Kevin dan Endrea berdiri di depan pintu kamar, Kevin mengambil kunci yang ada dilaci dan membuka kamar itu, mata Endrea langsung melotot melihat isi kamarnya.
"Ini apa?" tanya Endrea yang melihat isi kamarnya penuh dengan perlengkapan wanita, ada ranjang king size warna abu ditengah ruangan ada juga televisi yang besar dan sofa.
masuk ke dalam ruangan dibalik dinding televisi terletak lemari dengan berbagai perlengkapan wanita dari kepala sampai kaki semuanya ada, dan semua barang-barang bermerek.
"Ini untukmu, karena Paman Arya mau membantumu jadi penampilanmu harus memukau saat bertemu dengannya nanti malam," jelas Kevil Lii.
Endrea melihat isi kamar dengan tatapan kagum, meski dulu dirinya anak orang kaya tapi belum pernah merasakan fasilitas semewah ini.Triinng... Triingg...
Ponsel Kevin berdering, nama Papanya terpampang dilayar depan dengan malas Kevin mengangkat sambungan teleponnya."Halo... Pa," ucap Kevin ketika sambungan teleponnya sudah tersambung.
"Iya dua puluh menit lagi Kevin sampai," ujar Kevin lagi Endrea tidak tahu apa yabg dibicarakan orang diseberang sana tapi terlihat Kevin sangat tegang.
"Aku harus pergi, Papa menyuruhku datang ke kantor nanti jam lima aku akan menjemputmu, nanti akan ada orang datang kesini untuk mengubah penampilanmu," Pamit Kevin kepada Endrea yang sedang memandangnya.
Endrea melihat jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam sembilan lebih sepuluh menit, Endrea baru ingat dirinya juga harus bekerja.
"Aku juga harus pergi bekerja," ucap Endrea dan melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Kevin, tapi langkahnya terhenti saat sebuah tangan kekar memegangnya.
"Tidak perlu, Aku sudah ijin ke bosmu agar menambahkan waktu liburmu," ujar Kevin, Endrea berbalik dan mereka saling berhadapan.
Tiba-tiba pikiran rasa ingin mencicipi bibir ranum milik Endrea terlintas dipikiran Kevin, Kevin menggelengkan kepalanya agar pikiran itu hilang.
Kevin menutup matanya, Endrea malah mendekat ke wajah Kevin dan berkata "Kamu kenapa?" tanya Endrea dengan sedikit panik tangannya menepuk pelan pipi Kevin.
Kevin membuka matanya dan wajah Endrea sangat dekat dengannya, Kevin tidak lagi bisa menahan dirinya wajah Kevin semakin mendekat ke arah Endrea dan melumat bibir ranum itu.
Endrea yang terkejut berusaha mendorong tubuh kekar Kevin tapi tangannya dihentikkan oleh Kevin, Kevin malah semakin mengeratkan pelukannya.
Endrea yang mulai terangsang membalas ciuman Kevin. tangannya dilingkarkan dileher Kevin, Kevin yang merasakan sentuhan lembut dilehernya langsung menghentikan ciumannya.
Saat itu kewarasan Endrea mulai kembali "Apa yang kamu lakukan?" tanya Endrea tangannya memegang bibirnya yang terasa bengkak dan sedikit perih, perasaan marah dan tidak tela bercampur menjadi satu. Pria itu sudah merenggut ciuman pertamanya,
"Aku pergi dulu," pamit Kevin bukannya menjawab pertanyaan Endrea, sebelum benar-benar meninggalkan Endrea di dalam kamar.Endrea yang masih terkejut hanya bisa berdiri ditempatnya ini adalah ciuman pertamanya, apakah Kevin sering melakukan ini pikir Endrea.
Setelah cukup lama terdiam Endrea berjalan ke arah sofa yang berada di dekat jendela, Endrea membuka jendelannya disana ada balkon kecil angin berhembus Endrea menghirus udara dalam-dalam, dirinya masih bingung mengapa dirinya menuruti semua perkataan pria yang baru saja dirinya kenal.
Tok... Tok... Tok...
Endrea mendengar pintu kamar diketuk, dirinya melihat jam yang melingkar ditangannya sudah menunjukkan jam sebelas, itu artinya dirinya cukup lama menghabiskan waktu dibalkon.Endrea berjalan ke arah pintu dan membukannya, seorang pria dengan tubuh yang kekar tapi wajahnya cantik, dan bibirnya menggunakan lipstik merah darah, Endrea sudah melihat pria dengan model seperti ini jadi tidak begitu kaget.
"Siapa ya?" tanya Endrea dengan sopan.
"Hay Nona Endrea perkenalkan namaku Emue,Aku diperintahkan Tuan Kevin untuk merubah penampilan Nona," jelas Emue dengan nada yang gemulai."Eh... Iya halo juga...." Endrea berhenti berkata dirinya bingung ingin memanggil pria yang ada di depannya.
