Share

Bertemu kembali

Windy menenteng tasnya mencari kontrakan untuk tempat tinggalnya, ia berjalan dengan gontai meratapi nasibnya dan menahab rasa sesak di dadanya yang terus menerus merasa terhimpit.

"Kenapa nasibku seperti ini ya Allah?" keluh Windy.

Saat berjalan menyusuri beberapa rumah Windy melihat tulisan 'Masih kosong kontrakan khusus wanita', Windy langsung saja masuk menanyakan siapa pemiliknya pada penghuni di sekitar kontrakan tersebut.

"Permisi, kalau boleh tahu pemilik kontrakan ini dimana ya rumahnya?" tanya Windy pada seorang perempuan paruh baya.

"Oh itu, yang rumahnya warna kuning" jawab perembuan paruh baya tersebut.

"Oh, Terimakasih bu." ucap Windy.

Windy berjalan kearah rumah yang ditunjukkan, dia mengetuk pintu beberapa kali sehingga muncullah Wanita paruh baya dengan memakai kacamata diwajahnya.

"Permisi, apakah benar ini yang punya kontrakan disini?" tanya Windy.

"Betul neng, mau ngontrak disini?" tanyanya.

"Emang satu bulannya berapa bu?" tanya Windy.

"Satu bulannya 500 ribu, kalau mau bisa langsung ditempati udah ada kasurnya sama kamar mandinya juga di dalem neng." ucap pemilik kontrakan.

"Wah mau dong bu, saya langsung bayar sekarang juga mumpung uangnya ada." ucap Windy.

"Sebentar, saya bawa kunci dulu." ucap pemilik kontrakan yang bernama Sari.

Sari mengambil kuncinya dari dalam rumah, dia kemudian menujukkan kamar kontrakan yang akan ditempati oleh Windy. Daripada pusing nyari tempat tinggal lebih baik ia ambil tawaran dari Sari, toh dia gak perlu siapin kasur dengab harga yang lumayan.

"Ini kamarnya, lumayan luas sih kalau buat sendiri. Ini kuncinya, listrik sama air itu udah berikut ya neng semoga betah tinggal disini." ucap Sari.

"Iya bu, ini uangnya." ucap Windy mengeluarkan uang dari dalam tasnya.

Sari mengambil uang yang di berikan oleh Windy, dia memasukannya kedalam saku bajunya. Windy mengambil kuncinya lalu masuk kedalam kontrakannya, dia melihat sekelilingnya yang ternyata emang lumayan kalau buat dirinya yang tinggal sendirian.

"Lumayan lah, daripada luntang lantung di jalanan." ucap Windy sambil merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Keesokan harinya.

Windy sudah bersiap memakai pakaian kerjanya, jarak dari kontrakan ke tempat dimana dia bekerja lumayan jauh jadi dia harus berangkat lebih awal. Saat ini Windy sudah berdiri di pinggir jalan menunggu angkutan umum lewat, setelah ada angkot yang melintas ia segera menghentikannya kemudian masuk kedalamnya.

Dikediaman David.

Gibran hari ini libur sekolah dan ayahnya mengajaknya ke perusahaan, senang sudah pasti karena ia bisa menghabiskan waktunya bersama sang ayah. David turun dari kamarnya sudah rapi dengan jas kantornya, dia sarapan bersama Gibran sebelum berangkat ke kantor.

"Gibran habiskan sarapanmu, sebentar lagi kita berangkat." ucap David datar.

"Iya dad." jawab Gibran.

David dan Gibran fokus dengan makanannya, mereka sarapan tanpa mengeluarkan suaranya hanya dentingan sendok yang beradu memecah keheningan diantara keduanya. Selesai sarapan David dan Gibran masuk kedalam mobilnya dan dusuk di kursi belakang, Udin melajukan mobilnya menuju ke perusahaan milik David. Ketika sudah berada di dalam mobil pastinya David akan mengecek laporan yang masuk kedalam emailnya, Gibran hanya mampu terdiam sambil menatap jalanan yang ramai kendaraan berlalu lalang.

