Share

Part 4

"Selamat siang?" sapa laki-laki bertubuh tegap dengan seragam khas kepolisian itu seraya melekuk senyum. Mata pria itu terus terpantik di wajahku, seolah sedang mengamati seorang penjahat di hadapannya.

"Siang, cari siapa, Pak? tanyaku basa-basi.

"Maaf, saya mau numpang tanya. Rumahnya Pak Mario di sebelah mana ya, Mbak? Soalnya sudah sejak tadi saya muter-muter nyari tapi nggak ketemu. Saya berani mengetuk pintu pagar rumah Mbak, karena di blok ini hanya pintu rumah Mbak yang terbuka."

Aku menghela napas lega mendengar penuturan si mas berseragam itu. Tadinya aku pikir Mas Alex dan gundiknya sudah melaporkan kejadian kemarin, dan dua orang polisi di hadapanku ini akan menangkapku.

"Rumah Om Mario yang paling pojok, Pak. Cat warna oranye yang di depannya ada pohon belimbing wuluh!" terangku seraya menunjuk ke arah rumah tetangga terjulid itu.

Kira-kira ada apa ya. Kok, ada polisi datang mencari dia?

Ah, sudahlah. Bukan urusanku. Masa mau ketularan julid dan khepo seperti Tante Margie.

"Terima kasih banyak, ya Mbak. Maaf sudah mengganggu waktu santainya."

"Sama-sama, Pak."

Setelah mobil patroli yang sempat terparkir di halaman rumah itu bergerak menjauh, aku kembali masuk ke dalam dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Memasukkan baju-baju milik Siti ke dalam tas, berniat akan menghibahkan pakaian-pakaian tersebut kepada pemulung yang biasa lewat di depan rumah. Siapa tahu bermanfaat untuk mereka. Daripada aku bakar.

***

POV Author.

Setelah hampir satu jam tergelepar di atas kasur dan beberapa kali Siti pingsan karena kepanasan serta rasa perih luar biasa, beberapa orang tetangga akhirnya mau membantu karena desakkan Bu RT.

Mereka memanggil ambulans untuk membawa dua sejoli tersebut ke rumah sakit, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan akan merusak nama baik kampung tersebut jika tidak mau membantu.

"Panas banget, Bu RT. Saya nggak kuat. Sakit. Perih...!" jerit Siti seraya terus mengipasi pangkal pahanya sendiri.

"Sabar, Mbak Siti. Sabar. Sebentar lagi ambulans dateng," jawab lawan bicaranya mencoba menenangkan.

"Lagian Ibu. Dari tadi bukannya nolongin saya malah membiarkan saya menjadi tontonan warga. Memangnya saya badut. Besok-besok kalau Ibu butuh uang nggak bakal saya pinjami!" Sedang sakit saja Siti masih sanggup mengomel panjang lebar.

"Kamu kan lihat sendiri tadi. Saya sudah berusaha membujuk warga, tapi mereka semua menolak. Sekarang sebaiknya kamu berendam di dalam bak dulu sambil menunggu mobil ambulans datang. Soalnya tetangga yang punya mobil tidak mau minjemin mobilnya buat anter kamu!"

Siti berusaha duduk, akan tetapi karena rasa sakit yang melanda tubuhnya terasa lemas. Tidak bertenaga sama sekali.

Bu RT pun berinisiatif membantu, memapah wanita yang suka dia pinjami uang tersebut berjalan perlahan menuju kamar kecil.

Suara jerit kesakitan Siti terdengar begitu menyayat hati. Wajah pelakor itu memerah saking perihnya. Keringat dingin terus saja mengucur dari pori-pori. Pun dengan air mata yang terus saja merebak dari balik kelopak.

"Sakit, Bu. Aku nggak kuat. Rasanya aku seperti mau mati!" erangnya sambil berusaha keluar dari dalam air.

Alex yang masih berada di atas tempat tidur hanya bisa menelan saliva, tidak tega melihat penderitaan perempuan yang sedang ia puja-puja.

Dia juga sangat menyayangkan sikap bar-bar Alina yang terlalu kejam serta tidak berprikemanusiaan.

