Share

Pedalaman Gumantra
Pedalaman Gumantra
Penulis: Randy Arya

Flight 447

Bandara Internasional Soekarno-Hatta, 14.20 WIB.

Sebuah taksi menghantarkan Mahesa ke depan pintu keberangkatan bandara. Pemuda 24 tahun itu bergegas menuruni taksi dengan tergesa-gesa setelah membayar argo. Ia mengeluarkan kopernya dari bagasi dan menyeretnya menuju pintu keberangkatan.

Mahesa harus sedikit bersabar mengantri bersama beberapa orang untuk melalui pemeriksaan sebelum tiba di dalam bandara. Ia sudah menyiapkan tiket dan tanda pengenalnya di tangan kiri, sementara tangan kanannya menyeret koper.

Di depan Mahesa ada seorang perempuan yang cukup tua, rambutnya sudah memutih. Ia tampak hanya seorang diri. Kasihan setua ini masih harus bepergian seorang diri, pikir Mahesa dalam hati.

Begitu tiba gilirannya, Mahesa menunjukkan tiket dan juga tanda pengenalnya kepada petugas bandara. Sejenak petugas tersebut memeriksanya lalu mempersilakan Mahesa untuk masuk.

Seperti biasa, sebelum tiba di counter untuk check in, setiap penumpang harus melewati proses pemeriksaan barang dulu dengan mesin X-Ray. Begitu sudah lolos, Mahesa buru-buru menuju counter maskapainya dan kembali mengantri untuk melakukan check in. Lagi-lagi, ia bertemu perempuan tua tadi lagi. Perempuan itu berdiri di depannya. Begitu tiba gilirannya, Mahesa menyerahkan tiket dan tanda pengenalnya kepada petugas counter.

"Bapak Mahesa Prima ya?" tanya petugas counter memastikan. Ia mengeja nama yang tertera di tanda pengenal yang diberikan Mahesa.

"Iya, betul," jawab Mahesa.

Setelah melalui proses check in, Mahesapun mendapatkan boarding pass. Ia bergegas menuju ruang tunggu sebelum naik ke dalam pesawat. Menurut keterangan di boarding pass-nya, penerbangan akan dilaksanakan pukul 15.05. Artinya masih ada beberapa saat lagi untuknya bersantai di ruang tunggu.

Begitu tiba di ruang tunggu, Mahesa mengedarkan pandangan. Ia mencari tempat yang masih kosong agar ia bisa duduk. Ruang tunggu bandara hari ini nampak cukup ramai dan padat. Aneh, mau kemana orang-orang ini? Padahal ini bukan musim liburan ataupun perayaan hari besar, pikir Mahesa.

Sedikit mendengus, ia melangkah menuju salah satu kursi yang kosong. Namun ia tak sengaja bersenggolan bahu dengan seorang pria sebelum mencapai kursi tersebut.

"Eh, maaf," ucap pria tersebut sambil tersenyum. Mahesa hanya mengangguk dan tak menjawab. Ia terus melanjutkan langkahnya menuju kursi.

Setelah mendapatkan posisi yang cukup nyaman di kursi, Mahesa melirik jam tangannya. Jam menunjukkan pukul 14.45, masih ada beberapa menit lagi untuk masuk ke dalam pesawat. Iseng, Mahesa mengeluarkan ponselnya untuk membunuh waktu.

Ada beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa pesan yang belum dibaca di ponselnya. Mahesa mendengus sejenak sebelum memutuskan untuk membukanya. Panggilan itu dari ayahnya. Pesanpun juga dari sang ayah yang berbunyi :

Dimana kamu? Jangan coba-coba kabur dari masalah yang kamu buat sendiri. Jangan buat Papa malu!

Setelah membaca pesan tersebut, Mahesa malah mendengus dan memutuskan untuk memblokir nomor sang ayah agar ayahnya itu tak dapat mengirimkan pesan atau menghubunginya lagi.

Selepasnya, Mahesa juga membuat status di W******p dan membagikannya pada semua kontak. Statusnya itu berbunyi :

Go to the hell.

Ia juga menambahkan emoticon berbentuk pesawat terbang setelah kata-kata itu. Hanya beberapa menit terposting, status tersebut sudah dilihat oleh beberapa orang.

Mahesa kembali menyimpan ponselnya dan memperhatikan sekitar. Orang-orang di ruang tunggu ini sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang sibuk mengotak-atik ponselnya seperti yang baru saja Mahesa lakukan, ada pula yang saling mengobrol, ada juga yang tidur.

Pandangan Mahesa terhenti ketika tak sengaja melihat perempuan tua yang tadi berdiri di depannya saat mengantri. Perempuan itu tampak sedang mengunyah makanan dan duduk seorang diri. Mahesa mencoba mengabaikan dan lanjut mengedarkan pandangan. Ia juga melihat pria yang tadi bertabrakan bahu dengannya. Pria itu sedang duduk dengan seorang perempuan muda yang cantik. Sepertinya itu istrinya.