Cekiit..

Mobil sudah sampai di depan perusahaan Mahesa group yang sudah berdiri bertahun-tahun lamanya, David selaku pewaris Mahesa group memimpin perusahaan semakin berjaya, atas kegeniusannya David mampu menduduki urutan nomor satu pengusaha tersukses di dunia bisnis.

David menggandeng tangan putranya masuk kedalam perusahaan, dia berjalan dengan langkah tegap tanpa menunjukkan ekspresinya. Para karyawan menundukkan kepalanya saat David dan Gibran berjalan melewati semua karyawan yang sedang berlalu lalang, asisten pribadi David yaitu Alan menyambut kedatangannya.

"Ruang meeting sudah siap tuan, para kolega sudah menunggu anda disana." ucaon Alan.

"Hemm." jawab David dengan singkat.

David berjalan keruang kerjanya yang berada dilantai paling atas gedung miliknya, dia membawa sang putra ikut serta naik keatasnya.

"Gibran kau tunggu di ruang kerja daddy, jangan nakal dan jangan kemana-mana." ucap David dingin.

"Baik daddy." sahut Gibran.

Sampai diruangan khusus CEO David mengambil berkas yang akan ia bawa meeting, dia juga membuka kamar yang disediakan khusus miliknya kemudian meletakkan buku dan juga menyalakan televisi untuk Gibran.

"Alan kau tetap awasi anakku di ruang meeting." titah David.

"Siap tuan." jawab Alan.

David meninggalkan Gibran yang kini sedang fokus menonton animasi kesukaannya, dia berjalan ke ruang meeting dimana para kolega bisnis sedang berkumpul menunggu kedatangannya.

David memimpin meeting sampai menjelang jam istirahat, setelah beres melakukan meeting dan mendapat kesepakatan dia mengakhiri pertemuannya. David keluar dari ruangan meeting diikuti oleh Alan dibelakangnya, dia berjalan menuju keruangannya dimana Gibran sudah tertidur diatas kasur dengan tv yang masih menyala.

"Kasihan sekali dia sampai ketiduran." ucap David.

David tidak ingin mengganggu tidur sang anak, dia lebih memilih mengistirahatkan tubuhnya disamping Gibran sambil bersandar di kepala ranjang.

Euunnghhh..

Hooaamm..

"Daddy." panggil Gibran dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Hemm." sahut David dengan mata terpejam.

Kkkrruukkk..

Suara perut Gibran berbunyi begitu nyaring sampai mata David langsung terjaga, David meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

"Kau lapar boy?" tanya David.

"Iya dad." jawab Gibran.

"Ayo kita makan di restoran favoritmu." ajak David.

Gibran menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, David menggendong tubuh Gibran karena anaknya masih terlihat mengantuk.

"Alan." panggil David.

Alan yang merasa dipanggil langsung masuk kedalam ruangan David.

"Apa ada yang tuan butuhkan?" tanya Alan.

"Kita ke restoran Giomani, bilang pada Teguh untuk siapkan laporan pengeluaran dan juga pemasukan biar sekalian aku memeriksanya." ucap David.

"Laksanakan tuan." seru Alan.

Alan menelpon pihak restoran milik David yang tak jauh dari perusahaan, selesai menelpon Alan menutup telponnya.

"Sudah tuan, Teguh bilang kalau laporannya tinggal di periksa saja." ucap Alan.

"Oke, Ayo." ucap David mengajak Alan pergi.

David berjalan sambil menggendong tubuh Gibran diikuti oleh Alan dibelakangnya, ia masuk ke dalam mobilnya kemudian melesat pergi menuju restoran.

Di sebuah restoran Windy terlihat sedang melayani pengunjung, dia menata makanan dan minuman yang sudah di pesan sebelumnya diatas meja. Manager restoran mengumpulkan semua karyawannya di belakang, setelah semua berhasil dikumpulkan ia pun membuka suaranya.

