Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku

Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku

Oleh:  Ida Saidah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat
134Bab
56.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Bunda, Bunda, kemarin kan waktu Bunda kelja Bik Siti masuk ke kamar kita. Dia bobok sama Ayah di kasul. Bik Siti boboknya di bawah Ayah, soalnya kata Ayah bibik lagi sakit, jadi halus diobatin." Aktivitas makan siangku terhenti mendengar cerita Maura--anakku yang masih berusia empat tahun. Apa maksudnya kalau Bik Siti tidur di bawah Mas Alex suamiku? Nggak mungkin kan, mereka melakukan itu saat aku sedang tidak ada di rumah?

Lihat lebih banyak
Pembantuku di Atas Ranjang Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
default avatar
Turina
Bagus ceritanya
2024-02-19 17:27:15
0
user avatar
Maonrihonhadidon Turbaton Maonrihonhadidon
cerita yg menarik tentang seorang wanita yg awalnya baik langsung berani bertindak setelah harga dirinya merasa di permainkan.... JOOOSSSS
2023-09-04 01:58:10
0
user avatar
Teguh
cerita yang menarik
2023-08-29 20:17:21
1
user avatar
Teguh
ceritanya bagus
2023-08-29 20:16:27
0
134 Bab
Part 1
"Bunda, Bunda, kemarin kan waktu Bunda kelja Bik Siti masuk ke kamar kita. Dia bobok sama Ayah di kasul. Bik Siti boboknya di bawah Ayah, soalnya kata Ayah bibik lagi sakit, jadi halus diobatin."Deg!Seketika aktivitas makan siangku terhenti mendengar cerita Maura anakku yang masih berusia empat tahun. Apa maksudnya kalau Bik Siti tidur di bawah Mas Alex suamiku? Nggak mungkin kan, mereka melakukan itu saat aku sedang tidak ada di rumah. Lagian, Siti itu baik. Dia terlihat keibuan serta sopan. Dandanannya juga tidak pernah mencolok dan selama bekerja terlihat selalu menjaga jarak dengan suami."Memangnya kapan Bik Siti masuk ke kamar kita dan diobati sama Ayah?" tanyaku semakin penasaran."Kalau Bunda lagi kelja. Kata Ayah sama bibik Maula main aja di lual, soalnya Ayah mau ngobatin Bibik. Kata Ayah juga Maula nggak boleh celita sama Bunda." Aku sengaja merekam apa yang sedang dikatakan putri semata wayangku, lalu mengirimkan video tersebut kepada Mas Alex.Centang dua, akan tetapi
Baca selengkapnya
Part 2
"Apa yang kamu lakukan, Alin? Sakit!" erang Mas Alex sambil memegang senjata miliknya. Pun dengan si pelakor yang terus saja menangis meraung-raung membuat beberapa orang tetangga akhirnya datang karena mungkin penasaran."Ada apa ini?" tanya salah seorang tetangga yang baru saja datang."Memberi pelajaran laki-laki mata keranjang serta tidak tahu diri sama pelakornya!" jawabku sambil melelas plastik berlumur sisa sambal lalu membuangnya ke tong sampah."Pelakor? Maksud mbaknya apa?" Seorang ibu berkacamata ikut bertanya."Laki-laki itu suami saya, dan perempuan mu*ahan itu asisten rumah tangga saya. Mereka berdua tadi sedang berzina di dalam kamar, makanya saya langsung memberi mereka pelajaran!""Waduh, Siti. Ternyata diam-diam kamu seorang pelakor? Pantesan selama tinggal di sini kamu sering banget pamer perhiasan mahal, pamer baju bagus dan juga juga uang banyak. Hasil memeras suami orang toh? Nggak nyangka saya!" Bukannya menolong Siti, mereka malah asik ikut mencaci.Dua bocah y
Baca selengkapnya
Part 3
Aku kembali meletakkan gawai milikku di dashboard dan kembali fokus mengemudi. Masalah Rani biar jadi urusan belakangan, toh, selama ini dia juga tidak terlalu ramah kepadaku. Selalu jutek dan pura-pura tidak kenal jika aku sedang bertandang ke rumah Ibu.Mungkin dia pikir, uang yang selama ini masuk ke rekeningnya dikirim oleh kakaknya. Padahal aku yang selalu menyisihkan sedikit rezeki hasil kerja kerasku untuk menyambung hidupnya serta ibu mertua. Gaji Mas Alex mana cukup kalau harus dibagi ke mereka.Lagi, gawai milikku terdengar berdering nyaring tanpa henti. Rani memang akan selalu meneror jika uang jajannya telah habis dan aku telat mengirimkan uang.Menyambar benda pipih persegi berukuran tujuh inci itu, mendekatkannya ke telinga lalu menjawab panggilan dari adik ipar. Ingin tahu apa yang hendak dia katakan kepadaku."Mbak, mana uang jatah bulanan aku? Jangan kuasai gaji Mas Alex dong. Aku dan ibu juga berhak atas uang itu. Jadi perempuan itu jangan serakah. Jangan maruk!" ce
