Share

Gibran Kecelakaan

"Hallo tuan, kita bertemu lagi ternyata dunia ini sempit yah." ucap Windy.

"Daddy kenal dengan kak Windy?" tanya Gibran.

"Tidak." jawab David singkat.

David menatap Windy dengan tatapan yang tak bisa diartikan, Windy sudah pasrah jika David memecat dirinya atas kejadian kemarin.

"Kakak," panggil Gibran.

"Iya adek ganteng? eh, maksudku tuan muda apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Windy.

"Kakak boleh suapi aku?" tanya Gibran.

"Gibran!" tekan David.

David menatap tajam kearah Gibran, Windy bingung harus melakukan apa jika ia pergi seniornya pasti marah padanya, tapi jika dia stay di ruangan VIP rasanya sesak harus berhadapan dengan David.

"Sorry dad." ucap Gibran menunduk.

Gibran menundukkan kepalanya sedih, dia memakan makanannya yang kini langsung tak berselera.

'Daddy aku hanya ingin disuapi oleh kak Windy, aku senang bisa dekat dengannya dia baik seperti seorang ibu' batin Gibran.

"Kau kembali bekerja, dan ingat! urusan kita belum selesai." ucap David dingin.

"I-iya tuan." ucap Windy terbata.

Windy pergi meninggalkan ruang VIP, Gibran menatap kepergian Windy membuat perasaannya semakin sedih. Saat berada di taman tempo hari Windy membelanya ketika Smith mengerjainya, Gibran di traktir es krim dan juga bercerita pada Windy yang menjadi pendengar saat itu. David fokus pada makanannya sedangkan sudut matanya menangkap ekspresi Gibran yang berubah murung, dia tidak tahu sejak kapan Gibran dekat dengan orang lain sampai minta disuapi. Gibran mengaduk-aduk makannya hilang sudah selera makannya, dia memilih diam tak melanjutkan makannya.

"Habiskan makanannya." titah David datar.

"No dad, aku kenyang." ucap Gibran.

David menghela nafasnya panjang, ia meminta Alan mengambilkan laporan dari orang kepercayaannya. Alan datang bersama Teguh yang datang membawa laporan ditangannya, David memeriksa semua laporannya dan dirasa tidak ada masalah ia memberikan kembali laporannya pada Teguh. Setelah itu David pergi mengajak Gibran keluar dari restoran, Alan mengkuti David dari belakang dan ia juga membukakan pintu mobil untuk tuannya.

Windy menatap kepergian David, ia menghela nafasnya lega karena ternyata David tidak memecatnya ataupun membahas kejadian kemarin.

"Fyuhh, syukurlah gue gak di pecat." ucap Windy mengusap dadanya.

"Loe kenapa Win?" tanya Sri.

"Gue lega si boss udah pergi, kirain gue bakal di pecat eh ternyata enggak dong." jawab Windy.

"Wahh, loe orang pertama yang selamat dari kandang singa Win, selamat ya." ucap Sri.

"Seriusan loe?" tanya Windy tak percaya.

Sri menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Windy melongo dibuatnya entah kenapa perasaannya seketika menjadi tidak tenang.

'Kok perasaan gue gak enak ya?' batin Windy.

Di dalam mobil sangatlah hening tidak ada percakapan antara para manusia di dalamnya, sejak keluar dari restoran Gibran pun tetap murung.

Beberapa menit kemudian.

Mobil yang ditumpangi David sudah sampai di halaman kantor, Alan membukakan pintu mobil untuk David dan mempersilahkan tuannya keluar. Sesampainya di ruangan presdir David mendudukkan tubuhnya di kursi singgasananya, sedangkan Gibran duduk disampingnya.

"Daddy." panggil Gibran.

"Hemm." sahut David.

"Boleh aku bertanya?" tanya Gibran.

"Katakan." ucap David.

"Sejak aku kecil sampai sekarang aku tak pernah menanyakannya, tapi untuk sekarang aku ingin bertanya dimana ibuku? bagaimana rupanya? kenapa selama ini aku tak pernah bertemu dengannya?" tanya Gibran beruntun.

Deg!

David langsung menghentikkan pekerjaannya, dia memejamkan matanya sejenak. David menatap wajah sanga anak dengan lekat, inilah yang paling ia hindari dari Gibran ketika ia sudah besar.

"Aku adalah ibu sekaligus daddy mu, jadi jangan pernah bertanya seperti itu mengerti!" tekan David.

"Tapi kenapa dad? kenapa aku tidak boleh bertemu dengan ibuku? bukankah semua orang di dunia ini mempunyai ibu? kenapa dad KENAPA?" Gibran memborong pertanyaan dengan dada yang mulai sesak, serta mata yang mulai memanas.

"STOP! kau punya segalanya, jadi kau tidak memerlukan ibumu!" tegas David.

"Kau egois dad! selama ini aku selalu diam, menuruti semua perintahmu. Kau pikir uang diatas segalanya? kau tahu aku selalu merasa sendirian di dunia ini, kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu. Kau jahat daddy, KAU JAHAT!" teriak Gibran.

Gibran turun dari kursinya kemudian ia berlari keluar ruangan David, David langsung mengejar Gibran yang sudah melesat lari masuk kedalam lift.

"Alan kejar Gibran!" teriak David.

"HUHUHU.. DADDY JAHAT." teriak gibran sambil menangis sesenggukkan.

Gibran pergi keluar dari perusahaan, dia lebih baik mencari Windy yang bisa membuatnya tenang. Gibran terus berlari di pinggir jalan, David dan Alan terus mengejarnya dari belakang sampai akhirnya Gibran hendak menyebrang karena dari kejauhan ia seperti melihat sosok Windy, dia melangkahkan kakinya melihat ke kanan dan ke kiri kendaraan yang berlalu lalang namun sayang ternyata ada sebuah motor yang melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi dan..

Brakk..

"GIBRAN!" teriak David.

Gibran tergeletak di pinggir jalan dengan kepala yang mengeluarkan darah, tangan serta kaki yang terluka dan sedikit berdarah. David meraih tubuh sang anak kedalam pelukannya, Gibran sempat membuka matanya namun tertutup kembali.

"Panggil ambulance, CEPAT! titah David.

"Baik tuan." seru Alan.

Alan langsung menghubungi Ambulance ke lokasi kejadian, David tedus berusaha menepuk pipi Gibran agar membuka matanya.

"Gibran, buka matamu." ucap David.

Penyesalan langsung menyeruak ke dalam hatinya, ia menyesal tak memberitahu siapa ibu kandung Gibran karena ia tidak mau anaknya kecewa.

Prang..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status