"Padahal semuanya bisa dibicarakan baik-baik tanpa menyakiti seperti ini. Di mana rasa cinta kamu sama aku, Lin. Kenapa tega membuat aku menderita begini?" gumam Alex dalam hati.

Tidak lama kemudian terdengar suara sirine ambulans memasuki pekarangan rumah yang disewa Alex untuk tempat tinggal gundiknya. Dua orang petugas turun dari mobil tersebut membawa tandu, disusul oleh petugas lainnya lalu segera menggotong tubuh Siti dan Alex yang sudah lemah tidak bertenaga.

"Huh...!!" teriak semua warga yang menyaksikan. Ada beberapa juga yang malah melempari kotoran ke arah Siti sambil mencaci maki.

"Dasar ulet bulu. Gatel. Suami orang diembat. Semoga saja kamu tidak selamat!" caci si ibu berkacamata yang pernah menjadi korban perselingkuhan suaminya juga.

"Lagian Mas Alex itu kok yo bisa-bisanya tertarik sama si Siti. Apa matanya sudah kelilipan gajah? Coba kalian bandingkan dengan istri sahnya kemarin. Astaga... Bagaikan langit dan bumi. Jauh pake banget!" sambung ibu berdaster ungu.

***

Sesampainya di rumah sakit.

Petugas berseragam putih-putih segera mendorong brankar menuju ruang unit gawat darurat, memberi mereka pertolongan, membersihkan area sensitif keduanya dari sisa-sisa sambal yang masih melekat, kemudian mengoleskan obat pereda sakit di kulit.

"Pelan-pelan pegangnya, Sus!" keluh Alex seraya meringis kesakitan.

"Ini sudah pelan-pelan, Pak," jawab perawat dengan intonasi sangat lembut. "Bandel sih...," lanjutnya dalam hati, karena di rumah sakit tempat Alex serta Siti dirawat sudah viral tentang video penggerebekan yang dilakukan oleh Alina.

Sementara Siti, karena tenaganya sudah hampir habis serta rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, ia hanya bisa diam menggigit kain penutup tubuhnya kuat-kuat, berharap rasa itu segera menyingkir dari tubuhnya.

Dalam hati dia juga terus mengutuki perbuatan Alina, dan berjanji akan memberi balasan yang lebih menyakitkan kepada wanita yang diam-diam sangat dia benci itu.

***

"Mas, sebaiknya kamu segera lapor polisi. Biar si Alin membusuk dipenjara!" usul Siti beberapa jam setelah mendapatkan penanganan dan merasa keadaannya sedikit membaik. Kebetulan mereka berdua dirawat dalam satu ruangan.

"Itu sama saja bu-nuh di-ri, Siti. Kalau kita melaporkan Alin ke polisi, kita juga bisa dituntut balik. Apa kamu nggak paham itu?" Suara Alex terdengar meninggi.

"Tapi dia salah, Mas. Polisi pasti membela kita!"

"Kita juga salah karena menjalin hubungan di belakang Alin. Status dia lebih kuat hukum kalau melaporkan perbuatan kita. Apalagi ayah mertuaku seorang mantan kepala polisi. Habislah kita berdua jadi santapan mereka!"

"Aku akan mengatakan kalau dia yang merebut kamu dari aku, Mas! Pasti kita menang dalam persidangan. Kamu percayakan saja sama aku. Kita laporkan dia, ya?"

"Mereka mana percaya. Kita tidak memiliki bukti. Sedangkan Alina, pernikahan kami berdua itu sah secara hukum dan agama. Sudah! Sudah! Lupakan saja. Kita pikirkan langkah apa yang harus kita ambil nanti setelah sembuh dan keluar dari rumah sakit."

Siti mendengkus kesal mendengar jawaban dari Alex yang terkesan membela Alina.

***

Pintu kamar rawat inap mereka terbuka. Nita--adik kandung Siti masuk sambil menatap tidak suka ke arah dua sejoli itu, lalu segera menyerahkan selembar kertas kepada sang kakak. Surat tagihan dari rumah sakit yang harus dibayar dan akan semakin membengkak jika tidak segera dilunasi.

"Kamu nggak usah merengut begitu, Nita. Tenang saja. Suami Mbak kan kaya raya. Tagihan segitu mah kecil!" Dengan jumawa Siti menjentikkan jari.

