Share

Bab 2: Kembali Bertarung

“Hehehe…anak muda yang berani…kamu berarti tak kenal siapa kami, kami bertiga adalah pendekar golok kilat dan penguasa daerah ini!” Paro langsung pasang nama, tujuannya agar Pendekar Pekok ketakutan dan cepat-cepat pergi dari warung ini. Julukan ini telah lama mengangkat mereka sebagai pendekar yang paling di takuti di kawasan ini.

“Hebatttt…saya merasa terhormat sekali bisa duduk bersama tiga pendekar wilayah ini, mari saya traktir, kalian boleh minum sampai mabuk, saya yang bayar, kalian minum saja sepuasnya, tak usah khawatir, uang saya sangat cukup!” ucap Pendekar Pekok dengan cueknya.

“Wahh Kang, dia ngejek kita, masa mau traktir kita…ga tahu dia kalau kita ga pernah bayar, perlu di kasih pelajaran ni orang kang!” pria yang satunya yang wajahnya ada bekas-bekas jerawat hitam nyolot, sambil menatap tajam Pendekar Pekok yang tetap santai di depan mereka.

“Kimin, Pano, kasih salam perkenalan kita pada pemuda ga tahu diri ini!” perintah Paro pada dua anak buahnya ini. Kimin dan Pano pun terlihat mulai bersiap, pengunjung warung yang menguping pembicaraan ke empat orang ini banyak yang diam-diam membayar dan langsung pergi dari sana, takut terlibat dengan persoalan tiga pendekar yang sebetulnya preman-preman kasar di daerah ini dan lebih suka menyelesaikan semua masalah dengan golok daripada mulut mereka.

Sedangkan yang nyalinya besar, malah menunggu dan melihat apa yang terjadi selanjutnya, termasuk dua muda-mudi tadi. Bagi mereka, pertarungan ini sangat ditunggu-tunggu, apakah ketiganya akan mendapatkan lawan sepadan, ataukah justru ketiganya keok, karena pemuda itu terlihat tenang-tenang saja, tidak memperlihatkan rasa takut sama sekali.

Tokek sang pemilik warung dari tadi sudah gelisah, dia mulai berpikir kerugian warungnya kalau sampai terjadi keributan.

“Haduehhhh…bakalan rugi lagi nihh, hancur lagi piring dan gelas-gelas di warung ini,” keluh Tokek dalam hati, wajahnya terlihat pucat.

“Sebentarrrr…tahan dulu…!” seru Pendekar Pekok, lalu meletakan gelasnya di meja dan menatap ketiga orang yang agaknya mulai main kasar ini.

“Liattt…dia mulai ketakutan bos…!” Kimin tertawa menyahut ucapan Pendekar Pekok.

Pendekar Pekok hanya melirik sekilas Kimin tertawa, dia lalu bersandar pada bangkunya dan tetap tersenyum, sehingga ketampanannya makin terlihat.

“Hmmm…jadi selama ini kalian selalu gratis ya makan dan minum di warung ini!” Pendekar Pekok menatap tajam ke wajah Paro yang duduk persis di depannya.

Paro, Kimin dan Pano langsung tersentak kaget dengan kelancangan pria yang dianggap mereka bangsawan lemah yang hanya nyasar di warung ini.

“Heiii anak muda lancang, mulutmu lemesss juga yaaa, kamu belum merasakan belaian tanganku di wajahmu yang ganteng itu yaaa!” ucapan Paro langsung di sambut gelak tawa Kimin dan Pano.

“Hajarrr bos….dia ngejek kita dari tadi!” sahut Pano memanasi bosnya ini.

“Sabarrr…sabarrr…mari minum dulu araknya!” Tokek dan dua pelayannya datang terburu-buru dan langsung menaruh 3 kendi minuman berikut gelasnya di meja tersebut. Tokek bahkan menuangkan kendi-kendi itu di gelas hingga hampir penuh dan mempersilahkan di minum langsung.

Paro mengibaskan tangannya dan menyuruh Tokek dan pelayannya pergi, dia bersama Kimin dan Pano lalu mengambil gelas di meja dan bermaksud minum arak harum itu.

Keanehan pun terjadi, ternyata gelas berisi arak itu seakan menempel di meja dan ketiga orang ini kaget bukan kepalang karena tak bisa mengangkat gelas itu.

Kimin dan Pano malah kini menggunakan dua tangan dan mulai mengerahkan kekuatannya, namun tetap saja gelas itu tak terangkat.