Emue yang melihat kebingungan diwajah Endrea langsung berkata "Panggil saja Emue, Nona," ujar Emue.
"Iya Emue silahkan masuk," ucap Endrea, dirinya membuka pintunya lebar-lebar agar Emue bisa masuk ke dalam.
Setelah Emue masuk Endrea membiarkan pintunya terbuka, meski Endrea tahu Emue tidak akan melakukan apa-apa terhadap dirinya.
"Mengapa pintunya tidak ditutup Nona?" tanya Emue dan mulai menata peralatan make uo miliknya dimeja rias.
"Tidak apa-apa biar ada angin yang masuk," jawab Endrea, meski dirinya yakin jawabannya ini sangat tidak masuk akal."Nona tidak perlu takut, Saya tidak akan melakukan apa yang diluar pekerjaan saya Nona," ujar Emue dengan terkekeh, sungguh polos wanita yang berada di depannya.
Melihat dari penampilannya saja sudah dapat dinilai kalo Endrea gadis yang polos, dirinya yang menggunakan kaos putih bergambar bebek didepannya yang kebedaran dipadukan dengan jeans warna biru pudar.
Darimanalah Tuan Kevin mendapatkan wanita sepolos ini, banyak wanita yang dibawa ke salon miliknya dan semua dari wanita itu tidak ada yang memiliki pikiran sepolos ini pikir Emue.
"Ayo Nona duduklah, Aku suka merubah penampilan wanita yang polos menjadi memukau," ujar Emue.
Endrea menuruti dan duduk dikursi yang ada di depan Emue, Emue membuka ikat rambut milik Endrea kemudian menyisirnya, rambut Endrea tidak terlalu panjang jadi hanya perlu merapihkannya saja.
"Oh iya Nona maaf ya Aku akan memotong sedikit rambutmu," ucap Emue.
Endrea mengangguk membiarkan apa saja yang akan Emue lakukan "Oh iya Emue panggil saja aku Endrea biar lebih akrab," perintah Endrea.
"Baiklah Endrea." jawab Emue.
Tangannya mengambil gunting dengan sisir Emue mulai merapihkan rambut Endrea, sepuluh menit kemudian Emue meletakkan gunting dan sisirnya Emue berjalan ke arah kamar mandi.
"Endrea, Aku akan mencuci rambutmu terlebih dahulu, kemarilah," perintah Emue dan Endrea berjalan ke kamar mandi.
Selesai mencuci rambut Endrea, Emue mengoleskan pewarna coklat susu untuk rambutnya, sambil menunggu pewarna rambutnya meresap Emue keluar dari kamar mandi dan menyiapkan baju yang akan dikenakan Endrea.
Endrea melihat ke arah jam ditangannya sudah menunjukkan jam dua belas lebih tiga puluh menit, perutnya sudah terasa lapar tapi dirinya tidak memiliki uang untuk memesan makanan, Endrea hanya bisa menahan rasa laparnya.
Sampai Emue kembali ke kamar mandi dan mendengar suara perut Endrea, Emue langsung menyeburkan tawanya.
"Kamu lapar?" tanya Emue, Endrea hanya bisa mengangguk dengan menahan malunya.
Emue mengeluarkan ponselnya dan memesan beberapa makanan secara daring, dua puluh menit kemudian seorang pelayan mengantarkan makanan yang tadi Emue pesan.
Endrea dan Emue mulai makan, Emue melihat cara makan Endrea yang tidak sungkan, biasanya seorang wanita akan menjaga cara makannya di depan teman ataupun orang yang baru dia kenal, tapi sangat berbeda dengan Endrea.
Selesai makan Emue melanjutkan pekerjaan yaitu membilas rambut Endrea dan mengeringkannya, Emue menyuruh Endrea untuk mengganti baju dengan dress warna biru muda dengan belahan dada rendah, dan panjang dres itu di atas lutut Endrea. Emue mulai mengoleskan make up diwajah Endrea.
"Selesai," teriak Emue dengan girang, dirinya merasa puas dengan keberhasilannya merubah penampilan Endrea.
Endrea membuka matanya dan melihat pantulan wajahnya dicermin, riasan wajahnya cukup tebal terutama dibagian mata membuat tatapan Endrea menjadi lebih tajam tapi tetap anggun, dengan polesan lipstik merah menyala menambah kesan seksi untuknya, rambut Endrea dibuat ikal diujungnya dan dibiarkan tergerai.
Endrea melihat jam yang ada di dinding sudah menunjukkan jam empat lebih tiga puluh menit, ternyata melelahkan sekali batin Endrea.
