Share

PEWARIS TERSEMBUNYI
PEWARIS TERSEMBUNYI
Penulis: Triwahyuni Triwahyuni

Part 1. Kecelakaan

"Sayang awas... aaaaaaa...." teriak Endrea kepada Adelard, saat dirinya melihat dari arah depan sebuah truk melawan arah dengan kecepatan tinggi melaju ke arah mereka, Adelard yang sedang mengemudikan mobil pajero sport langsung membanting stir ke arah samping jalan.

Ciiitttt...braaakkk... 

Mobil yang Adelard kendarai menabrak pembatas jalan, bagian depan mobilnya hancur. 

Endrea membuka matanya, tangannya meraba kepala bagian atas Endrea merasakan cairan hangat ditelapak tangannya, Endrea langsung menarik dan melihat telapak tangannya yang sudah penuh dengan cairan merah, Endrea berusaha melihat ke arah Adelard dengan pandangan samar dirinya melihat Adelard keadaannya juga tidak lebih baik darinya. lama-lama pandangan Endrea menjadi semakin mengabur dan gelap dirinya tidak ingat apa-apa lagi. 

Pengandara lain yang melihat kejadian itu langsung keluar dari kendaraan masing-masing dan berusaha membantu mengeluarkan korban, sepuluh menit kemudian polisi dan ambulance sudah sampai di lokasi, Endrea dan Adelard langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. 

Endrea perlahan membuka matanya, bau obat-obatan langsung masuk ke dalam indera penciumannya, pikirannya berputar ke kejadian yang baru saja dirinya alami. 

"Dimana Adelard, apakah dia baik-baik saja?" gumam Endrea tangannya meraba kepalanya ada perban kecil menempel dikeningnya. 

"Aahh," rintihnya saat Endrea berusaha bangun dari ranjang kepalanya terasa sangat pusing, Endrea bangun dengan perlahan dan membuka pintunya. 

Bertepatan dengan itu seorang perawat lewat di depan Endrea "Sus dimana korban kecelakaan tadi dirawat?" tanya Endrea. 

"Ada diruangan IGD Mbak, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat itu dengan ramah. 

"Tidak ada, terimakasih sus." jawab Endrea. 

Endrea berjalan ke ruang IGD, Endrea sangat bersyukur dirinya tidak mengalami luka yang parah.

Endrea sampai disana bertepatan dengan seorang dokter yang keluar dari ruangan IGD, dokter itu tersenyum ramah ke arah Endrea. 

Dokter itu tahu wanita yang ada di depannya juga korban kecelakaan, karena dirinya yang mengobati luka Endrea.

"Dok bagaimana keadaan teman saya?" tanya Endrea dengan nada panik. 

Dokter Adit menghela nafas panjang kemudian melihat ke arah Endrea dan berkata "Teman Mbak keadaannya sangat memperihatinkan, kaki kanannya patah dan harus segera melakukan tindakan, saya ingin bertanya apa tidak ada keluarga korban yang bisa dihubungi?" tanya Dokter Adit dan melihat ke arah Endrea yang menggeleng. 

Endrea berpacaran dengan Adelard baru tiga bulan Endrea juga belum mengenal keluarga Adelard, hanya saja Adelard pernah berkata padanya jika kedua orang tuanya tidak pernah peduli kepadanya.

"Jadi seperti ini, teman Mbak harus segera menjalani operasi tapi kami belum bisa melakukan apa-apa karena persyaratan rumah sakit ini biaya untuk operasi dibayar dimuka," jelas Dokter Adit, dirinya merasa kasian tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Berapa biaya untuk operasinya Dok?" tanya Endrea. 

"150 juta, setidaknya 50 persen dari semua biayanya harus dibayar terlebih dahulu baru kami bisa melakukan operasinya," jawab Dokter Adit.

"150 juta," Endrea mengulangi lagi ucapan Dokter Adit, darimana dirinya bisa mendapatkan uang sebanyak itu bahkan sekarang tabungannya tidak sampai sepuluh juta. 

"Kalo begitu saya permisi dulu." pamit Dokter Adit, Endrea hanya mengangguk sebagai jawabannya. 

Endrea duduk dikursi besi yang ada disana kedua tangannya memegang wajahnya, Endrea menangis dalam diam dirinya harus melakukan sesuatu jika tidak ingin kehilangan Adelard.. 

'Apa aku pinjam saja ke Pak Bos ya.' batin Endrea tapi uang sebanyak itu Endrea yakin Pak Arga tidak akan memberinya, saat pikirannya sedang kalut satu sosok melintas dipikiran Endrea.

Endrea langsung tersenyum ya hanya Papa satu-satunya harapan Endrea kali ini, tapi apakah Papanya akan memberikan bantuan untuknya setelah kejadian tiga tahun lalu, pikiran Endrea melayang ke tiga tahun yang lalu. 

Flas back on

Pagi ini seperti biasa kegiatan dikeluarga Kim mereka semua berkumpul dimeja makan untuk sarapan. begitu juga dengan Endrea pukul enam lebih tiga puluh menit keluar dari kamarnya. 

Saat sampai dimeja makan, Endrea disambut dengan tatapan tajam Bibi Liana, Ibu tiri Endrea.

"Lihatlah Pah, apa kamu tidak bisa melihat perubahan fisik yang dialami Endrea," tunjuk Bibi Liana. 

Tuan Kim melihat ke arah Endrea dengan tatapan tajam, tubuh putrinya sedikit gemuk. 

Malam tadi istrinya mengatakan hal yang membuat hatinya sangat terluka, Endrea sudah berhubungan badan dengan kekasihnya entah istrinya dapat informasi darimana tapi setelah melihat perubahan tubuh Endrea membuat Tuan Kim percaya dengan perkataan istrinya.