"Kamu nanti tolong ambil tas Mas di atas meja, ya, Nit. Di situ ada dompet dan ATM Mas. Habis itu kamu tarik tunai, ambil semua uang yang ada di tabungan Mas!" sahut Alex tidak kalah PD-nya.

Dia belum tahu kalau isi dompetnya yang tidak seberapa itu sudah dikuras habis oleh Alin tanpa meninggalkan seperak pun di dalamnya.

Lekas Anita menghubungi sepupunya yang kebetulan sedang menjaga anak-anak Siti, memintanya untuk mengantarkan dompet Alex secepatnya ke rumah sakit.

"Katanya nggak ada dompet di tas Mas Alex!" ucap Nita membuat Alex membeliak tidak percaya.

"Pasti perempuan tidak tahu diri itu yang sudah mengambil uang kamu. Dia itu serakah banget. Rakus sama duit!" timpal Siti semakin emosi.

"Kalau begitu pakai uang simpanan kamu dulu, Sit. Biar kita bisa secepatnya keluar dari rumah sakit!" usul Alex kemudian.

"Enak saja. Uang aku sudah buat beli perhiasan semua. Nggak ada duit cash. Masa kamu nggak punya uang sepeser pun, Mas. Gaji kamu kan gede!"

"Uang aku semuanya ada di ATM, Siti. Dan kartunya disita semua sama Alin. Udah lah, jual saja dulu emas kamu. Nanti pulang dari rumah sakit aku ganti dua kali lipat!"

"Tapi beneran ya, Mas. Awas kalau bohong!"

"Iya!"

Siti pun akhirnya menyuruh Nita menjual semua perhiasan miliknya untuk membayar biaya rumah sakit.

***

Setelah tiga hari dirawat, Siti serta Alex sudah bisa keluar dari rumah sakit, namun harus kontrol tiga hari sekali sebab area sensitif Siti mengalami iritasi yang cukup parah.

Bahkan sampai sekarang jika buang air kecil ia masih meringis menahan perih juga rasa seperti sedang terbakar.

Mereka pun segera memesan taksi online, bersiap pulang dan membalas apa yang telah dilakukan oleh Alina.

Semua barang-barang milik perempuan berusia tiga puluh empat tahun itu sudah tergeletak sembarangan di teras ketika sampai di rumah kontrakan. Para warga juga berbondong di halaman, menyuruh Siti beserta keluarga untuk segera angkat kaki dari kampung tersebut.

Takut kena sial kata semua tetangga, sebab baik Siti maupun Alex tidak bisa menunjukkan bukti kalau mereka sudah menikah.

"Kenapa saya diusir dari rumah ini? Kan saya sudah bayar sewa selama enam bulan, dan belum genap tiga bulan menempati rumah ini!" protes Siti tidak terima.

"Kami tidak mau kena sial gara-gara perbuatan kalian. Di kampung ini paling anti sama yang namanya zina. Sudah! Lebih baik kalian segera angkat kaki dari sini. Bikin kotor saja!" berang sang pemilik kontrakan.

"Sombong banget lu, Mpok. Dasar orang miskin dan kampungan. Gue do'ain kontrakan lu nggak pernah laku. Bila perlu kebakaran sekalian!" Dengan emosi meninggi Siti mengeluarkan sumpah serapah.

"Hush! Hush! Sudah, sana pergi!"

"Baru punya rumah segede kandang ayam saja belagu. Lu liat saja nanti. Mas Alex pasti bakal beliin gue istana!"

"Huh... Halu aja terus!" teriak semua tetangga secara serempak.

"Ayo, Sit. Nggak usah diladeni. Jangan suka mempermalukan diri sendiri!" Pria yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara, menarik siti yang sedang berkacak pinggang menjauhi kerumunan.

Alex memijat pelipis yang terasa berdenyut nyeri memikirkan akan ke mana dia membawa selingkuhannya. Pulang ke rumah, untuk saat ini dia belum berani. Sedangkan uang juga sudah tidak punya sama sekali.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ida Darwati
rasain tuh enak kan makanya jadi suami sebelum apa apa pikir dulu bolak balik bener ga salah gga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status