Sebagai salah seorang tokoh pendekar dunia hitam, Ki Sunu tak ragu mengajarkan ilmu-ilmu keji pada keduanya. Sayangnya, soal moral dan attitude, Ki Sunu tak punya itu semua, akibatnya baik Rani dan Malaki lambat laun ikut gaya gurunya ini.
Terkadang dua anak kecil ini kadang saling pandang, saat Ki Sunu membawa dua atau tiga wanita dan mereka mendengar suara-suara aneh di dalam kamar di pesanggrahan itu. Lalu beberapa hari kemudian suara-suara itu menghilang, keduanya tak berani mendekat apalagi mengintip, mereka biasanya langsung pergi menjauh dan berlatih dengan tekun.
Anehnya, beberapa hari kemudian, Ki Sunu meminta mereka masuk ke ruangan itu dan menyuruh keduanya merendam kedua tangannya yang berisi bejana warna hitam, ada bau amis yang cukup menyengat.
“Ini gunanya agar tangan kalian kebal terhadap segala racun, ayoo lakukan segera!” perintahnya, Rani dan Malaki tak membantah. Mereka merendam kedua belah tangan hingga berjam-jam, kalau saja ked
Suatu hari selesai sarapan dan mereka kembali bersiap berlatih, Ki Sunu menahan keduanya agar jangan buru-buru pergi berlatih.“Malaki, Rani…hari ini aku akan pergi agak lama, mungkin 2 atau 3 bulan baru kembali ke sini, kalian jangan kemana-mana, tetap saja di sini dan latih terus ilmu-ilmu yang kuberikan!”“Memang guru akan kemana?” sela Rani penasaran, Rani memang lebih berani ceplas-ceplos kalau sudah bicara dengan gurunya ini. Sedangkan Malaki seperti biasa selalu mengangguk dan mendengarkan apapun yang dikatakan ataupun diperintah gurunya.“Aku jelaskan juga kamu belum tentu paham Rani, intinya aku pergi untuk sebuah misi khusus!” kata Ki Sunu sambil menatap muridnya yang mulai beranjak remaja dan diam-diam Ki Sunu menyayangi Rani sebagaimana layaknya orang tua terhadap anak.“Baik guru…aku dan Rani akan mematuhi perintah guru!” sergah Malaki, Ki Sunu langsung mengangguk-anggukan kepala.
Setelah menurut anak tangga hingga 7 tingkat, kini mereka sampai ke sebuah ruangan yang tak begitu luas, Malaki memindah-mindah obor, dia lalu melihat sebuah lubang mirip gua. “Aku takut…!” bisik Rani yang tak pernah melepas pegangan dari lengan Malaki. Malaki tak memperdulikan ucapan Rani, dia terus melangkah menuju gua tersebut yang tingginya hanya 1,5 meter dengan diameter yang hanya kurang dari 1 meteran. Malaki agak merunduk berjalan masuk ke gua itu, diikuti Rani, sambil memegang obor, Malaki terus berjalan hati-hati. Ternyata lorong gua ini sangat panjang, lumayan lama mereka berjalan, lampu obor kini makin meredup. Tapi semakin jauh mereka melangkah, tinggi gua makin tinggi, sehingga kini mereka bisa berjalan dengan badan tegak, terutama Malaki yang lebih tinggi dari Rani. “Malaki, kita makin jauh, gimana nanti kembali!” bisik Rani. “Udah kepalang tanggung Rani, kita terus saja sampai di mana gua ini berakhir!” sahut Malaki. Un
Malaki lalu mengambil surat yang kertasnya sudah berwarna kekuningan dan buram termakan usia itu dan dan kini dia membacanya.“Orang bijak akan selalu baik serta sabar, kelak mendapatkan hasil sesuai keinginannya, tidak serakah yang bisa membawa petaka”Malaki mengerutkan alisnya, dia yang masih belum dewasa ini tentu tak paham arti kalimat ini, Rani juga bingung mengartikan kalimat ini.Namanya masih anak-anak dan keduanya belum pernah sekolah formal, tentu saja keduanya tak paham bahasa kiasan yang artinya lumayan berat bagi otak keduanya.Keduanya akhirnya tak mengubris surat itu, Malaki kini membolak-balik kitab itu, saat aseek itulah dia seakan melupakan keadaan sekelilingnya termasuk Rani. Malaki malah membaca satu persatu lembaran kitab itu.Karena banyak kalimat-kalimatnya yang sangat menarik perhatiannya, Malaki makin tenggelam saja dalam keasekan membaca kita itu. Ternyata kitab tersebut berisi pelajaran-pelajaran ilm
Rani memang salut dengan pemikiran Malaki, kadang pikiran Malaki lebih dewasa daripada umurnya yang masih 12 tahunan.Kini kedua anak kecil tersebut benar-benar tekun berlatih berdasarkan kitab yang di baca Malaki, kadang Rani ikut membaca, tapi tak lama, dia pusing melihat aksara-aksara rumit yang membuat kepalanya pening membacanya.Beda dengan Malaki, semakin rumit maka dia makin penasaran. Setelah hampir sebulan membaca, Malaki pun mulai memperaktikan semuanya sesuai dengan isi kitab sebisanya dia.Namun tanpa adanya guru yang memberi petunjuk, tentu saja pelajaran yang diperaktikan Malaki malah banyak ngawurnya.Malaki malah lebih mudah mempelajari petunjuk-petunjuk silat yang ternyata sesuai dengan pelajaran yang dia terima dari Ki Sunu.Kitab itu ternyata memuat pelajaran ilmu silat dua aliran, yakni aliran putih dan hitam, Malaki lebih cocok dengan pelajaran aliran hitam, saat dia memaksakan diri mempelajari aliran putih, kepalanya sering p
