“Terima kasih Malaki, andai kamu terlambat datang, mungkin umurku tak lebih dari 2 minggu lagi!” Ki Jarong menatap wajah Pendekar Pekok sambil menghirup kopi panas, yang juga otomatis menggugah selera makannya yang selama 2 bulanan terganggu.
“Ki Jarong siapa musuh kamu itu?” tanya Pendekar Pekok, sambil memakan ubi yang di rebus dan baru saja di hidangkan Nalini, baunya tak kalah harumnya dari kopi tadi.
“Namanya Ki Samut, dia merupakan musuh sejak kami sama-sama muda, dia marah karena dulu kalah bersaing denganku merebut seorang hati seorang wanita!” Ki Jarong menghela nafas.
Ki Jarong menambahkan, kemarahan Samut saat muda karena dulu kalah di ajang perlombaan jodoh di sebuah kampung.
“Saat itu kepala kampung yang sangat terkenal mengadakan lomba mencari jodoh bagi putrinya, aku yang masih muda tentu saja tertarik. Setelah melalui berbagai pertarungan yang semuanya ku menangkan, sampailah aku di pertandingan puncak, melawan si Samut itu!” Pendekar Pekok tidak menyela selama Ki Jarong bercerita, dia mengakui kalau kakak seperguruannya ini memang lumayan ganteng saat muda.
“Aku mampu mengalahkannya setelah melalui pertarungan hidup mati, Samut ternyata sangat licik, dia hampir saja membunuhku, untungnya ilmu kanuraganku mampu mengimbangi kelicikannya tersebut. Sebelum pertandingan, Samut yang ternyata diam-diam pacaran dengan anak Kepala Kampung itu sengaja memberi racun ke minuman yang ku minum sebelum pertandingan, minuman itu disediakan panitia pertandingan,” ungkap Ki Jarong, sambil mengingat kisah masalalunya.
Pendekar Pekok hanya manggut-manggu mendengar kisah Ki Jarong, kini dia bisa merangkai penyebab Ki Samut sangat dendam dengan Ki Jarong, dendam lama karena Ki Jarong dianggap mengganggu hubungan asmaranya.
Ki Jarong yang mempunyai ilmu kanuragan tinggi hanya lemas saat meminum racun itu, tapi saat pertandingan dia tetap sanggup mengalahkan Ki Samut yang saat itu juga berusia muda.
Usai menang, otomatis Ki Jarong mendapatkan hadiah yang di janjikan, awal pernikahan Ki Jarong dan Surti istrinya, yang juga anak kepala kampung berjalan dingin.
Surti tetap teringat kekasihnya yang kalah dan mengalami luka-luka parah dari Ki Jarong di pertandingan puncak tersebut.
Namun Ki Jarong saat muda memiliki wajah tampan ini memaklumi perasaan istrinya, dia tidak dendam dengan kelakuan Surti yang sempat berkhianat. Dia malah memperlakukan istrinya ini dengan baik dan selalu menunjukan kasih sayang pada Surti. Walaupun sadar nyawanya hampir melayang akibat racun yang sempat dia cicipi tersebut.
Lama-lama Surti mulai menunjukan simpati dan dia mulai sadar, kelakuan dan sifat Jarong jauh berbeda dengan Samut.
Samut sendiri pemuda dari kampung sebelah, Samut terkenal nakal dan suka mempermainkan wanita, tapi Surti baru tahu belakangan, setelah jadi istri Jarong.
Jarong bisa membimbing Surti dalam ilmu silat, juga selalu mengalah dan tidak pernah marah dengannya, beda dengan Samut yang berangasan dan gampang tersulut emosi. Soal wajah, Jarong hanya kalah sedikit dibandingkan Samut.
Lima bulan kemudian, Surti pun mulai merubah sikapnya, yang selama ini jutek dan selalu cuek degan Jarong. Surti sadar, ia telah di butakan oleh cinta!
