Share

Penyesalan Seusai Talak
Penyesalan Seusai Talak
Penulis: Rifatul Mahmuda

01

" Maaf, Evelyn! " ucap Bian dengan kepala yang sudah menunduk usai mengucapkan kata talak pada sang istri.

Tak ada air mata yang keluar. Namun, siapa yang tau betapa sesaknya dada perempuan muda itu sekarang? Dia hanya tak ingin memperlihatkan kesedihannya dihadapan sang suami. Ah, mantan suami maksudnya.

" Untuk apa maaf-mu itu, Mas? " tanya Evelyn dengan suara dingin. Bukan apa dia hanya merasa konyol dengan permintaan maaf sang suami yang baru beberapa detik lalu menjadi mantannya. Bukankah dia sudah mengucap talak dari hati? Tapi kenapa seolah ada penyesalan disana dengan cara meminta maaf? Pikir Evelyn.

" Ma-maaf ... Mas terpaksa melakukan ini. Karena ... "

" Karena mantan-mu yang kembali itu, bukan? " potong Evelyn. Bian mendadak gugup mendengar ucapan istri yang baru saja ia talak. Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya.

" Bu-bukan. Marissa tidak ada kaitannya dalam hal ini. " sahut Bian sedikit tergagap.

Evelyn memejamkan mata dengan pedih saat mendengar Bian mengucapkan nama Marissa mantan istrinya. Seperti ada pembelaan disana, dia juga merasa jika cinta masih ada diantara mereka.

Dia bukan tak memikirkan ini sejak dulu. Bahkan, sejak pertama kali tau jika Bian seorang duda cerai hidup, Evelyn sempat ingin mundur dari hubungan mereka. Tapi lelaki itu selalu meyakinkan Evelyn jika antara dia dan Marissa benar-benar sudah usai.

Namun, belakangan ini mantan istri suaminya itu seolah sengaja menampakkan diri kembali dihadapan Bian. Beberapa kali dia mencoba bertamu kerumah yang Evelyn tempati dengan Bian, beralasan jika buah cintanya dengan Bian yang meminta diantar langsung olehnya. Awalnya Evelyn merasa biasa saja, dia juga mencoba menerima masa lalu suaminya itu dengan baik, begitu pun dengan anaknya, sebagaimana dia menerima Bian dulu. Dan Evelyn sudah tau konsekuensinya seperti apa.

Kedatangan Marissa kerumah bukan hanya itu sekali, dia kembali berulang mengunjungi mereka dengan dalih sang anak. Dia juga selalu datang di saat Bian ada dirumah, misalnya di hari libur atau di jam pulangnya Bian dari kantor. Pernah sekali, Evelyn memergoki keduanya sedang berpandangan, seperti ada yang belum usai antara mereka. Evelyn mencoba meneguhkan hatinya jika itu hanya praduganya saja.

Sekarang sangkaan yang selama ini menggelayut dalam hatinya terbukti. Bian mengucap talak padanya, dan dia tau apa alasan semua itu, meski sang pengucap tak mengakui.

Beberapa minggu lalu, Evelyn mengajak Marissa bertemu. Mereka bertemu di cafe dekat kantor tempat Marissa bekerja. Masih teringat jelas oleh Evelyn tentang ucapan Marissa saat itu.

" Kenapa tiba-tiba saja kamu meminta aku menjauhi Mas Bian? " tanya wanita cantik itu.

" Bukan menjauhi. Tapi aku meminta agar Mbak lebih menjaga jarak dengan suamiku, takut terjadi fitnah. Karena bagaimana pun juga kalian itu pernah berumah tangga, orang-orang akan berpikir buruk jika Mbak terlalu sering terlihat mengunjungi kami, " sahut Evelyn dengan tenang.

Marissa terdengar berdecih saat Evelyn mengungkap alasannya. Senyum sinis terbit dari sudut bibir wanita cantik yang berpakaian super ketat itu.

" Itu hanya alasanmu saja, kan? Aku tau, kamu takut mas Bian akan kembali padaku, bukan? " sinisnya. Evelyn tersenyum samar, sifat asli wanita itu sudah mulai terlihat. Dia yang selama ini terlihat sangat baik dan lemah lembut hari itu mendadak berubah 180 derajat.