"Mohon minta waktunya sebentar, perhatian untuk semuanya. Hari ini kita akan kedatangan pemilik restoran saya harap kalian jaga sikap dan layani ia sebaik mungkin dan jangan membuat kesalahan, jika salah satu diantara kalian melakukan kesalahan maka pekerjaan kalian taruhannya." ucap Manager.

Para karyawan menganggukkan kepalanya serentak, karyawan yang sudah mengenal siapa pemilik restoran seketika wajahnya berubah pias. bagaimana tidak, David terkenal dingin dan juga kejam bilamana ada salah satu diantara mereka melakukan kesalahan maka tidak ada ampunan baginya.

"Sri kenapa yang lain kayak tegang mukanya pas denger pemilik restoran mau dateng?" tanya Windy pada temannya.

"Loe gak tau aja, bos kita ini orangnya gak ada toleransi kalau salah ya salah dan gak ada ampunan alias dipecat langsung, makanya mereka pada takut." jawab Sri.

Windy manggut-manggut mendengar ucapan Sri, dia belum pernah bertemu dengan pemilik perusahaan jadi dia tidak tahu siapa orangnya dan seperti apa sikapnya. Manager restoran membubarkan semua karyawan untuk kembali bekerja, sedangkan ia berdiri di depan untuk menyambut kedatangan David selaku pemilik perusahaan.

Mobil yang ditumpangi oleh David sudah sampai di restoran, dia keluar disambut oleh manager restoran.

"Selamat datang tuan David." sapa manager.

"Hemm." jawab David dingin.

David melangkahkan kakinya masuk sambil menggandeng tangan anaknya, dia mengedarkan pandangannya melihat setiap pengunjung yang datang dan duduk di mejanya masing-masing. Windy tak sengaja melihat manager berjalan bersama orang yang tak asing di ingatannya, dia menajamkan penglihatannya dan mengingat-ingat wajah siapa orangnya.

"Oh ya ampun, jangan bilang kalau dia pemilik restoran ini?" gumam Windy panik.

Windy langsung berjalan menghampiri Sri rekan kerjanya, dia menyenggol lengan Sri kemudian menutup wajahnya dengan nampan.

"Sri yang jalan bareng manager siapa? jangan bilang kalau itu boss kita?" tanya Windy.

"Emang iya Win, dia kan boss kita, emangnya loe belum tahu?" jawab Sri.

'Mampus gue' batin Windy.

David berjalan kearah ruangan VIP yang disediakan khusus untuknya, dia tidak suka makan diruangan terbuka dan ramai orang yang melihat kearahnya. Manager restoran memberikan daftar menu pada David, Gibran memesan beberapa menu kesukaannya sedangkan David hanya memesan steak dan juga jus jeruk.

Beberapa menit kemudian.

Windy dipanggil oleh seniornya, dia diperintahkan untuk mengantarkan makanan untuk David.

"Windy, tolong antarkan makanan ini ke ruang VIP." ucap Senior.

"Tapi kak Devi kenapa aku? kan ada senior yang lainnya?" protes Windy.

"Mereka lagi sibuk, bukannya kamu juga lagi free? cepat antarkan nanti boss marah dan kita semua kena imbasnya." tegas Devi.

Dengan berat hati Windy mengambil semua pesanan ke ruang VIP bersama salah satu rekan kerjanya, Windy sudah pasrah jika harus kehilangan pekerjaannya karena dia begitu ingat kejadian kemarin yang mana ia mengerjai David sampai terjatuh di kubangan air kotor.

'Semoga tuh orang lupa sama gue' batin Windy.

Windy sedikit menundukkan kepalanya agar wajahnya tidak terlihat Oleh David, ia menata semua makanan diatas meja. Gibran menelisik wajah Windy seperti mengenalnya, saat Windy menyodorkan piring pesanannya dia baru mengingat siapa orangnya.

"Kakak." panggil Gibran pada Windy.

Windy refleks mengangkat wajahnya dan menatap kearah Gibran, David heran kenapa anaknya memanggil pelayan dengan sebutan kakak.

'Lah kok bocah ini ada disini, sama si boss lagi' batin Windy heran.

Deg!

"Kau!" ucap David menunjuk kearah Windy.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status