Hubungan mereka yang semula dingin, berubah jadi baik, Ki Barna, sang kepala Kampung yang juga mertua Jarong tentu saja senang, anaknya Surti kini mau menerima Jarong sebagai suaminya. Ki Barna tentu lebih suka Jarong sebagai menantu, dibandingkan Samut, selain ilmu kanuragan Jarong lebih tinggi, Jarong juga bisa membawa diri dan selalu hormat dengan Ki Barna serta istrinya.
Yang utama lagi, usaha ekpedisi Ki Barna makin naik daun, karena dengan bergabungnya Jarong sebagai salah satu anak buahnya, kini usaha Ki Barna makin maju dan mendapatkan kepercayaan penuh dari semua pelangggannya.
Perilaku Jarong yang sangat baik dan ia juga bisa dipercaya sebagai anak buah sekaligus menantu, Ki Barna pun tak ragu pernah bilang ke Surti, semua usahanya kelak akan dia wariskan ke Jarong dan Surti.
Kebahagiaan Jarong dan Surti makin lengkap, beberapa bulan kemudian Surti pun mengandung anak pertama mereka. Ki Jarong makin sayang dengan Surti dan makin rajin melakukan pekerjaan yang di berikan mertuanya ini.
Ki Jarong yang dulunya seorang petualang dan suka mencari guru untuk belajar ilmu kanuragan, kini berubah jadi orang rumahan dan melakukan pekerjaan tetap dan dia tidak lagi merantau ke sana kemari tanpa tujuan.
Tapi kebahagian itu tak berlangsung lama, saat usia kandungan Surti jalan 7 bulan, diam-diam Samut yang sangat dendam datang menuntut balas.
Samut yang sakit hati datang menyerbu Jarong dan mertuanya, kali ini dia membawa 5 orang kawannya yang ternyata sangat sakti.
Pertarungan hidup mati pun berlangsung di halaman kediaman Ki Barna, sudah tiga orang anak buahnya yang tewas oleh Samut dan 5 orang tersebut.
Warga kampung tidak ada yang berani membantu, karena kesaktian Samut dan ke lima orang itu sangat hebat, juga terlihat kejam dan ganas.
Jarong dan Ki Barna yang bertahan mati-matian tak mau menyerah begitu saja, perlawanan Jarong sudah membuat Samut keteteran, walaupun di keroyok Samut dan 2 orang kawannya, Jarong mampu meladeni, sedangkan Ki Barna yang di bantu 5 anak buahnya mulai terdesak oleh 2 kawan Samut.
Tiba-tiba Jarong kaget mendengar teriakan Ki Barna, tebasan parang yang dilancarkan kawan Samut mengenai lengannya, saat lengah karena kesakitan, bacokan berikutnya menembus dada Ki Barna, Ki Barna pun tewas seketika.
Lima anak buahnya bernasib serupa, sebelum tewas Ki Barna mampu membuat seorang kawan Samut terluka parah, senjata mirip pedang milik Ki Barna menembus bahu musuhnya tersebut.
Melihat hal itu, Jarong lalu mengamuk dan mengeluarkan ilmu-ilmu pamungkasnya, dia tak mau lagi berlaku sungkan.
Satu kawan Samut yang berada paling dekat mampu Jarong lumpuhkan dengan tendangan keras dan bacokan goloknya yang mengenai dada. Melihat salah satu kawannya kena serangan Jarong dan kini antara hidup dan mati, Samut makin gencar menyerang dengan pedangnya, tapi Jarong yang terlanjur marah kembali mengeluarkan ilmu-ilmu silat simpanannya yang memang hebat, kembali salah satu kawan Samut terluka parah dan tak lama kemudian diam tak bergerak, setelah tusukan golok Jarong menembus dadanya.
Melihat kini sudah tiga rekannya keok, Samut mulai gentar, dia pun lalu memberi kode pada dua orang lainnya, agar segera kabur.