Baca selengkapnya
Part 4
"Selamat siang?" sapa laki-laki bertubuh tegap dengan seragam khas kepolisian itu seraya melekuk senyum. Mata pria itu terus terpantik di wajahku, seolah sedang mengamati seorang penjahat di hadapannya."Siang, cari siapa, Pak? tanyaku basa-basi."Maaf, saya mau numpang tanya. Rumahnya Pak Mario di sebelah mana ya, Mbak? Soalnya sudah sejak tadi saya muter-muter nyari tapi nggak ketemu. Saya berani mengetuk pintu pagar rumah Mbak, karena di blok ini hanya pintu rumah Mbak yang terbuka."Aku menghela napas lega mendengar penuturan si mas berseragam itu. Tadinya aku pikir Mas Alex dan gundiknya sudah melaporkan kejadian kemarin, dan dua orang polisi di hadapanku ini akan menangkapku."Rumah Om Mario yang paling pojok, Pak. Cat warna oranye yang di depannya ada pohon belimbing wuluh!" terangku seraya menunjuk ke arah rumah tetangga terjulid itu.Kira-kira ada apa ya. Kok, ada polisi datang mencari dia?Ah, sudahlah. Bukan urusanku. Masa mau ketularan julid dan khepo seperti Tante Margie.
Baca selengkapnya
Part 5
"Mas, sekarang kita mau ke mana?" tanya Siti sambil menggamit lengan lelaki yang ada di sebelahnya."Sebaiknya kamu pulang ke kampung dulu, Siti. Aku tidak mungkin membawa kamu ke rumah yang sedang kutinggali bersama Alin," sahut Alex membuat mata si perempuan membeliak tidak percaya."Memangnya kenapa? Aku ini juga istri kamu, Mas. Aku berhak atas rumah itu. Masa hanya Alin yang dapat fasilitas mewah dan hidup enak, sementara aku terus menerus jadi orang kampung dan hidup sengsara? Kamu yang adil dong!" protes Siti tidak terima."Tolong ngertiin aku sedikit, Siti!" Sang pemilik hidung mancung menyentak napas kasar. Mulai tidak sabar menghadapi sikap istri ke duanya yang susah sekali diatur. Masih tetap seperti yang dulu. Bebal juga grasak-grusuk."Pokoknya aku mau tinggal di rumah itu. Titik. Lagian kan si Alin sudah tahu hubungan kita. Aku mau jadi simpanan kamu itu biar bisa menikmati hidup enak. Jadi nyonya besar. Hidup bergelimang harta. Bukan menderita seperti ini. Kalau tahu ak
Baca selengkapnya
Part 6
"Bunda, di lual ada Ayah. Ayah udah pulang!" teriak Maura kegirangan. Dia segera memutar gagang pintu, berlari keluar menghampiri sang ayah.Ya Allah, Nak. Ayah kamu datang itu bukan untuk kamu. Lihat saja dia sekarang ini datang bersama keluarga barunya."Maura!" Mas Alex menatap putrinya dengan mata sudah dipenuhi kaca-kaca.Aku tahu. Pasti saat ini dia sedang bersandiwara. Berlaga sedih, padahal hanya pencitraan. Supaya orang-orang di sekitar merasa iba melihat dia."Ayah sudah pulang kelja? Kok Bik Siti bau bangkai?" celetuknya sambil menutup hidung."Iya. Ayah kangen sama Maura." Mas Alex mengusap lembut pipi putrinya."Maula juga!" Gadis kecil itu menghambur ke dalam pelukan ayahnya."Maura. Ayo masuk, Nak!" Menarik tangan mungil anakku menjauh dari Mas Alex."Lin. Kamu jangan begitu. Maura itu anakku. Mas sayang sama dia. Kamu boleh benci sama Mas tapi tidak berhak melarang Mas menemui Maura!" kata laki-laki berambut cepak itu dengan nada parau. "Minggir!" Tiba-tiba Siti masuk
Baca selengkapnya
Part 7
