Share

05

" Siapa? " Karina yang tak sabar menunggu memilih bangkit dan menyusul Evelyn untuk melihat siapa yang mengirim pesan.

" Apa maksudnya ini, Lyn? " tanya Karina tak mengerti. " Ini Bian, kan? Terus ini siapa? " cecar Karina.

Evelyn mengangguk dan kembali ke sofa dan diikuti Karina yang masih menatap bingung foto yang ada diponsel Evelyn.

" Itu ... Mantan istrinya Mas Bian, Rin! " ungkap Evelyn. " Dan dia yang jadi alasan aku pulang kembali, karena ditalak oleh Mas Bian. " sambung Evelyn dengan suara bergetar.

" A-apa? Kamu ... Becanda, kan? " tanya Karina seolah tak percaya.

" Evelyn! Jawab aku! Kamu becanda, kan? " desak Karina sebab Evelyn tak kunjung menjawab. Bahu gadis itu merosot ketika melihat gelengan sebagai jawaban dari pertanyaannya tadi.

" Kamu serius? Bian talak kamu karena kehadiran wanita itu? " Karina mengulang lagi demi meyakinkan dirinya. Lagi dan lagi hanya anggukan yang diberi Evelyn sebagai jawaban.

" Tapi kenapa? Kenapa dia bisa setega itu sama kamu, Lyn? Aku ... " Karina menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan masalah yang sekarang sedang dihadapi Evelyn.

" Entahlah, Rin! Mungkin ada sesuatu yang tak aku punya tapi dimiliki mantan istrinya itu, " sahut Evelyn sekenanya.

" Memangnya apa kurangnya kamu? Bentukan kalian sama, kan? Kamu perempuan dan mantannya itu juga! Jadi apa yang dia miliki tapi tidak ada di kamu? " cerocos Karina penuh emosi.

" Bukan itunya, Rin! Mungkin memang benar kata orang-orang, masa lalu punya tempat istimewa tersendiri dihati. Mungkin itu juga yang jadi alasan kuat untuk dia melepaskan aku, " ucap Evelyn berusaha tegar. " Sudahlah. Aku lapar. Kira-kira ibu masak apa, ya? " Evelyn mengalihkan pembahasan.

" Masak kesukaan kamu, kita makan dulu, yuk! Biar ada tenaga hadapin pelakor! " ajak Karina yang membuat Evelyn tertawa.

Karina tersenyum karena kembali melihat Evelyn tertawa meski tak selepas biasanya. Kini keduanya berjalan bersisian menuju dapur sambil melempar canda.

Bian menghela nafas kasar setelah orang-orang yang tadi datang kerumahnya berpamitan, kini tinggal dia dan juga Marissa diruang tamu, sedangkan Chika sedang asik menonton diruang tv. Dia menatap sang mantan yang menjadi penyebab masalahnya hari ini. Setelah dipikir-pikir, Bian mengutuk keputusannya yang sudah menceraikan Evelyn demi bisa kembali pada Marissa.

" Sebaiknya kamu dan Chika balik sekarang, " ucap Bian dengan suara datar. Marissa mendongak dan menatap Bian tak percaya.

" Kamu ngusir aku? " tanya Marissa tak percaya.

" Aku bukan ngusir! Apa kamu nggak bisa memahami apa yang disampaikan oleh pak RT tadi? Warga komplek sini keberatan jika kamu berkunjung kemari, terlebih lagi selama Evelyn tak berada dirumah. " tekan Bian.

" Emangnya kamu berniat kembali membawa Evelyn pulang? " Bian tak menjawab pertanyaan Marissa dan memilih meninggalkan perempuan itu disana.

" Bian! " panggil Marissa. Namun lelaki itu memilih abai dan tetap mengayunkan langkah menuju kamar.

" Papi ... " panggilan dari Chika membuat Bian mengurungkan niat untuk menekan handle pintu. Bian menghembuskan nafas berat kemudian menoleh ke belakang.

Chika sudah berdiri disana dengan wajah polosnya, dan ternyata Marissa juga sudah menyusul.

Bian menekuk lutut demi menyamakan tingginya dengan sang anak, kemudian mulai mengelus lembut rambut panjang gadis kecil itu.

" Sayang ... Chika balik dulu, ya? Ini udah malam. Besok Chika juga harus sekolah, kan? " bujuk Bian.

" Chika mau tidur bareng Papi, boleh, ya? " permintaan Chika membuat Bian spontan menoleh pada Marissa yang berdiri disisi sang anak.