Ketika Jarong melihat Samut ingin kabur, dia mempergencar serangan-serangnnya, tapi ia kaget saat mendengar teriakan Surti istrinya. Kekagetan itu dimanfaatkan Samut dan dua kawannya kabur, Jarong langsung mendekat dan dia terkejut setengah mati, di dada Surti tertancap golok salah satu kawan, Samut yang masih hidup dan ikut kabur dengan Samut.
Rupanya ketika melihat ayahnya Ki Barna tergeletak bersimbah darah, Surti langsung keluar rumah sambil memegang golok, bermaksud menolong ayahnya.
Tapi usahanya berbuah petaka, kawan Samut yang merupakan pentolan para perampok langsung menusuk dada Surti, hingga wanita yang hamil tua ini tergeletak di samping jasad ayahnya. Sisa anak buah Ki Barna juga semuanya kini terluka parah dan tidak mampu menolong sang Kepala Kampung ini.
Samut sendiri ikutan kaget, saat melihat mantan kekasihnya yang sedang hamil tua kini meregang nyawa, tapi dia tak peduli lagi, pikirannya adalah kabur secepat-cepatnya. Karena kondisi diapun juga payah, termasuk kawannya, akibat serangan-serangan yang dilancarkan Jarong.
Jarong tentu saja marah dan sangat berduka, melihat Surti kini tergeletak di samping ayahnya, Jarong yang marah langsung mengejar kemana larinya Samut dan dua kawannya itu.
Usahanya membuahkan hasil, setelah mengejar lebih dari 3 jam, dia menemukan Samut dan dua rekannya sedang mengobati lukanya di sebuah hutan yang terletak di pinggir sungai, yang jaraknya sangat jauh dari perkampungan Ki Barna yang sudah mereka tewaskan.
Jarong yang kalap dan sudah tak peduli dengan nasibnya sendiri langsung menyerbu ketiganya, Samut dan dua kawannya ini kaget bukan main, sia-sia saja mereka lakukan perlawanan, Jarong yang sudah luar biasa marahnya tak memberi ampun, dua kawan Samut yang sebelumnya terluka parah akhirnya roboh tak bernyawa lagi.
Samut kini kelabakan sendirian meladeni keberingasan Jarong yang sedang berduka dan dendam luar biasa dengan dirinya.
Untuk kabur sangat sulit, karena serangan-serangan Jarong benar-benar mengurung dirinya dari segala arah, Samut terus berusaha mengeluarkan ilmu-ilmunya untuk melindungi dirinya dari serangan Jarong yang hanya mengandalkan tangan kosong, tapi justru lebih hebat daripada menggunakan senjata.
Agaknya sebentar lagi Samut pun akan meregang nyawa di tangan Jarong…!
*****
BERSAMBUNG
Samut yang kini tinggal sendirian tak punya kesempatan melarikan diri, dia pun melakukan perlawanan sebisanya. Di saat kritis dan tinggal selangkah lagi nyawa Samut akan melayang, Jarong tiba-tiba terjengkang ke belakang, sebuah pukulan jarak jauh membuat dia tak mampu bertahan.Jarong pun ber salto menghindari serangans susulan, ia tak mau kalah, Jarong membalas serangan yang datang tiba-tiba ini, ia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya menyerang orang yang baru datang itu.Tapi kembali serangannya bak membentur tembok keras, sampai-sampai tubuh Jarong terlempar hingga terguling-guling ke tanah, tapi Jarong yang sudah sangat marah kembali bangkit dan bersiap melancarkan serangan susulan kembali.Saat berbalik dan kembali berdiri, Jarong kaget karena tubuh Samut sudah lenyap dan dari kejauhan dia melihat musuh besarnya ini di gendong seseorang yang tak di kenalnya lalu menghilang cepat dalam hutan.Jarong menahan diri untuk mengejarnya, dia sadar orang yan