"Ada apa Ma dengan tubuhku?" tanya Endrea.

"Kamu ngga usah sok polos deh Endrea, masih kecil sudah berani membuat noda di keluarga besar Kim," ujar Nina yang baru keluar dari kamarnya. 

Endrea semakin dibuat bingung dengan ucapan Nina dan Bibi Liana Endrea menghampiri Papanya "Coba Papah jelaskan ke Endrea sebenarnya ada apa?" ucap Endrea dengan menguncangkan lengan Tuan Kim. 

"Minggir!" perintah Tuan Kim dan mengibaskan tangan Endrea. 

Tuan Kim berdiri dan berkata kepada Bibi Liana "Aku menyerahkan Endrea sepenuhnya kepadamu, terserah mau kamu apakan," Tuan Kim meninggalkan meja makan. 

"Pah ini ada apa?" tanya Endrea. 

Endrea masih berusaha agar Papanya mau membuka suaranya, karena jika Mamanya yang berbicara dengannya pasti dirinya akan mendapatkan siksaan. 

Mendengar ucapan Tuan Kim membuat Nina dan Bibi Liana tersenyum puas rencana untuk menyingkirkan Endrea sebentar lagi akan terwujud.

"Iya Mas," jawab Bibi Liana. 

Setelah Tuan Kim tidak terlihat, tanpa aba-aba Bibi Liana langsung menarik lengan Endrea, membawanya ke dalam kamar dan memukul tubuh Endrea dengan gagang sapu hingga membuat punggung Endrea mengeluarkan darah.

"Ini hukuman buat kamu, karena sudah membuat noda dikeluarga kim. mulai sekarang bereskan semua bajumu dan keluar dari rumah ini!" perintah Bibi Liana. 

"Ma, Endrea tidak melakukan itu semua darimana Mama mendapatkan informasi palsu itu," ucap Endrea berusaha untuk membela dirinya. 

Mendengar Endrea membuka suaranya membuat emosi dihati Bibi Liana semakin besar, Bibi Liana mengambil sapu dan kembali memukul Endrea. 

"Ma, maaf ampun Ma," pinta Endrea, tapi Bibi Liana tidak mendengar permohonan putri tirinya. 

Endrea tidak bisa lagi mengeluarkan kata-kata, karena rasa sakit yang ia rasakan, hanya air mata yang bisa mewakili betapa sakitnya saat ini.

Tuan Kim yang melihat itu semua hanya bisa terdiam di depan pintu kamar. tidak ada niat untuk menghentikan aksi istrinya, dirinya juga merasa dikhianati oleh putrinya. 

Bibi Liana menyeret kasar tubuh Endrea dan juga kopernya membawa ke depan rumah dan melempar tubuh Endrea dengan kasar. para pelayan yang melihat penuh dengan tatapan iba tapi tidak bisa melakukan apa-apa. 

"Pergi Kamu dari sini dan jangan pernah kembali ke rumah ini lagi," ujar Bibi Liana. 

"Tutup pagarnya Pak, jika anak ini kembali jangan pernah bukakan pintunya!" perintah Bibi Liana kepada saptam yang sedang berjaga. 

"Tunggu!" teriak Tuan Kim dari belakang Bibi Liana.

Mendengar teriakan Tuan Kim membuat semua yang melihat, merasa lega Tuan Kim pasti akan membantu Nona Endrea pikir para pelayan yang melihat. 

"Tanda tangan dulu di sini!" perintah Tuan Kim kepada Endrea. 

Tanpa melihat isi kertas yang diserahkan Papanya, Endrea langsung tanda tangan di sana. 

"Baik Papa akan menjelaskan apa isi surat ini Kamu, Endrea Kim tidak akan pernah mendapatkan Sepeserpun harta yang keluarga Kim miliki dan mulai sekarang Papa tidak lagi mengakui kamu sebagai putriku, Kamu mengerti?" ujar Tuan Kim penuh dengan penekanan. 

Endrea mengangguk kemudian berbalik menyeret kopernya berjalan dengan tertatih-tatih karena luka dipunggung dan juga kakinya yang memar.

Endrea tidak tahu harus ke mana, mungkin dirinya harus membersihkan lukanya terlebih dahulu pikir Endrea. 

"Tutup pagarnya!" perintah Tuan Kim, kemudian masuk ke dalam rumahnya dan memerintahkan yang ada di sana untuk tidak ada yang membuka suara tentang Endrea. dan menyuruhnya melanjutkan kegiatan seperti biasa.

Endrea melihat ada apotik, dirinya membuka tas kecil miliknya untung masih ada uang jajan yang tersisa. Endrea membeli beberapa antibiotik untuk membersihkan lukanya, Endrea berjalan ke arah toilet yang ada diapotik. 

"Kenapa sakit sekali," gumam Endrea, melihat kakinya yang membiru. 

Karena tidak bisa membersihkan luka yang ada dipunggungnya jadi Endrea meminta bantuan kepada gadis yang berjaga diapotik. 

Endrea kembali berjalan dirinya ingin mencari kontrakan dan pekerjaan agar bisa bertahan hidup.

Flas back of

Endrea berdiri dan berjalan ke arah toilet, setelah mencuci wajahnya Endrea berjalan keluar dari rumah sakit, dan menyetop taksi yang lewat Endrea menyebutkan alamat lengkap Papanya. 

Apapun nanti yang akan terjadi terhadap dirinya, Endrea yakin Papanya tidak akan membiarkan anaknya kesusahan batin Endrea. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status