" Boleh. " ucap Bian sambil berdiri. Marissa sudah mengembangkan senyum mendengar persetujuan dari lelaki itu.

" Makasih banyak, Mas. Beberapa hari ini Chika memang minta tidur bareng sama kamu, " ucap Marissa dengan mengulas senyum. Bian hanya mengangguk menanggapi.

" Yaudah, sekarang kita langsung ke kamar Chika, yuk! " ajak Marissa antusias.

" Chika biar aku yang antar, " Bian menyahuti. Marissa menoleh dan mengerutkan kening. " Aku hanya ngizinin Chika yang nginap disini. Kamu boleh pulang sekarang, " lanjut Bian yang membuat senyum Marissa memudar.

" Ma-maksudmu? Aku nggak boleh nginap gitu? Kenapa, Mas? Aku kan tidur bareng Chika di kamarnya. Jadi kenapa nggak boleh? " cecar Marissa tak terima.

Bian tertawa sumbang mendengar penuturan Marissa. Ternyata dia memang sudah salah, kembali menerima wanita yang pernah melepaskannya dan malah melepas wanita yang begitu menerima segala kekurangannya.

" Harus gimana aku jelasin ke kamu, Ris? Kita bukan suami istri! Kamu mau aku kembali ditegur oleh para warga hanya karena membiarkanmu bermalam disini? " bentak Bian. Marissa sampai memejamkan mata karena kerasnya suara Bian.

Dada wanita itu naik turun menahan emosi, dia tak terima diperlakukan seperti itu oleh Bian. Dengan penuh amarah, wanita itu menarik tangan Chika dan langsung menyeretnya keluar, tak dia hiraukan meski sang anak yang berteriak minta dilepaskan.

" Kamu mau bawa Chika kemana, Ris? Biarkan dia menginap disini malam ini! " teriak Bian dengan kesal sebab melihat sikap Marissa yang tak pernah berubah, egois!

" Aku tidak akan membiarkan Chika menginap disini jika aku tak diizinkan! Jadi, selama kamu nggak ngizinin aku datang lagi, itu artinya kamu juga tidak akan bisa bertemu dengan Chika! " tekan Marissa penuh ancaman.

Hal itu yang membuat Bian dengan tega menjatuhkan talak pada Evelyn. Selama ini Marissa selalu melarang Bian bertemu Chika, namun selalu mengabari jika Chika merindukan ayahnya. Marissa memberi alasan, dia akan memberi izin Bian menemui Chika jika lelaki itu bersedia kembali padanya. Dia selalu menggunakan sang anak sebagai senjata agar meluluhkan mantan suaminya itu, awalnya dengan tegas Bian menolak dan mengatakan dia sudah sangat nyaman dengan rumah tangganya bersama Evelyn, namun Marissa malah marah dan tak pernah mengizinkan Bian bertemu dengan Chika.

Bian yang tak ingin lepas tanggung jawab terhadap anaknya seolah tak menemukan jalan lain selain berpisah dengan Evelyn, apalagi selama ini Marissa meyakinkan jika dia melepas Evelyn demi Chika adalah yang terbaik. Wanita licik itu selalu menekankan jika sampai dia menikah dengan lelaki lain, maka otomatis Bian tak akan pernah bertemu Chika selamanya. Hati ayah mana yang tega dipisahkan dengan anak kandungnya? Pikir Bian. Dan keyakinan itu menjadi awal bencana hubungan pernikahan keduanya dengan evelyn.

" Kenapa kamu seegois ini, Ris? " ucap Bian tak percaya.

" Siapa yang egois? Aku? Atau kamu? " cibir Marissa. " Sekarang aku tanya ... Kamu akan tetap kembali padaku demi Chika, kan? Kita akan mewujudkan mimpi Chika bersama, kan, Mas? " tanya Marissa dengan menatap Bian penuh harap.

" Aku ... "

" Apa, Mas? "

" Aku akan tetap ... "

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
perempuan ngga punya hati
goodnovel comment avatar
Roro Halus
bian kamu keterlaluan, jadi suami gak tegas... karena ancaman itu kamu ceraikan evelynn... makan tu rubah liar gila itu.. kesel
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Bian nya kok bego gitu mikirnya, takut Maris ga ngijinin ketemu Chika terus menceraikan Evelyn. Terus niat kamu nikahin Evelyn apa Bian? Kayak pacaran aja ini dibikin pernikahan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status