Dusman yang menyambut serangan Pendekar Pekok dari atas langsung terguling, dia seakan menerima ribuan pukulan yang susul menyusul menerpa wajah dan tubuhnya. Untungnya Pendekar Pekok membatasi tenaganya, sehingga Dusman tak cedera parah, hanya terkaget-kaget saja, tapi itu saja sudah membuktikan bagaimana hebatnya pendekar muda ini. “Kamu lebih fokus lagi Dusman, jangan sungkan, gunakan tendangan!” kata Pendekar Pekok memberi petunjuk. Dusman yang mulai ngos-ngosan mengikuti saran ini, dia pun fokus pada serangan, kali ini Pendekar Pekok kembali mulai membalas. Begitu Dusman melompat dan menendang dengan gaya memutar, kakinya langsung kena tendang secara kilat oleh Pendekar Pekok, Dusman yang baru mengangkat kaki langsung terjatuh ke tanah. Semua murid yang menyaksikan ini kaget bukan main, sebab jatuhnya Dusman tak terlihat di tendang oleh pendekar sakti ini. “Udah cukup Dusman, kamu segera berdiri!” Dusman langsung bangkit dan menunduk horm
Sambil melayang di udara, pendekar ini langsung mendorong dan dengan kecepatan yang sulit diikuti mata dia menuju ke guru Ki Samut, Ki Samut sendiri sudah menjauh menyelamatkan diri, dia baru sadar musuhnya yang terlihat bak seorang bangsawan terpelajar ini sangat sakti, sekaligus kejam karena langsung membalas dan menyerang dengan pukulan maut. Guru Ki Samut terdorong ke belakang, kakinya mencetak garis di tanah, saking kerasnya dorongan pukulan sambil melayang di udara yang dilancarkan Pendekar Pekok. Padahal pukulan menari di atas awan baru 30% dikeluarkan pendekar ini, belum ia keluarkan hingga 100%. Pendekar Pekok cukup cerdik, ia ingin mengukur dulu sampai di mana kekuatan guru Ki Samut yang tak banyak bicara ini. Kini satu tangan Pendekar Pekok dan guru Ki Samut bertemu, atraksi tenaga dalam pun tersaji, tak cukup hanya satu tangan, guru Ki Samut menambah dua tangan, sedangkan Pendekar Pekok hanya menggunakan tangan kirinya. Dia juga terlihat santai-sa
Setelah mendapat petunjuk ini dan itu dari Ki Jarong, hari itu juga Pendekar Pekok pamit dan bermaksud akan menuju ke kaki pegunungan meratus bagian barat, yang jaraknya lebih satu bulan perjalanan. “Semoga kita bertemu di sana Malaki, selamat jalan dan terima kasih atas bantuan kamu menumpas musuh besarku. Aku puas, semoga kini arwah istriku dan mertuaku berikut anak buahnya tenang di alam sana, dendam mereka sudah kutuntaskan melalui kamu!” Ki Jarong dan Pendekar Pekok berpelukan, pendekar ini juga bersalaman dengan seluruh murid Ki Jarong, termasuk Dusman dan Nalini. Setelah bersalaman, pendekar ini sekali lagi menoleh dan melambaikan tangan, lalu diapun naik kuda dan menghela kudanya ini, dan kuda hitam ini seakan terbang saking cepatnya meninggalkan padepokan itu. Nalini yang diam-diam jatuh cinta dengan pendekar sakti ini, tiga hari kemudian minta izin untuk ke kaki pegunungan meratus. Tentu saja keinginan Nalini di tentang keras Ki Jarong. “Nal
Sejak saat itu, Malaki benar-benar bak budak di sarang para perampok ini, dia disuruh memasak, mencuci dan juga merawat kuda-kuda di persembunyian para perampok tersebut. Kalau dia salah bekerja, tendangan dan pukulan akan ia terima dari anak buah Jambrong.Akibatnya Malaki makin dendam dengan para perampok ini, tapi dia tak berdaya, sedangkan 5 wanita malang dari desa yang sama mereka dijadikan budak nafsu oleh para perampok.Selain 5 orang wanita itu, terdapat juga 10 wanita lainnya, yang sebelumnya juga dijadikan hal yang sama, tapi lama-lama mereka malah di paksa jadi istri-istri oleh para perampok sadis tersebut, bahkan ada yang telah memiliki anak.Tak ada yang berani kabur, sebab tempat itu berada di sisi jurang dan di sekelilingnya hutan lebat penuh dengan binatang buas atau ular-ular beracun, juga terdapat lembah berlumpur, yang bila masuk ke dalamnya, lumpur itu akan menyedot apapun yang jatuh dan tak bisa keluar lagi.Jambrong sendiri memiliki