Alarm pagi hari terdengar menjerit-jerit. Buru-buru menyibak selimut yang menutupi tubuh, turun dari tempat peraduan lalu segera membersihkan badan dan melakukan ibadah solat subuh.Suasana rumah masih begitu sepi ketika aku keluar dari dalam bilik. Belum ada tanda-tanda kehidupan, mungkin Mas Alex serta gundiknya masih terlelap mengarungi mimpi.Semoga saja selamanya tidak membuka mata supaya tidak merepotkan juga menyakiti hati ini.Astaghfirullahaladzim...Tidak boleh mendoakan keburukan untuk orang lain, sebab bisa berbalik kepada diri sendiri.Lebih baik segera ke dapur membuat teh hangat untuk menghangatkan tubuh."Kamu bikin teh cuma satu, Lin?" Aku berjingkat kaget ketika tiba-tiba tangan kekar Mas Alex sudah melingkar di pinggang.Dulu, hal seperti ini selalu membuatku merasa menjadi perempuan paling dicintai sedunia. Namun tidak dengan sekarang.Buru-buru melepas pelukan pria itu, tidak sudi bersentuhan dengan orang yang mungkin semalam habis bermadu kasih dengan istri sirin
Baca selengkapnya
Part 8
"Gi-la kamu, ya, Alin. Awas saja. Aku akan melaporkan kamu ke polisi!" sengit Siti dengan suara menggelegar seperti halilintar.Aku menyunggingkan senyum mengejek. "Lapor polisi? Silakan saja kalau berani. Yang ada kalian yang akan mendekam di balik jeruji besi!" Perempuan berkulit eksotis itu mengepal tangan di samping tubuh. Wajahnya memerah menahan amarah yang sudah membuncah, akan tetapi tidak bisa dia tumpahkan. Aku suka melihat ekspresi gundik itu saat ini."Alin. Aku mohon jangan kekanak-kanakan. Kita ini sudah dewasa. Jika ada masalah bisa dibicarakan secara baik-baik. Bukan seperti ini. Kalau kamu bawa semua barang-barang yang ada di rumah, bagaimana kami tidur nanti? Setidaknya kamu sisakan tempat tidur, kulkas, sama kompor juga televisi. Jangan macam perompak yang tega menjarah semua barang di rumah orang. Tolong berperasaan sedikit saja Alina!" oceh suami panjang lebar."Sudah aku bilang itu bukan urusan aku. Semua barang yang ada di sini itu milik aku. Jadi terserah mau
Baca selengkapnya
Part 9
"Kamu yang sabar ya, Lin." Dafa mengusap lenganku."Apa kamu tahu siapa mantan istrinya Mas Alex?" Yang ditanya menggeleng perlahan. "Kapan-kapan aku kenalin kamu sama orang yang memberikan informasi. Biar bisa tanya-tanya langsung sama dia!""Apa bisa sekarang, Daf?""Orangnya lagi dinas ke luar kota."Aku membuang napas kasar. Jujur, penasaran dengan info yang diberikan oleh Dafa. Ingin tahu detailnya, serta melihat seperti apa mantan istri suamiku.Dulu. Awal mengenal Mas Alex melalui sosial media. Dia selalu mengomentari apa yang aku posting di sana, hingga akhirnya mulai mengirimkan pesan pribadi via inbox.Setelah berkenalan cukup lama, Mas Alex mengajak bertemu di sebuah cafe di kawasan Jakarta Selatan. Aku terpesona pada pandangan pertama melihat wajah tampan laki-laki itu. Apalagi dia terlihat begitu baik. Lemah lembut, perhatian, juga penyayang.Saat itu Mas Alex masih kuliah semester akhir, akan tetapi sudah bekerja di perusahaan tempat dia mengais rezeki hingga saat ini,
Baca selengkapnya
Part 10
Tanpa lagi menjawab ucapan si ulet bulu, aku kembali ke luar rumah memantau para tukang. Alhamdulillah pembongkaran kanopi sudah selesai, tinggal melepas pintu garasi serta merobohkan temboknya saja."Pak, jangan lupa tandon airnya juga diambil ya?" perintahku lagi."Baik, Mbak Alin.""Terus jendela depan jangan sampai ketinggalan.""Siap!"Suara gaduh tukang membongkar jendela membuat Mas Alex serta gundiknya keluar dari sarang. Mata keduanya melotot melihat depan rumahnya sudah berantakan, bahkan sekarang toren air pun sudah tergeletak di halaman."Alin, kamu ini benar-benar gila ya? Semuanya kamu ambil, sampai jendela pun kamu lepas. Benar-benar nggak waras kamu ini!" berang pria tersebut dengan kilatan amarah mulai menyala-nyala di mata.Sebisa mungkin tetap tenang menghadapi dia, tidak mau kembali terpancing emosi apalagi sampai marah-marah di depan kedua insan tidak berperasaan itu."Kenapa nggak kamu robohkan sekalian rumah ini, hah!" bentaknya kemudian hingga urat-urat di lehe
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status