeluk anak laki-laki itu. Tak ada penyesalan di wajah Arnav, padahal saat itu Nada sudah menitikkan air matanya. “Sebagai Bundanya, aku berhak didik anakku ke arah yang benar Bu. Dia bukan anak kecil yang enggak bisa dikasari.” “Tapi, caramu ini salah.” Nada tampak menghela nafasnya, terlihat sekali jika ia berusaha meredam emosi. Sesekali tampak, lengannya meremas erat ujung piyamanya. “Lebih pengalaman aku atau kamu, dalam mengurus anak? Lihat suamimu, bisa sesukses ini juga karena didikanku ini benar!" “Enggak ada namanya bekas ibu atau saudara, yang ada hanya bekas istri. Makanya, jangan samakan mertua den
Baca selengkapnya
Bab 2
“Kenapa begini, kamu bisa mati. Gila ya!” Aku lekas menggendong Nada yang sudah lemah, bahkan nyaris kehilangan kesadarannya. Gamis berwarna hitam itu bahkan telah berubah warna menjadi lebih pekat, bercampur dengan darah dari pergelangan tangan Nada yang tersayat.Bahkan tanganku ikut gemetar mana kala melihat begitu banyak darah di lantai. Namun, meski begitu Nada masih memberikan perlawanan dengan sedikit tenaga yang tersisa. Ia mencengkeram lenganku dengan tangan kirinya, yang juga ikut berlumur darah, karena sejak tadi ia gunakan untuk menahan tetasan darah itu agar tak terlalu menjejak di lantai.“Jangan bawa aku pergi!”“Gak gini caranya menyelesaikan masalah, kamu enggak punya iman, hah?”Kau tahu bahkan rasanya saat itu tulangku seperti dipatahkan. Sakit sekali melihatnya tak berdaya. Seharusnya sejak awal aku tak membiarkan masalah ini berlarut-larut. Aku benar-benar tak peduli penolakan Nada. Sambil berlari secepat yang aku bisa, aku membawa tubuhnya ke mobil, tanpa memed
Baca selengkapnya
Bab 3
“Aku ada urusan sebentar, tolong jangan melakukan sesuatu yang membahayakan dirimu sendiri!” ucapku.Namun, sepertinya Nada benar-benar tak peduli. Jangankan menjawab, ia bahkan kembali memejamkan matanya.Aku merasa lebih baik ia tak tahu masalah ini. biarlah dia berpikir kalau aku mendatangi ibu, karena hal lain. Dari pada anak nakal itu kembali membuatnya sakit hati, hingga memancingnya melakukan hal-hal yang mengerikan.Aku buru-buru ke kantor polisi. Rupanya di sana bukan hanya Arnav yang ditangkap ada banyak remaja yang ikut diamankan. Aku menghampiri ibu yang terduduk lesu, bersama wali murid lain yang anaknya ikut diamankan di kantor polisi.“Di mana anaknya, Bu?” tanyaku.“Lagi di intogerasi, di dalam, hiks. Bagaimana ini Zayn, Arnav masih kecil. Masa depannya masih panjang. Kasihan dia kalau harus masuk penjara?”“Memangnya Arnav habis melakukan apa sampai ditahan?”Ibu hanya terdiam begitu juga dengan wanita yang sejak tadi berada di sampingnya. Sampai seorang polisi mendat
Baca selengkapnya
Bab 4
“Sudah enggak bisa didik anak, enggak punya iman. Sekarang malah punya anak dari laki-laki lain.”Ibu masih saja bersemangat membicarakan Nada. Tanpa peduli, apa yang dia katakan seolah sebuah kebenaran atau bukan.“Ibu yang seharian di rumah, memangnya Nada sering keluar rumah tanpa seizinku?”Saat itu pandangan ibu mendadak membulat, tampak seperti orang yang terkejut. Sesekali ia juga menggaruk tengkuk.“Ya, jelas ibu tahu. Orang kemarin aja abis ke mana coba? Dari siang sampai sore keluyuran enggak jelas. Bilangnya mau beli sayur, tapi masa lama banget. Coba kalau enggak ketemuan sama selingkuhannya. Ngapain lagi?”Benar juga, kemarin hampir seharian dia berada di luar. Meskipun ia mengatakan baru saja mengatakan habis menabrak mobil orang, bukankah sedikit tidak masuk akal. Siapa juga di zaman yang serba uang ini, orang dengan mudahnya mengikhlaskan mobilnya rusak begitu saja.Sebaiknya aku menemukan Nada, untuk memperjelas semuanya.“Baru sadar ‘kan kamu kalau istrimu itu main b
