Share

Hasil pencarian

Alan menatap foto yang tertera dalam biodata Windy, dia mencoba mengingat wajah Windy agar mempermudah ia dalam pencariannya.

"Ada-ada aja nih tuan muda, biasanya kan dia paling anti sama orang baru? lah ini kenapa tiba-tiba pengen ketemu sama cewek ini?" heran Alan.

Kruuukkk..

Perut Alan sudah memberikan sinyal pertanda lapar, ia melihat kanan kiri jalanan mencari tempat makan, Alan tipikal orang yang tidak pilih-pilih makanan, menurutnya dimanapun ia makan selagi tidak beracun ia pasti akan memakannya.

"Nah, itu ada warteg, makan dulu ah." ucap Alan.

Alan menepikan mobilnya tepat di depan sebuah warteg, dia membuka pintu mobilnya keluar menuju warteg yang lumayan ramai pengunjung.

"Bu nasinya satu porsi. Lauknya kangkung, sambel, ikan asin, tempe sama kerupuk," ucap Alan pada pemilik warteg.

"Minumnya air mineral, teh tawar, atau teh manis

?" tanya pemilik Warteg.

"Teh manis bu." ucap Alan.

"Silahkan duduk dulu, ditunggu ya pesanannya." ucap pemilik warteg dengan ramah.

Alan mengedarkan pandangannya mencari tempat kosong karena memang ramai pengunjung jadi ia kesusahan mencari tempat duduk untuknya, dilihatnya ada satu kursi kosong tepat di sebelah perempuan yang sedang duduk di pojokan.

"Permisi, boleh aku duduk disini?" tanya Alan.

"Duduk saja." ucap perempuan tersebut dengan cuek.

Alan lantas duduk di sebelah perempuan yang sedang mengaduk-aduk makanannya, bisa dilihat kalau perempuan di sampingnya seperti memiliki masalah.

"Emang dasar sialan tuh si Devi kampret, keong, b*b*, g****k." gerutunya kesal.

Alan tersentak mendengar gerutuan perempuan disampingnya, dia tidak berani bertanya atau mengeluarkan sepatah kata pun karena biasanya jika wanita sedang rusak moodnya dia akan berubah menjadi macan. Pemilik warteg menata segelas teh manis dan juga pesanan Alan, setelah selesai ia kembali ke depan melayani pengunjung yang lainnya. Alan menyantap makannya dengan begitu lahapnya, perempuan yang berada di sampingnya berdiri dari duduknya seraya mengeluarkan uang dari dalam tasnya.

"Hei tuan, bisa tolong beri aku jalan? aku sudsh selesai makannya." ucap perempuan tersebut.

Alan yang sedang mengunyah pun langsung terdiam melihat siapa perempuan yang berada disampingnya, di menelisik wajah perempuan tersebut seraya mengingatnya.

"Kenapa kau diam saja? aku ingin keluar." ucap perempuan tersebut.

"Tu-tunggu." ucap Alan terbata menghentikan perempuan disampingnya yang hendak menerobos keluar.

"Haisssh, ada apa sih?" ucap perempuan tersebut kesal.

"Namamu Windy bukan?" tanya Alan.

"Loh, kok tahu nama saya?" tanya Windy heran.

"Jadi benar kau bernama Windy?" tanya Alan lagi.

" Iya benar, tapi maaf aku tidak mengenalmu." ucap Windy jutek.

"Tunggu dulu disini, aku akan menyelesaikan makannya, habis itu aku akan memberikan pesan penting untukmu." ucap Alan.

"Pesan apa? dari siapa? dan apa hubungannya denganku?" tanya Windy bertubi-tubi.

"Makanya duduk lagi, nanti aku ceritain." ucap Alan.

Akhirnya Windy duduk menuruti perintah Alan, dia menunggu Alan menghabiskan makanannya. Setelah selesai makan Alan menarik tangan Windy dan membayar makanannya dan juga makanan Windy, dia mengajak Windy masuk ke dalam mobil tetapi Windy menolaknya.

"Disini aja, aku gak mau sampai di culik oleh orang yang tidak dikenal." ucap Windy.

"Astaga, yasudah disini saja. Tadi aku mencarimu di restoran tempatmu bekerja atas permintaan tuan David, dia menyuruhku membawamu menemuinya karena anaknya yang sedang sakit terus memanggil namamu." jelas Alan.

"David? siapa dia? aku tidak mengenalnya?" tanya Windy beruntun.

"David pemilik restoran tepat dimana kau bekerja, kau lupa? tadi aku mengantar dia makan disana, bukankah kau juga yang melayaninya di ruang VIP?" ucap Alan dengan membprong pertanyaan pada Windy.

"Terus? apa hubungannya denganku? kenapa kau membawaku untuk bertemu dengannya?" tanya Windy masih belum paham.

Alan menghela nafasnya dengan panjang, sungguh melelahkan harus menjelaskan semuanya pada Windy yang otaknya aga konslet.

"Asal kau tahu, anak kecil laki-laki yang memanggilmu kakak tadi kecelakaan dan sekarang lagi di rumah sakit, dia terus memanggil namamu makanya aku di tugaskan untuk mencarimu, PAHAM!" ucap Alan dengan gemas.

"Tapi.."

Sreett..

Ceklek.

Bugh.

Alan menarik tangan Windy kemudian membuka pintu mobilnya, dia memasukkan Windy kedalam mobil tepat di sampingnya kemudian menguncinya pintunya dari dalam. Windy menggedor-gedor kaca mobil begitu Alan menyalakan mesin mobilnya, tampa menghiraukan teriakan Windy Alan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Dasar gila! apa kau ingin aku mati?!" sentak Windy.

"Habisnya kau banyak bicara, jika aku tidak segera membawamu maka nyawaku taruhannya." ucap Alan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status