Share

Pembantu Kesayangan Mas Mantan
Pembantu Kesayangan Mas Mantan
Author: Anfisor

Bab 1

"Kamu sudah tidak punya apa-apa! Jangan belagu! Anak saya juga sudah tak menginginkan kamu!"

"Ayolah, Bastian nggak bakal tau kalau kita tidur berdua."

"Dasar jalang! Bisa-bisanya kamu memfitnah adik saya! Dia tidak mungkin berbuat demikian kalau bukan kamu yang memancing!"

Plak!

Buagh!

"Jangan coba-coba kabur!"

"Hahahah! Nggak bakal ada yang percaya sama kamu, kak."

"Mati saja kamu! Saya tidak akan membiarkan kamu meninggalkan rumah ini dalam keadaan bernyawa! Dasar manantu sialan! Suami saya mati juga karena kamu kan?! Dasar tidak tau diri!"

Mimpi itu lagi. Saras terjaga, menatap sekeliling toko yang sudah ramai oleh orang lalu lalang. Ia lagi-lagi ketiduran di tempat ini. Di sebuah toko, di depan jalanan umum. Saras segera beranjak, melangkah pergi. Ia bisa tertangkap jika terus-terusan berada di tempat ramai. Melangkah secepat mungkin tanpa tau kemana arahnya.

Dua hari sudah Saras menjadi gelandangan. Ia memutuskan kabur dari rumah. Ibu mertua, adik ipar bahkan suaminya tidak bisa disebut sebagai manusia. Setelah semua harta Saras habis, mereka menganggap Saras sebagai sampah yang harus di musnahkan. Mereka tidak membiarkan Saras meninggalkan rumah dalam keadaan hidup. Mungkin tanpa sepengetahuan Saras mereka telah menyusun rencana untuk membunuhnya.

"Permisi, ibu atau bapak pernah bertemu perempuan ini?"

Saras segera bersembunyi kala mendengar suara familiar itu. Ia sempat melihat wajah laki-laki yang baru saja bersuara. Itu adalah Bastian, suaminya.

Rupanya mereka benar-benar tidak membiarkan Saras pergi. Saras tidak tau kesalahan seperti apa yang telah ia perbuat sehingga keluarga Bastian berlaku demikian. Mungkin Saras yang miskin adalah sebuah kesalahan yang tak bisa dimaafkan.

Keluarga itu memang gila harta. Kekayaan Bastian tidak cukup bagi mereka untuk berfoya-foya. Sudah lama Saras menahan sabar. Ayah mertua yang kurang ajar, adik ipar yang tak ada bedanya dengan ayah mertua, ibu mertua yang gila uang dan suami yang tempramental.

Huh..

Seharusnya sejak awal Saras tidak menerima lamaran Bastian. Karena sejak awal, Saras tau bahwa pria itu tidak benar. Ada yang salah dengan Bastian dan keluarganya. Namun Saras mengabaikannya dengan dalih cinta yang membuatnya buta. Andai saja waktu bisa diulang, Saras tidak ingin mengenal Bastian.

"Itu Saras! Bang! Kak Saras!"

Nafas Saras langsung terpacu kala mereka berhasil menemukan Saras bersembunyi di balik sebuah pohon. Dengan sisa tenaganya, Saras berlari menghindar. Saras tidak mau tau. Kali ini ia tidak boleh tertangkap. Saras tidak ingin kembali ke rumah itu.

"Saras! Berhenti kamu!"

Saras mempercepat larinya. Persetan kemana, intinya Saras harus lepas dari kejaran Bastian. Pria gila itu pasti akan membunuhnya. Saras ingin mati, tapi tidak di tangan Bastian.

"Saras!"

Tanpa sadar, Saras memasuki sebuah komplek perumahan elit. Beruntung, satpam yang berjaga keluar mencegat Bastian sehingga ia bisa terbebas dari pria itu. Bisa dibilang saat ini Saras aman. Lepas dari Bastian dan lolos dari satpam penjaga.