Tak lama, terdengar pemberitahuan yang mengatakan bahwa pesawat Bianglala Airlines dengan nomor penerbangan 447 tujuan Jakarta-Lombok, akan segera di berangkatkan. Para penumpang dipersilakan menaiki pesawat dari pintu yang disebutkan. Pesawat tersebut adalah pesawat yang akan dinaiki Mahesa. Maka, ia segera berdiri dan menarik kopernya ke pintu yang tadi disebutkan untuk tiba di dalam pesawat.

Lagi-lagi Mahesa harus mengantri melewati petugas yang akan mengecek boarding pass sebelum semua penumpang menaiki pesawat. Setelah melakukan pemeriksaan, Mahesa bergegas menuju garbarata untuk tiba di dalam pesawat. Di depannya ada beberapa orang, termasuk perempuan tua dan pria yang bertabrakan dengannya tadi serta wanita yang duduk bersama si pria. Oh, rupanya mereka akan satu pesawat dengan tujuan Lombok.

"Selamat datang di Bianglala Airlines," sapa dua orang pramugari cantik kepada semua penumpang yang naik secara beraturan, termasuk Mahesa.

Mahesa segera mencari nomor kursinya sesuai boarding pass yang di pegangnya. Setelah menemukannya, pemuda itu bergegas memasukkan kopernya ke bagasi kabin yang ada di atas tempat duduk lalu duduk di kursi. Ia bersebelahan dengan seorang pria paruh baya yang tampak sedang mengobrol di telepon.

"Iya, pokoknya atur saja bagaimana baiknya. Tapi jika budget-nya tidak sesuai diskusikan lagi. Sudah dulu ya, saya sudah di dalam pesawat ini. Sebentar lagi take off," ujar pria itu menyudahi obrolannya dan menutup telepon.

Mahesa tersenyum sekilas ketika pria paruh baya itu menoleh padanya. Pria itupun membalas senyumannya. Mahesa kini menoleh ke kursi yang ada di seberang kursinya. Perempuan tua tadi rupanya duduk disana, di dekat jendela. Dari jendela dekat perempuan itu terlihat langsung sayap pesawat. Mahesa melirik ke jendela yang ada di dekat pria paruh baya di sebelahnya, juga tampak sayap pesawat dengan jelas. Artinya Mahesa duduk di dekat sayap pesawat.

Meski ini bukan pengalaman pertama bagi Mahesa untuk naik pesawat, namun tetap saja tiap naik pesawat ia selalu cemas. Karena sebenarnya ia adalah orang yang agak takut ketinggian. Biasanya, selama perjalanan, ia lebih memilih tidur atau tidak melihat keluar jendela.

"Eh, maaf Mas," sebuah suara mengangetkan Mahesa. Seorang gadis bertubuh gempal melewati lorong dan tanpa sengaja menjatuhkan bantal di genggamannya ke paha Mahesa. Gadis itu meraih benda itu lagi setelah meminta maaf.

"Iya," jawab Mahesa singkat. Ia melihat gadis berbadan gempal itu duduk dua kursi di belakangnya. Di seberang kursi si gadis, pasangan yang diasumsikan Mahesa sebagai suami istri terlihat duduk.

Tak lama, dua orang pramugari berjalan di lorong pesawat dan membantu beberapa penumpang untuk memasukkan barang-barang lalu mengecek jumlah penumpang. Ketika sudah dirasa siap, pesawatpun siap lepas landas.

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan 447 Bianglala Airlines dengan tujuan Jakarta-Lombok. Perjalanan ke Lombok akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam 12 menit dengan ketinggian jelajah 35.000 kaki dari permukaan laut," terdengar pemberitahuan yang berasal dari pilot saat pesawat mulai bergerak.

"Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan ini adalah penerbangan bebas asap rokok. Sebelum lepas landas, kami persilakan Anda untuk menegakkan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja yang ada di hadapan Anda, mengencangkan sabuk pengaman dan membuka penutup jendela. Atas nama kapten Brady Anthony dan seluruh awak pesawat yang bertugas, mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini dan terimakasih atas pilihan Anda untuk terbang bersama kami," lanjut suara sang pilot.

Pesawat bergerak semakin cepat dan bersiap untuk lepas landas. Mahesa sudah mengencangkan sabuk pengamannya dan memejamkan mata. Ia berniat untuk tidur.

Tak lama muncul lagi pemberitahuan yang mengatakan bahwa para pramugari dan pramugara akan memperagakan cara penggunaan beberapa alat yang ada di dalam pesawat. Namun Mahesa enggan untuk membuka matanya karena ia sudah cukup hapal dengan semua itu.

Dua orang pramugari dan seorang pramugara kini sudah berdiri di sepanjang lorong pesawat dan memperagakan cara mengencangkan sabuk pengaman, memakai masker oksigen yang akan keluar otomatis saat keadaan darurat dan juga menunjukkan letak pintu dan jendela darurat, serta menggunakan baju pelampung.

Tak lama setelahnya, pesawat kini melaju dengan cepat dan perlahan naik meninggalkan landasan. Mahesa masih dapat merasakan getaran saat pesawat itu naik meski ia sudah menutup matanya.

Semua penumpang dan juga kru pesawat itu kini sudah duduk dengan nyaman dan tenang di dalam pesawat. Tanpa mereka ketahui sesuatu akan terjadi beberapa saat kemudian.

------------------------------

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status