Baca selengkapnya
Bab 5
“Apa maksud kamu bicara seperti itu, Nada?”Kau tahu, saat itu ia bukan sedang berteriak melainkan bicara dengan begitu halus dan lembut. Namun, kenapa terasa menusuk.“Istri yang seperti itu mau kamu bela Zayn, dia bahkan enggak menghormatimu lagi.”“Satu hal yang enggak pernah bisa aku mengerti dari keluarga ini? Jika ibu sendiri enggak bisa berjauhan dengan Mas Zayn kenapa sejak dulu Ibu selalu melarangku mendidik Arnav? Dia anakku juga. Bukankah ini enggak adil?”“Oh, jadi sekarang kalian kompak menyalahkan ibu.”“Aku bukan sedang menyalahkan. Hanya bertanya, kalau memang pertanyaanku ini menyinggung perasaan Ibu, aku minta maaf.”“Sekarang kamu berani ya, bentak Ibu seperti ini. Lihat istrimu, Zayn! Wanita yang selalu kamu banggakan ini bahkan enggak menghormati ibumu sama sekali.”“Aku enggak membentak, apa nada bicaraku kasar? Aku hanya bertanya atas sesuatu yang tidak aku mengerti. Apa itu salah?”“Nad, sudahlah! Salahkan saja aku, aku yang memang dari awal enggak tegas sama a
Baca selengkapnya
Bab 6
“Kang…, sabar!” ucapku pelan, sambil mengusap lengannya dengan lembut.Namun, pria itu malah mengabaikanku. Padahal, sejak ia mengungkapkan semua kekesalannya ibu masih diam saja. Tak seperti biasanya di mana ia akan dengan lantang meneriakkan bantahan.“Sekarang Dadan belum punya keturunan, ibu salah-salahin terus Yasmin. Ibu pikir itu enggak nyakitin Dadan. Masih mending Yasmin yang masih muda, anak orang kaya mau nikah sama anak ibu. Orang desa sini, mana ada sih yang mau sama aku! Udah miskin, ditambah kelilit hutang juga. Sekarang aja mereka mau nyapa, dulu-dulu lagi kita susah. Aku jalan aja, mereka ngeludahin.”Aku tidak tahu tentang apa yang suamiku lewati selama ini. Ia bahkan tak pernah menceritakan hal ini padaku. Melihat suasana yang makin memanas, aku berinisiatif menarik Kang Dadan ke kamar. Membiarkan pria itu duduk di ranjang sambil melepaskan emosinya.Perlahan aku bisa melihatnya meneteskan air mata. Untuk pertama kalinya aku melihat suamiku begitu emosional pada ibu
Baca selengkapnya
Bab 7
Saat itu Teh Nadia langsung mematikan panggilannya.Sudah dua kali aku menyaksikan suamiku tak bisa menahan emosinya. Padahal, biasanya ia yang paling sabar dan lemah lembut pada keluarganya.“Minum dulu, Kang!”Saat itu aku berinisiatif mengambilkan air, berharap hal itu mampu meredakan emosinya. Menyetir dalam keadaan yang tidak stabil juga tidak baik.Saat itu sekali lagi, Kang Dadan berbicara pada ibu di balik pintu kamar yang tertutup rapat.“Kami mau pergi, kalau ibu mau ikut hayu!”Ibu masih belum mau menjawab.“Dadan minta maaf, karena tadi udah kasar sama ibu. Kalau emang ibu masih mau sendirian, kami mau pergi sebentar. Mungkin baliknya agak telat.”Sayangnya, masih tak ada respons dari dalam.“Sekali lagi, kita pamit ya, wassalamualaikum.”Rupanya di luar rumah. Orang-orang masih berkumpul di dekat rumah kami.“Loh memangnya Bu Irah enggak diajak jalan-jalan?” tanya salah se
