Share

Pelarian Nikah Siri
Pelarian Nikah Siri
Author: Yellow_fun

Dua tahun penjara

Stiletto seorang wanita berseragam coklat muda lengkap, terdengar nyaring di ruangan kantor Badan Narkotika Nasional untuk kesekian kalinya.

Terlihat jelas nama dan jabatan di sana. Langkah kaki jenjang wanita berambut pendek itu terhenti di depan meja kerja seorang wanita yang menjabat sebagai sekretaris sang jenderal berbintang dua.

"Selamat pagi, Laila!" sapa wanita berseragam coklat tersebut.

Jemari yang sejak tadi berada di atas keyboard seketika terhenti. Kemudian mendongakkan kepala sambil tersenyum sumringah karena mengenal sosok wanita yang berdiri di hadapannya.

"Pagi, Uni," jawab Laila, sambil berdiri dan memberi hormat dengan nada ramah seperti biasa.

Mata Laila seakan liar, ketika melihat satu amplop berwarna putih yang langsung dibuka oleh wanita tersebut.

"Bisa jelaskan, apakah kamu sudah menikah lagi?" tanya wanita itu tanpa mau menatap wajah Laila.

Kening Laila mengerenyit, alisnya menaut, ia tersenyum tipis seakan tersedak, mengingat kembali pernikahan rahasia bersama pria bernama Aban yang telah di laksanakan tiga hari lalu.

Pertanyaan wanita berseragam itu, mengisyaratkan bahwa Laila telah berani melakukan kesalahan di instansi pemerintah, walau dirinya hanya orang sipil yang bertugas sebagai sekretaris.

"Maksud Uni, apa?" tanya Laila berusaha tenang dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, karena perasaan gugup.

"Kamu bertanya, apa maksud saya, huh?" jawab wanita yang biasa di sapa Desy tersebut.

Laila menghela nafas berat, ia mencondongkan tubuhnya agar mendekat dan tidak di dengar oleh pihak lain, tapi tak diacuhkan Desy.

"Saya ke sini untuk melakukan pemeriksaan atas tuduhan perzinahan yang kamu lakukan, karena belum resmi bercerai dari Very!" tegas Desy tanpa basa-basi.

Seketika Laila menelan ludahnya. Ia dibuat pening bahkan tidak menyangka akan mendapatkan penyerangan seperti itu dari Very.

"Ta-tapi, Un!"

"Tidak ada tapi, tapi! Selesai makan siang, kamu saya tunggu di kantor!"

Jantung Laila seakan berhenti berdetak, nafas seakan sesak, tenggorokan tercekat karena merasa kering dan tidak nyaman.

Rasa ketakutan yang Laila ketahui beberapa waktu lalu di rasakan Aban, ternyata kini berbalik menimpa dirinya. Apa yang harus Laila lakukan? Bagaimana cara Laila menghubungi Aban, sementara pria berusia 38 tahun itu tidak memiliki alat komunikasi seperti kebanyakan orang saat ini.

"Hei, Laila!" hardik Desy sebelum meninggalkan meja kerja Laila.

Laila memberi hormat seraya menjawab, "Siap, Un!"

"Oke, saya tunggu di kantor! Permisi!"

Laila hanya melihat wanita itu berlalu begitu saja meninggalkan ruangan. Pandangannya semakin berkunang-kunang. Ia kembali menghela nafas pelan, kemudian membaca surat yang sudah ternganga lebar di meja kerjanya.

Satu persatu Laila uraikan dengan kedua bola mata membulat besar. Sebagai seorang sipil untuk membantu aparatur negara, ia berulang kali mengusap wajahnya kasar akan tuduhan sang mantan suami yang telah menceraikannya secara agama dua tahun silam.

Laila menarik kursi duduknya, membaca ulang atas ancaman penjara yang akan ia jalani, jika pernikahan sirinya dengan Aban terbuka di khalayak umum.

Perlahan Laila menghempaskan badannya di kursi kebanggaan, meremas kuat rambutnya yang tergerai. Membaca berulang kali surat panggilan yang sangat memalukan baginya. 'Kenapa Very menuntut ku sekarang? Bukannya beberapa waktu lalu aku pernah menikah siri dengan pria lain, tapi kenapa harus pernikahanku yang ini di tuntut oleh pak tua itu!' Ia kembali mengumpat kesal dalam hati.

Laila tidak dapat berpikir jernih, hatinya berkecamuk seketika. Perasaannya semakin tak karuan, karena pernikahannya dengan Aban masih berumur tiga hari. Apakah Laila harus menghubungi Very? Mempertanyakan maksud kedatangan surat panggilan dari pihak kepolisian tersebut.

Berulang kali Laila membolak-balikkan benda pipih yang ada di atas meja kerjanya, agar tidak terjadi salah paham lagi seperti beberapa waktu lalu.

Perceraian kedua Laila, tapi kini bersama Very menyisakan rasa sakit yang mendalam bagi kedua buah hati mereka hingga saat ini. Kini harus mendapatkan penyerangan kembali, dengan maksud yang masih menjadi tanda tanya.

