Share

Kecemasan David

Prangg..

Windy tak sengaja menjatuhkan piring yang sedang ia cuci, perasaannya gelisah tak menentu. Senior di restoran langsung berkacak pinggang dihadapan Windy, dia begitu kesal melihat kecerobohan Windy yang memecahkan piring mahal yang sedang di cucinya.

"Kamu becus kerja gak sih?! lihat akibat ulahmu piringnya pecah, emangnya kamu sanggup buat menggantinya hah?!" sentak Devi.

"Maaf mbak, aku tidak sengaja memecahkannya." ucap Windy.

"Aku tidak mau tahu, kau harus mempertanggung jawabkan ulahmu ini dan mengganti rugi piringnya!" ucap Devi semakin meninggikan suaranya.

Windy lantas membersihkan tangannya dikucuran air keran wastafel, dia mengatur nafasnya yang kini mulai tersulut emosi tak terima dibentak oleh Devi selaku senior di tempatnya bekerja.

"Bisa gak sih kalau ngomong itu pake cara baik-baik? gue ngerti kok gausah pake nyolot segala, gue ngehargain loe karena loe senior disini, dan satu hal yang harus loe tahu! loe bukan pemilik restoran ini, dan ya tanpa loe suruh gue pun pasti ganti rugi piring yang udah gue pecahin." amuk Windy menunjuk wajah seniornya dengan berani.

Windy langsung melepaskan celemeknya, dia melemparkannya tepat dihadapan seniornya dengan kasar. Windy paling tidak suka kalau ada orang yang berani membentaknya dan juga menindasnya, seniornya mengepalkan tangannya yang semakin tersulut emosi bahkan wajahnya sudah memerah menahan amarah karena Windy dengan beraninya menunjuk-nunjuk wajahnya gelat dihadapan karyawan yang lain.

"Beraninya kamu melawanku!" berang Devi.

Devi hendak melayangkan tangannya kearah Windy, namun Windy segera menangkap tangan Devi kemudian menghempaskannya dengan kasar tanpa menyerang balik apa yang hendak Devi lakukan padanya.

"Mulai hari ini juga gue keluar dari restoran ini, ambil saja semua gajiku untuk membayar satu piring yang aku pecahkan." tegas Windy.

Devi menatap Windy dengan tatapan permusushan, Windy tidak peduli dengan tatapan Devi yang menurutnya tidak penting. Akhirnya Windy pergi begitu saja tanpa membereskan pecahan piring yang sudah terjatuh tadi, dengan perasaan yang dongkol dia keluar dari restoran tempat dimana ia bekerja untuk yang terakhir kalinya.

"Dasar tidak tahu sopan santun." gerutu Windy.

Di rumah sakit.

David mendorong brankar dimana anaknya kini sedang berada diatasnya, hatinya begitu gelisah, khawatir menjadi satu.

"Gibran buka matamu, maafkan daddy boy." ucap David sedih.

"Tuan, mohon maaf sebaiknya anda tunggu diluar demi ketenangan pasien dan juga agar tidak mengganggu konsentrasi dokter dalam menangani luka pasien, mohon di mengerti ya tuan." ucap suster menutup pintu ruang UGD.

David menatap nanar pintu ruang UGD dimana Gibran berada di dalamnya, Alan memberitahukan kabar kecelakaan Gibran pada Katrina dan juga suaminya Sean Mahesa Thomson.

Didalam ruang UGD Gibran langsung di bedi pertolongan pertama, luka dikepala Gibran langsung di bersihkan begitu juga luka ditangan dan juga kakinya. Dokter memeriksa luka di kepala Gibran secara menyeluruh takutnya ada pendarahan di dalam atau luka serius lainnya, beruntungnya Gibran hanya mengalami benturan yang tidak terlalu keras jadi luka dikepalanya pun tidak terlalu parah dan masih bisa ditangani tanpa harus melakukan operasi khusus.

"Lukanya tidak terlalu parah, cukup dijahit di bagian lukanya agar tidak terbuka." ucap dokter yang menangani Gibran.

Suster yang mendampingi sang dokter pun memberikan jarum dan juga benang khusus untuk

menjahit luka, kini Gibran sudah ditangani dengan baik oleh tim dokter yang menanganinya. David berjalan mondar-mandir di depan ruang UGD, bajunya yang bersimbah darah dari kepala Gibran pun belum ia gangi sebelum memastikan kalau anak semata wayangnya baik-baik saja.

Ceklek..

Dokter yang menangani Gibran keluar dari ruangan UGD, David lantas menghampiri dokter tersebut dengan wajah cemasnya.

"Bagaimana keadaan anakku?" tanya David dingin.

"Syukurlah tuan segera membawanya ke rumah sakit, tidak perlu khawatir luka di kepalanya tidak terlalu parah dan kami pun sudah menanganinya. Sekarang pasien masih dalam pengaruh obat bius jadi mungkin sekitar 3 jam lagi dia akan sadar, apa ada yang ingin tuan tanyakan lagi?" jelas dokter.

"Tidak, sudah cukup." ucap David.

Dokter pun berlalu meninggalkan David, sedangkan David menghela nafasnya setelah mendengar kabar dari dokter yang menangani Gibran. Alan menyerahkan paper bag yang berisikan baju pada David yang sudah dipesannya untuk mengganti baju David yang terkena darah Gibran, David mengambil paper bag yang di serahkan oleh Alan kemudian ia menggangi pakaiannya di kamar mandi. Dari keajuhan Katrina dan Sean berjalan dengan tergesa menghampiri Alan yang sedang berdiri di depan UGD, mereka cemas bahkan tanpa berpikir panjang keduanya langsubg melesat pergi ke rumah sakit.

"Alan, bagaimana keadaan cucuku?" tanya Katrina dengan panik.

"Gibran sudah ditangani lebih lanjut oleh dokter, dokter juga mengatakan kalau luka dikepala Gibran tidak terlalu parah dan dookter juga bilang kalau mereka sudah menanganinya dan kemungkinan Gibran akan sadar sekitar 3 jam lagi kurang lebihnya begitu nyonya," jelas Alan.

Katrina menghela nafasnya lega, dia mengusap matanya yang sudah berkaca-kaca kemudian masuk kedalam pelukan suaminya. David keluar dari kamar mandinya terkejut karena orangtuanya sudah sampai, dia langsung menyiapkan mentalnya mendengar ceramah dari ibunya Katrina.

"David kamu ini gimana sih jagain Gibran? kenapa dia sampai kecelakaan seperti itu? emangnya kamu gak siapin bodyguard atau penjaga buat jagain Gibran hah? please deh David kamu bukan orang sudah." omel Katrina.

"Mom bisa gak sih kalau ngomong tuh di rem? aku juga gak mau hal ini terjadi, tapi semua udah takdir." kesal David.

"Emangnya kamu ada masalah sama anakmu boy?" tanya Sean.

"Dia lari gara-gara nanyain ibunya, dan aku gak jawab dimana ibunya gataunya dia malah lari keluar dari kantor." jawab David.

David menceritakan bagaimana kronologi Gibran sampai kecelakaan, Katrina dan Sean mengehela nafasnya panjang. Semua orang termasuk pelayan yang berada di mansion David maupun Mansion Katrina tidak ada yang mengeluarkan suara memberitahukan siapa ibu kandung Gibran, bahkan seluruh media sosial pun ikut tutup mulut atas perintah David.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status