Share

Gibran siuman

Selang beberapa jam kemudian.

David menunggu Gibran tersadar dari pengaruh obat biusnya, dia memegang tangan putra semata wayangnya mencurahkan semua kasih sayang lewat sentuhan yang sangat jarang sekali ia lakukan. Gibran mulai menggerakkan matanya, perlahan matanya mulai terbuka lebar menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.

"Boy, kau sadar." ucap David.

"Da-ddy." panggil Gibran lemah.

"Kau butuh sesuatu boy?" tanya David.

"A-air." ucap Gibran terbata.

David mengambilkan segelas aie minum untuk Gibran, dia membantu anaknya untuk meminum minumannya menggunakan sendok.

"Jika ada yang sakit beritahu daddy." ucap David dingin.

"Kakak." ucap Gibran.

"Kakak? siapa yang kau panggil kakak?" tanya David bingung.

"Tadi aku lihat kakak." jawab Gibran.

Ceklek.

Katrina dan Sean masuk kedalam ruang rawat Gibran, mereka langsung menghampiri cucu kesayangannya.

"Cucu oma sudah sadar." ucap Katrina.

"Kamu ini bikin opa khawatir boy." ucap Sean.

"Aauhhhh, ssshh." ringis Gibran.

"Ya ampun, cucu oma kenapa?" tanya Katrina panik.

"Jangan banyak bicara dulu, kamu harus beristirahat boy lukanya pun masih basah." ucap David.

Gibran memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, Katrina dan juga Sean khawatir melihat cucunya yang meringis kesakitan. Gibran menuruti ucapan ayahnya, dia mengistirahatakan kembali tubuhnya tanpa membalas ucapan kakek dan juga neneknya. Saat Gibran menutup matanya David menunggunya disamping hospital bed, dia tahu anaknya kini sedang tidak baik-baik saja diluar maupun di dalam hatinya.

'Maafkan daddy boy, untuk saat ini kau tidak perlu tahu siapa ibumu karena jika kau mengetahui kebenarannya daddy yakin kau pasti sakit mendengar kebenaran yang sebenarnya' batin David.

David berpindah posisi duduk disofa yang tak jauh dari tempat tidur Gibran, dia memangku laptopnya disamping kedua orangtuanya. Gibran tiba-tiba menangis tetapi dengan mata yang tertutup rapat, David dan kedua oranggtuanya langsung saja menghampiri Gibran.

"Huhuhu.. Kakak, Gibran butuh kakak. Sekarang kakak dimana? Hiks, Gak ada yang ngertiin aku disini selain kakak." ucap Gibran menangis terus menyebutkan nama kakak.

"Gibran, hey buka matamu boy." ucap David menepuk pipi Gibran.

Gibran gak merespon ucapan David, dia tetap menugup matanya sampai menangis sesenggukkan.

"David, siapa kakak yang dimaksud oleh Gibran?" tanya Sean.

"Aku juga tidak tahu." jawab David.

"Apa kakak yang dimaksud Gibran itu perempuan yang kemarin ketemu di taman?" tebak Katrina.

"Perempuan siapa maksud mommy?" tanya David.

"Begini, pas kemarin mommy jemput Gibran di sekolah mommy bawa dia pergi ke taman katanya dia mau kesana, nah pas ganti baju terus mommy beresin Gibran turun duluan dan gak taunya dia lari dan nabrak perempuan itu, untuk menebus kesalahannya karena menabrak Gibran katanya dia traktir Gibran es krim terus ngobrol-ngobrol sebentar setelah mommy datang mommy ajak Gibran pulang, sayangnya mommy gak tahu siapa namany." jelas Katrina.

"Hiks, kakak." tangis Gibran mulai mereda.

Perlahan tangisan Gibran berganti dengan dengkuran halus dari mulutnya, David meraup wajahnya dengan kasar. Dia semakin merasa bersalah pada Gibran karena ia bisa melihat kalau Gibran seperti memendam sesuatu dalam dirinya, David merasa gagal menjadi orangtua bagi Gibran.

'I am sorry my son' batin David.

"Boy saran daddy lebih baik kamu cari orang yang disebut kakak oleh Gibran, kasihan dia jika terus mengigau seperti ini apalagi dia punya penyakit kalau dia gak boleh Stress, kalau Gibran stress rambutnya akan semakin rontok Boy." saran Sean.

"Benar kata daddy mu David, lebih baik kamu cari siapa orangnya mommy gak tega lihat cucu mommy kayak gini." tambah Katrina.

"Hemm." jawab David dingin.

David memikirkan semua ucapan orang tuanya, jika di pikir-pikir apa yang dikatakan oleh ayahnya ada benarnya juga, David lupa kalau Gibran memiliki penyakit Alopecia areata dimana ia tidak boleh stres karena hal tersebut bisa mempengaruhi pertumbuhan rambut di kepalanya yang selalu rontok. Akhirnya mau tidak mau David menuruti saran dari kedua orang tuanya, dia memanggil Alan masuk kedalam ruang rawat Gibran.

"Alan aku ingin kau mencari seseorang yang dipanggil kakak oleh Gibran secepatnya!" titah David.

"Namanya siapa?" tanya Alan.

"Aku tidak tahu." jawab David.

"Akan sulit mencari seseorang tanpa mengetahui siapa namanya? atau alamat rumahnya dimana? kalau ada menggunakan foto akan lebih mempermudah dalam pencariannya." jelas Alan.

David memikirkan sesuatu yang masuk kedalam kepalanya, dia mengingat kejadian di restoran saat Gibran memanggil kakak pada seorang pelayan yang bekerja di restoran miliknya.

"Ah iya, sepertinya orang yang di maksud Gibran itu pelayan yang waktu di restoran." ucap David

"Pelayan?" tanya Alan.

"Iya pelayan yang melayaniku di rusng VIP, pokoknya kamu cari disana." titah David.

"Baik tuan" seru Alan.

Alan langsung pergi menjalankan tugas dari David, sedangkan David kembali menghampiri anaknya yang masih betah menutup matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status