Sonto langsung menerjang Malaki, dia melancarkan pukulan lurus ke tubuh Malaki. Malaki dengan mudah menghindar, latihan diam-diam yang dia lakukan kini menemui ujian dari Sonto.Sonto kaget Malaki mampu menghindar dengan mudah, bocah cilik ini langsung emosi dan dia kembali melancarkan serangan-serangan, tapi lagi-lagi semuanya gagal.Sonto makin emosi, terlebih Rani malah bertepuk tangan melihat Malaki mampu menghindari semua serangan Sonto dengan mudah. Rani juga tanpa sungkan memberi semangat pada Malaki, akibanya Sonto makin emosi.Tiba-tiba Sontoh berhasil memeluk tubuh Malaki, keduanya lalu bergumul hingga berguling-guling di tanah. Malaki kali ini tak mau mengalah, dia langsung memukul wajah Sonto, akibatnya bibir Sonto langsung berdarah dan dia menangis kesakitan.Malaki pun berdiri dan menjauh dari tubuh Sonto, Rani tertawa mengolok-olok saudaranya yang suka pongah dan sombong ini, Sonto bangun dan berlari.“Awasss kamu yaa, ku lapor
Pendekar Jubah Tengkorak ini melompat-lompat jauh bahkan jarak lompatannya sampai 10 tombak, setelah hampir dua jam lebih berlari tanpa henti, Ki Sunu berhenti dan menurunkan dua calon muridnya ini.“Hmmm…mulai sekarang kalian murid-muridku, ayoo kalian berlari menuju arah matahari terbenam, mulai sekarang kalian harus berlatih ilmu gingkangku!” Ki Sunu lalu mengibaskan tangannya dan kedua anak kecil ini terdorong ke depan.Rani yang paham karena dia lama berlatih dengan ayahnya, langsung berlari, Malaki tak mau kalah, dia malah lebih gembira kini seakan telah bebas dari cengkraman Jambrong, setelah 1 tahun lebih jadi budak perampok itu, Malaki mengerahkan tenaganya, akibatnya Rani malah tertinggal kini.Rani kaget, tak menyangka tenaga Malaki malah mampu mengalahkan dia, gadis cilik ini tak mau kalah, dia mengerahkan kekuatannya, kini dia bisa sejajar dengan Malaki.Rani terkenal sebagai gadis cilik yang berhati keras, kalau sudah ada
Sebagai salah seorang tokoh pendekar dunia hitam, Ki Sunu tak ragu mengajarkan ilmu-ilmu keji pada keduanya. Sayangnya, soal moral dan attitude, Ki Sunu tak punya itu semua, akibatnya baik Rani dan Malaki lambat laun ikut gaya gurunya ini.Terkadang dua anak kecil ini kadang saling pandang, saat Ki Sunu membawa dua atau tiga wanita dan mereka mendengar suara-suara aneh di dalam kamar di pesanggrahan itu. Lalu beberapa hari kemudian suara-suara itu menghilang, keduanya tak berani mendekat apalagi mengintip, mereka biasanya langsung pergi menjauh dan berlatih dengan tekun.Anehnya, beberapa hari kemudian, Ki Sunu meminta mereka masuk ke ruangan itu dan menyuruh keduanya merendam kedua tangannya yang berisi bejana warna hitam, ada bau amis yang cukup menyengat.“Ini gunanya agar tangan kalian kebal terhadap segala racun, ayoo lakukan segera!” perintahnya, Rani dan Malaki tak membantah. Mereka merendam kedua belah tangan hingga berjam-jam, kalau saja ked