" Aku sama sekali tak merasa takut jika hal itu terjadi, jika memang mas Bian kembali padamu, itu artinya dia bukan lelaki yang baik dan pantas untuk diperjuangkan. Jadi untuk apa aku takut, Mbak? " tanya Evelyn dengan tenang. Jika ingin, dia bisa saja mengumpat wanita didepannya itu. Tapi itu bukanlah caranya dalam menghadapi masalah.

" Jika kamu tidak takut dengan itu, kenapa terus mendesakku menjauhi Ayah dari anakku sendiri? Atau ... Kamu ingin memisahkan Chika dengan Mas Bian? Iya? " sembur Marissa.

Evelyn menggeleng-gelengkan kepala mendengar tuduhan tak berdasar dari Marissa.

" Kenapa masalahnya jadi meluber kemana-mana, sih, Mbak? Aku hanya meminta kamu menjaga jarak dengan suamiku! Bukan menjauhkan dia dengan anaknya! Kenapa pikiran kamu sesempit ini, sih? Bukan kah kamu itu berpendidikan? Seharusnya bisa berpikir, bukan? Apa selama berbicara tadi aku pernah menyebutkan ingin memisahkan anakmu dengan ayahnya? " Evelyn yang tak tahan dengan tuduhan buruk Marissa akhirnya meledak juga.

" Halah ... Kamu memang nggak ucapin secara langsung! Tapi dengan meminta aku menjaga jarak dengan mas Bian artinya sama saja dengan kamu ingin menjauhkan Chika darinya! Bahasamu itu nggak usah sok lembut, kalau tetap saja tersirat niat jahat didalamnya! " ucap Marissa dengan lantang. Orang-orang yang ada disekitar mereka sempat menoleh memperhatikan perdebatan antara keduanya.

" Terserah pikiranmu, Mbak! Susah kalau ngomong sama orang egois! " balas Evelyn sambil mengemas barangnya hendak berlalu dari sana.

" Siapa yang kamu bilang egois? Hah? " pekik Marissa seraya bangkit dari duduknya dan berdiri dengan wajah memerah.

" Siapa lagi? Aku sedang berbicara denganmu di sini, " sahut Evelyn dengan tatapan meremehkan.

Marissa semakin meradang saat mendapat tatapan remeh dari istri lelaki yang masih ia cintai itu.

" Kamu! " ucap Marissa dengan gemas. Telunjuknya sudah menuding wajah perempuan ayu didepannya itu.

" Jika kamu berpendidikan, seharusnya tau malu, Mbak! Lihat sekelilingmu, semua orang sedang menatap kearah sini. Atau memang urat malumu sudah putus? Ah, aku lupa, sepertinya memang kau sudah tak tau malu lagi, ya? Jika kau tau malu, tidak mungkin juga terus mendekati suami orang, bukan? " ucap Evelyn santai tapi penuh penekanan.

Marissa baru saja akan membalas, namun manager cafe sudah mendatangi mereka dan meminta pergi.

" Maaf! Jika anda berdua ingin ribut, silahkan keluar dari sini! Jangan menganggu ketenangan pengunjung lainnya! " tegas sang manager.

" Maafkan saya, Pak! " ucap Evelyn seraya menunduk sopan kemudian segera berlalu dari sana.

Marissa yang masih menahan emosi segera menarik tasnya dan mulai mengejar Evelyn yang sudah lebih dulu keluar dari cafe. Dengan amarah yang sudah membuncah, dia memanggil Evelyn yang ingin membuka pintu mobil.

Evelyn berbalik begitu mendengar panggilan Marissa, dia menatap wajah wanita yang dulu sempat ia kagumi kecantikannya. Evelyn yang seorang perempuan saja begitu memuja kecantikan wanita didepannya itu, apalagi dengan para pria.

" Apa lagi? " tanya Evelyn dengan wajah datar.

Dengan wajah licik, Marissa mengucapkan kalimat yang mampu membuat tubuh Evelyn menegang saat itu juga. Sedangkan Marissa langsung menjauh dari sana setelah melempar senyum sinis pada Evelyn.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Roro Halus
wah, marisa muka tembok... mantan itu ya udah ke laut aja, malah kegatelan lagi.. hemm bikin esmosi
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
mantan gak ada akhlak emang si Marissa
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
apa yang marissa katakan?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status