Saras menghela nafas panjang. Ia tidak tau harus melangkah kemana. Saras ingin pulang ke rumah ibu, tapi untuk saat ini Saras tak punya uang. Saras harus bekerja agar bisa mengontrak rumah, memenuhi kebutuhannya dan pulang kampung. Hidupnya terasa begitu berat.

"DIBUTUHKAN ASISTEN RUMAH TANGGA. SILAHKAN DATANGI RUMAH INI JIKA ANDA BERMINAT."

Saras membaca sebuah brosur yang ditempel di depan pagar rumah megah dengan tiga tingkat di hadapannya. Saras menatap rumah tersebut. Ia mendekat ke pagar, mencoba melihat kondisi di dalam melalui celah pagar. Ada seorang pria yang sedang menyiram tanaman. Saras tersenyum. Saras harus segera bekerja di rumah ini.

"Permisi!"

Pria tersebut langsung menatap ke arah Saras. Lalu dengan begitu saja mengarahkan selang itu ke arahnya, membuat Saras terkena air.

"Saya tidak menerima pembantu," ucap pria tersebut dengan raut wajah datar. Setelahnya ia kembali sibuk menyiram tanaman.

Saras menatap tidak percaya. "Tapi di brosur itu katanya rumah ini nyari asisten rumah tangga!"

Mata tajam itu kembali mengarah pada Saras. "Itu tidak berlaku."

"Serius?"

"Pergi."

"Tapi saya butuh pekerjaan. Nggak mungkin nggak berlaku. Brosurnya aja masih baru. Kalau emang udah nggak berlaku, kenapa masih di tempel di sana?" Saras terpaksa mendesak, sebab ia juga butuh makan. Perutnya lapar, belum makan dari kemarin.

Pria itu berdecak pelan. "Pergi sebelum saya panggil satpam."

"Tolong, Mas. Saya yakin Mas betulan nyari asisten rumah tangga. Saya bisa masak, bisa nyuci, bisa jaga anak, bisa melipat baju, bisa bersih-bersih, bisa menyiram tanaman juga." Saras mencoba mendorong pagar ke sisi kanan. Bergerak, rupanya pagar ini tidak dikunci. Saras tersenyum, ia tidak akan menyerah sebelum berhasil bekerja di rumah ini.

Mata pria itu melebar, tidak menduga Saras seberani ini. "Tolong tinggalkan rumah saya!"

Saras menggeleng. Ia melangkah mendekat, menatap pria itu dengan sorot memelas. "Tolong, Mas. Saya butuh pekerjaan. Terserah deh mas mau bayar berapa, tapi terima saya jadi asisten rumah tangga di sini. Saya bukan orang jahat kok, Mas."

Pria itu membalas dengan gelengan kepala. "Saya tidak menerima asisten rumah tangga atau apapun itu. Cepat tinggalkan rumah ini."

"Mas..." Saras bersimpuh di hadapan pria itu. Demi uang dan demi bebas dari Bastian. "Tolong saya, Mas."

"Saya akan panggil satpam." Pria itu membuang selang di genggamannya ke sembarang arah, lalu berjalan hendak meninggalkan Saras. Namun langkah pria itu kalah cepat dengan tangan Saras yang sudah lebih dulu menahan langkahnya.

"Jangan, Mas. Saya bisa mati," tahan Saras.

"Lepas!" Kesabarannya di uji oleh perempuan asing yang berpenampilan seperti orang gila. Apa jangan-jangan perempuan ini betulan orang gila?

"Saras! Keluar kamu!"

Ternyata Saras belum sepenuhnya aman. Bastian berhasil masuk. Pasti satpam itu disogok dan membiarkan Bastian memasuki komplek ini.

"Saras! Ayo pulang sayang!"

Saras baru ingat. Gerbang ia buka lebar, membuatnya dapat dilihat dengan jelas oleh orang-orang yang lewat. Tamat riwayatnya jika Bastian menemukan Saras di sini.

"Saras!"

Tanpa memberikan aba-aba, Saras menarik tangan pemilik rumah memasuki rumah tersebut. Ya! Persetan dengan apa yang terjadi setelahnya. Intinya Saras tidak boleh ketahuan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status