Paro juga bersikap sama, wajahnya yang hitam tambah hitam, selain malu dia kaget bukan kepalang dengan kejadian yang tak dia sangka-sangka ini. Malah sampai terdengar aah uuh ketiganya yang tetap tak bisa mengangkat gelas tersebut. Semua pengunjung warung yang bertahan dan menyaksikan kejadian aneh ini melongo, termasuk Tokek dan semua pelayan yang kini memperhatikan dengan hati tegang.

Sedangkan dua muda-mudi yang dari tadi terus memperhatikan ini, saling pandang dan keduanya mengangguk-anggukan kepala, sebab mata mereka melihat saat jari Pendekar Pekok menempel ke meja itu, mereka sudah tahu sang Pendekar ini mulai mendemontrasikan kekuatan tenaga dalamnya.

Tiba-tiba terjadilah hal yang menghebohkan, saat jari Pendekar Pekok lepas dari meja, ketiga orang yang sedang mengerahkan kekuatan untuk mengangkat gelas, terjengkang ke belakang dan gelas berisi arak tumpah mengenai wajah dan badan ketiganya, sehingga baju-baju mereka kotor.

Paro, Kimin dan Pano langsung berdiri dengan wajah merah padam saking malu sekaligus membangkitkan amarah ketiganya, dan kini mereka langsung mengambil golok yang ada di meja, tapi lagi-lagi golok itu sama seperti gelas tadi menempel tak bisa di angkat oleh tangan mereka.

“Awasss hati-hati, golok penjagal ayam kalian itu bisa menepuk jidat kalian nanti!” ejek Pendekar Pekok, tetap dengan wajah tersenyum sambil menegak arak dan tangan satunya masih menempel di meja.

Andai saja ketiga orang ini mengerti, tentu mereka akan menyerah dan kabur dari sana, karena demontrasi kekuatan tenaga dalam Pendekar Pekok sudah sangat sempurna. Karena hanya dengan jari, mampu mengerahkan tenaga dalamnya, hingga gelas dan kini golok itu tak bisa terangkat oleh ketiga pria berangasan ini.

Dan kembali ketiganya berteriak kesakitan, ketika secara tiba-tiba golok itu dengan mudahnya mereka angkat, namun justru saking kuatnya tenaga mereka, golok itu malah tertarik dengan keras dan gagang golok itu benar-benar memukul jidat mereka hingga dahi mereka benjol, malah dahi Kimin dan Pano langsung berdarah dan mata keduanya menjadi berkunang-kunang.

Paro yang mempunyai kesaktian lebih tinggi hanya benjol sebesar telor ayam di dahi, namun rasa malunya yang luar biasa membuat Paro marah besar dan ia menyumpah-nyumpah. Karena dengan mudahnya kedua kalinya ketiganya terjengkang ke lantai, hingga menimbulkan suara berdebuk yang keras. Terlebih ada pengunjung yang tertawa tergelak melihat kelakuan mereka yang dianggap sangat lucu tersebut.

“Lucuuuu…tiga monyet dua kali jatuh ehh ada tanda telor lagi di dahi…hihihihi!” olok orang itu, ternyata itu suara salah satu gadis cantik berambut panjang terurai yang duduk didekat pemuda tampan atau muda-mudi yang dari tadi menyaksikan adegan itu dari jarak 5 meteran.   

Pendekar Pekok lalu menoleh dan dia tersenyum melihat ucapan gadis cantik disamping pemuda yang juga ganteng itu. Sebetulnya dari tadi dia sudah tau kehadiran dua orang ini, tapi dia sengaja pura-pura tidak tahu.

Saat menoleh itulah, secara cepat ada bunyi berdesir, Paro menebaskan goloknya ke kepala Pendekar Pekok, dua muda-mudi ini langsung berteriak kaget melihat cepatnya golok itu menuju kepala si pendekar.

Julukan tiga pendekar golok kilat agaknya bukan isapan jempol, tapi kembali mereka melongo dengan kagum, karena tebasan golok cepat yang mengangkat nama ketiga orang ini hingga dapat julukan si Pendekar Golok Kilat luput, karena dengan lihainya Pendekar Pekok menggerakan kepalanya dan tebasan itu luput dan melewati rambutnya hanya beberapa centi.

Si gadis yang tadi mengolok-ngolok sampai berseru woww…saking hebatnya gerakan cepat yang di lakukan Pendekar Pekok, untuk menghindari tebasan golok yang digerakan dengan tenaga dalam yang cukup kuat.

Andai pendekar ini tak bergerak cepat, bisa saja lehernya akan menggelendeng ke bawah, alias koit terjagal.

Merasa serangan kilatnya luput, Paro makin marah, dia benar-benar sudah kalap, kemarahannya makin meluap-luap, matanya seakan ingin menelan bulat-bulat musuhhnya yang justru terlihat tenang-tenang saja dan senyum mengejek tak pernah lepas dari bibirnya.

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status