Baca selengkapnya
Bab 8a
“Ya, wajarlah istri ikut suami. Kamunya aja yang terlalu banget sama istrimu. Di mana-mana juga gitu. Orang-orang teteh mau juga pada ikut suaminya.”“Ya memang wajar, tapi dia juga masih punya orang tua. Mau sampai kapan coba Ibu nahan dia buat silaturahmi ke sana. Sama-sama punya ank perempuan, harusnya ibu juga bisa ngerti. Tiap lebaran aja ibu suka sedih kalau Teh Dewi enggak pulang ke sini. Kenapa sikap ibu malah sebaliknya sama Yasmin? Lagian kita juga cuma pergi buat sementara, enggak selamanya.”“Ya sudah sana kalau mau pergi! Manjakan terus saja istrimu itu.”“Memangnya salah kalau suami mengantar istrinya pulang ke rumah orang tuanya, Bu?” ucapku yang sudah tako tahan lagi. Entah kenapa, semakin dibiarkan wanita ini terus saja menginjak-injak harga diriku.“Ya, kalau istrinya bener sih enggak apa-apa?”“Emang selama ini aku kurang bener apa? Hanya aku enggak punya anak ibu selalu saja menyudutkanku.”“Lah, di mana-mana nikah ya harus punya anak. Emangnya kalian kalau udah t
Baca selengkapnya
Bab 8b
Dan ajaibnya benar saja. Saat kami telah sampai di masjid untuk menunaikan salat magrib. Ponsel Kang Dadan berdering. Begitu dilihat ternyata panggilan dari ibu.“Angkat aja!” ucapku yang kala itu tak sengaja melihat ke layer ponsel miliknya.“Waktu salatnya bentar lagi mau habis. Nanti ajalah abis maghriban. Biar tenang.”Saat itu memnag waktu sudah menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit lagi. Bayangkan saja, ketika orang lain sedang menunaikan salat maghrib kami malah sedang ribut-ribut di luar rumah.Sebenarnya malu, tetapi mau bagaimana lagi? Kurasa tetangga pun sudah hafal dengan kebiasaan ibu yang suka mencari masalah, bahkan kudengar dari Lisa. Sebelum Kang Dadan menikah, mertuaku ini kerap kali mencari masalah dengan tetangga sekitar. Ada saja yang diributkan, padahal hanya masalah sepele.Sekarang setelah ada aku, ia sudah jarang membuat onar di luar. Dan, ya sekarnag akulah yang jadi sasarannya.Entah kena
Baca selengkapnya
Bab 9a
“Istighfar, Kang!” sambil memegang tangannya yang gemetar.Aku bahkan masih mengusap lembut punggung suamiku, berharap itu mampu meredakan amarahnya yang tengah meluap-meluap. Entah sudah berapa kali ia marah hari ini.“Maaf, harusnya Akang lakuin ini dari dulu. Jadi mereka enggak seenaknya nginjek-nginjek kita.”Aku tak pernah tahu apa saja yang dilewati suamiku di masa lalu, tetapi hanya mendengar percakapan mereka hari ini. Bisa kupastikan ia hidup dengan penuh tekanan, baik dari ibu yang suka memaksakan kehendak juga dari saudaranya yang egois dan selalu merasa benar sendiri.“Kalau, Akang mau egois. Mendingan tinggal sama Bapak dari dulu. Tapi, Akang enggak gitu. Kasihan juga Ibu, siapa yang mau nafkahin? Sudah penghasilan Bapak enggak seberapa dituntut sana sini.”“Yang Akang lakuin selama ini udah bener kok. Cuma kadang, respons orang itu berbeda-beda. Ada yang ¹ balas baik juga, tapi e
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status