Keduanya kemudian meloncat dan kini sudah berada di dekat jendela, rumah itu terlihat sepi, keduanya tanpa kesulitan masuk ke dalam kamar dan mulai memilih-milih pakaian yang terlihat terlipat rapi di lemari.Setelah dapat sesuai tubuh mereka, kedua mengintip lewat pintu kamar, ketika di rasa aman, kemudian mereka menuju dapur, Rani ternyata ingin mengambil peralatan mandi, naluri sebagai wanita dia ingin tentu ingin membersihkan tubuh.Selama ini dia hanya menggosok badannya dengan daun-daun tertentu saat mandi dan menggosok giginya dengan akar-akaran.Satu sabun dan dua sikat gigi dia ambil, saat berbalik dia kaget, ketika seorang wanita datang dan memergokinya.“Ma-malingggggg….!” teriak wanita itu yang terkaget-kaget tadi. Rani tentu saja terperanjat, ulahnya kepergok, dia langsung melompat tinggi menuju jendela.Malaki yang saat bersamaan mengambil dua sepatu kulit di sebuah kamar, ikutan kaget, dia ikut melompat lewat jende
Rani kini tertawa-tawa, dia menari-nari dengan lincahnya, pakaian yang dia ambil bersama Malaki tiga hari yang lalu sangat pas di tubuhnya. Juga sepatu kulit yang Malaki ambil, cocok sekali di kakinya, kini penampilan gadis cilik ini makin cantik, bibirnya merah alami, matanya lentik bersinar kocak dan cerah dengan bola mata yang bulat.Malaki juga tak kalah gagahnya, baju yang dia curi juga pas di badannya, dengan usia yang sudah 13 tahunan lebih, tubuh Malaki sudah besar dan tingginya juga bak pemuda dewasa. Hanya badannya kurus, tapi tubuhnya sangat kokoh dan kuat.Ketampanan Malaki juga makin terlihat, Malaki tak sadar, diam-diam sering Rani menatapnya dengan lekat, tatapan Rani bukan lagi tatapan seorang bocah, tapi tatapan seorang remaja putri yang suka melihat yang indah-indah, sesuai dengan usianya yang makin mendekati remaja putri.Ternyata bukan hanya Rani, saat gadis cilik ini tertidur dalam gua di bibir jurang, Malaki kadang jengah sendiri, Rani tanp
Untungnya Ki Sunu belum menggunakan pukulan beracun setiap kali menyerang, diam-diam dia masih berharap, agar Malaki mau terbuka darimana memperoleh kesaktian yang sangat hebat ini. Ki Sunu selalu haus dengan ilmu-ilmu silat tinggi dan ia yakin muridnya ini telah mempelajari sebuah ilmu silat yang dahsyat, karena mampu menahan pukulan-pukulannya, yang selama ini tak menemui lawan tanding sepadan. Malaki lalu bersedekap sesuai dengan kitab yang dia baca, lalu diapun mengeluarkan teriakan nyaring dan ia pun dengan nekat tanpa perhitungan menyambut pukulan sambil melompat yang dilancarkan Ki Sunu. Desssss….kembali dua tangan Ki Sunu dan Malaki bertemu, tubuh Ki Sunu yang sedang melayang di udara langsung tersentak ke belakang, untungnya dia langsung salto hingga 5 kali, saat turun ke tanah, tubuhnya bergoyang-goyang, bibirnya mengeluarkan darah. “Bangs**ttt…dimana kamu belajar ilmu itu hahhh!” sentak Ki Sunu murka bukan main. Tapi Malaki pun bukannya tak
Sebelumnya, Jambrong yang banyak memiliki kenalan tentu tahu siapa pendekar kusen ini, selain namanya bak dewa saking saktinya di daerah kaki pegunungan meratus. Pendekar Sapu Jagat juga sudah puluhan tahun tak pernah muncul ke permukaan. Hingga banyak yang mengira kalau pendekar ini sudah meninggal dunia.Tahu-tahu hari ini secara tak terduga, Ki Jambrong dan Pendekar Jubah Tengkorak bertemu sang pendekar sakti ini. Dia juga mendengar kabar, sang pendekar ini tak segan menghukum para penjahat kalau sampai bertemu dan saat itu berbuat kejahatan.Saat kabur tergesa-gesa itu, Ki Jambrong masih ingat dengan anaknya, dia lalu bangkit dan mengangkat tubuh Rani, lalu dia kabur secepat-cepatnya membawa putrinya ini.Pendekar Sapu Jagat hanya tersenyum dan tidak mencegah perbuatan Jambrong, dia dari tadi sudah tahu kalau Rani itu anaknya si pentolan perampok Ki Jambrong.“Hmmm…lebih baik dia berkumpul orang tuanya, sejahat-jahatnya orang tua, tak bak