Jam dinding berdentang begitu cepat. Laila harus memenuhi panggilan penyidik kepolisian siang itu. Tentu setelah menghubungi Aban melalui telepon keponakan.

"Selamat siang."

"Siang. Bisa saya bertemu dengan Bu Desy?"

Seorang pria bertubuh tinggi besar yang menyapa Laila lebih dulu, justru membukakan pintu ruangan yang ada di belakangnya, tanpa mengajukan pertanyaan lagi. "Silahkan, Bu!"

Laila mengangguk, berusaha tenang dan tersenyum. Menikmati sejuknya hembusan air conditioner ruangan yang menusuk kulit. Walau hatinya masih penuh kecemasan, karena belum bertemu dengan Aban yang berjanji akan mendampinginya siang itu.

Lebih dari dua jam, Laila menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang tak terelakkan, sehingga membuat dirinya harus berkata apa adanya.

"Jadi, kamu tidak tahu undang-undang pernikahan?" tanya Desy semakin memojokkan Laila.

"Sejujurnya saya tidak tahu undang-undang pernikahan yang sudah diperbarui." Laila menunduk sambil meremas kuat tangannya sendiri.

Laila Pratiwi, wanita berstatus janda yang kini sudah berusia 32 tahun. Pernikahan diam-diam yang ia lakukan tiga hari lalu, hanya untuk menutupi fitnah yang beredar selama kedekatannya dengan Aban.

Tentu ini bukan hal yang mudah bagi Laila, karena legalitas perceraiannya dengan Very belum di sahkan secara hukum.

Tangan halus itu tampak bertautan di atas meja, dan sesekali tatapan Laila beradu pandang dengan Desy.

"Kamu tahu, ini merupakan tindakan pidana, Laila?" tanya Desy kembali bersuara tegas.

"Maaf, Un. Sejujurnya, saya tidak mengetahui tentang hal ini. Saya benar-benar tidak mengetahui ini salah atau benar," tutur Laila dengan wajah menunduk malu.

Desy tersenyum tipis, "Mana ada orang yang dinas di pemerintahan buta akan hukum pidana!" Ia menggeleng, meremehkan Laila yang masih terus menundukkan wajahnya.

Kembali Desy bertanya, "Apakah suami kamu yang sekarang juga tidak mengetahui resiko pernikahan siri kalian saat ini?"

Laila kembali menggeleng. Ia terjebak dalam pernikahan siri yang mereka lakukan dalam hitungan hari. Walau beberapa keluarga besar menentang keputusannya dan Aban kala itu, tapi mereka tetap melaksanakan pernikahan tersebut demi menjaga nama baik kedua belah pihak keluarga.

Sudah hampir tiga jam Laila berada di ruang pemeriksaan. Bibir pucat nan tampak mengering, hanya menjawab lebih dua puluh pertanyaan Desy yang tak pernah berhenti.

Tuduhan perzinahan yang Laila lakukan dalam ikatan pernikahan dengan Very, hingga bukti surat pernikahan siri dengan Aban sudah sampai di tangan Desy saat ini.

"Kamu dituntut hukuman dua tahun penjara, Laila!" Ungkap Desy penuh penekanan.

Mendengar tuntutan yang terlontar dari bibir Desy, seketika wajah cantik Laila berubah merah padam. Cepat ia menggeleng dan menyangkal semua tuduhan itu. "Apa? Tuntutan dua tahun penjara?" Berulang kali Laila mengusap wajahnya kasar.

"Tidak Un! Ini tidak adil, karena saya sudah bercerai dari Very dua tahun lalu!" Elak Laila menegaskan kembali kepada Desy.

"Tapi kamu masih tinggal satu rumah selama itu, kan?" jawab Desy terdengar enteng.

Laila mengangguk. "Ya! Itu saya lakukan demi kedua anak kami! Tapi kami sudah pisah ranjang, Uni!"

Brak!

Terdengar Desy menepuk meja kerjanya agar Laila tidak terus membela diri. "Kamu tidak memiliki bukti secara tertulis, Laila, dan pengaduan Very akan diproses secara hukum!"

"Tapi Un!" Laila memohon.

"Ini sudah melanggar hukum, Laila! Tetap semua akan kita proses, silahkan hubungi kuasa hukum kamu, atau hubungi suami kamu saat ini!" tegas Desy sambil berdiri untuk membawa Laila masuk ke jeruji besi.

Laila semakin panik, ia tidak menyangka bahwa sore itu menjadi hari terakhirnya menghirup udara kebebasan. "Tolong Un, saya mohon karena saat ini saya masih menjadi saksi, belum menjadi tersangka!"

"Kami akan menunggu kedatangan Very, dan silahkan kamu ikuti saja petugas itu!" Tunjuk Desy tanpa ingin dibantah.

Namun, ketika Laila akan dibawa oleh dua orang petugas kepolisian. Terdengar suara tegas dari arah belakang yang memanggil nama wanita cantik tersebut.

"Tunggu! Mau dibawa ke mana Laila!?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status