"Endrea," suara bariton memanggil namanya, Endrea memalingkan wajahnya ke arah suara.
Endrea," suara bariton memanggil namanya, Endrea memalingkan wajahnya ke arah suara."Ada apa Emue?" tanya Endrea kemudian berjalan ke arah Emue yang sedang berdiri disamping lemari sepatu yang terletak disamping pintu masuk.Lemari sepatu dilengkapi dengan pintu kaca jadi tidak perlu membukanya untuk melihat sepatu di dalamnya, dari sepatu sampai heals dari toko-toko bermerek semuanya ada disana."Ayo Endrea pilih terserah kamu mau pakai yang mana, aku mau lihat tas disana" ucap Emue kemudian dirinya pergi ke lemari tas dan meninggalkan Endrea disana.Endrea melihat ke arah Emue kemudian berpindah lagi ke tempat sepatu, mata Endrea langsung tertuju ke arah sepatu kats warna putih dengan merek terkenal Endrea membuka pintu lemari dan mengambil sepatu itu."Aku mau pakai yang ini saja Emue," ucap Endrea, Emue yang sedang berdiri di depan lemari tas langsung memalingkan wajahnya dan melihat ke arah sepatu yang
"Saya... Saya...." Endrea menghentikkan ucapannya saat sebuah tangan kekar menggengam tangannya.Endrea melihat ke arah Kevin kemudian mengibaskan tangannya dengan berkata "Tidak usah pegang-pegang," ujar Endrea kemudian meletakkan tangannya diatas pangkuannya.Kevin yang tidak pernah ditolak oleh seorang wanita hatinya merasa sakit apa lagi penolakan itu tepat di depan Pamannya, sedangkan Arya tersenyum melihag bagaimana cara wanita itu memperlakukan keponakannya."Saya Endrea Kim," ucap Endrea dengan lantang.Arya cukup terkejut mendengar marga wanita yang ada di depannya sekarang, apa wanita ini adalah darah daging kandung Abraham Kim setahu Arya Abraham hanya memiliki satu anak kandung."Jadi apa yang kamu inginkan?" tanya Arya dengan menurunkan sebelah kakinya."Gini Paman meski Endrea saudara tiri yang bisa dibilang sangat jauh denganku, tapi Aku ingin Paman membantunya agar dia mendapatkan apa yang seharusnya,"
"Endrea Kim," teriak seorang wanita dengan pakaian kantornya berdiri di depan pintu yang digunakan untuk interview.Mendengar namanya disebut jantung Endrea berdetak lebih cepat dari sebelumnya, Endrea melihat ke arah Yuda yang juga sedang menatapnya."Semangat," ujar Yuda tanpa suara.Endrea mengangguk kemudian menghela nafasnya dan berkata "Saya," ujarnya dengan berdiri menghampiri wanita itu."Ikuti Aku ya," ucap wanita itu ramah dan ngan menepuk pelan pundak Endrea.Wanita itu membawa Endrea ke ruangan yang ditempatkan untuk interview calon karyawan baru, di dalam ruangan yang lumayan luas itu terdapat tiga orang yang tengah duduk dikursi, masing-masing memberikan jarak duduk dua diantaranya laki-laki yang sudah berumur diatas tiga puluh tahun dan terlihat sangat berwibawa.Satu wanita duduk ditengah-tengah wanita itu masih berumur dibawah tiga puluh tahun, disamping kiri terdapat meja panjang dan ada satu kaos se
Endrea memberanikan dirinya mengangkat kepalanya, dan semakin dibuat tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat.'Benar keluarga Bibi Liana memang berencana mnguasai semua harta milik Papa, bagaimana bisa Bibi menempatkan Nina sebagai direktur,' batin Endrea tangannya terkepal merasa tidak rela dengan apa yang dia lihat.Bagaimana bisa selama ini dirinya hidup dengan susah payah diluar sana, sedangkan Nina yang hanya anak tiri bisa duduk manis dimeja sebagai direktur diperusahaan milik Papanya."Khemm...." Nina berdehem kemudian membenarkan letak duduknya dengan memajukan bagian dadanya yang besar."Jadi ini Endrea, bagaimana kalo menurutmu Yuana?" tanya Nina kepada Yuana."Hasil dari penilaian kami semuanya bagus Bu, dan kami sangat berharap Ibu Nina berkenan menerima Endrea bergabung diperusahaan ini," jawab Yuana panjang lebar.Nina mengangguk mengerti kemudian mengalihkan pandangan ke arah Endrea dengan kemudiam
"Mbak," teriak seorang dari luar Endrea langsung meletakan ponselnya di dalam tas, Eva memberi kode lewat tatapan matanya agar Endrea yang menghampiri wanita itu.Endrea langsung membuka pintu dan berlari ke arah wanita yang tadi memanggilnya kemudian berkata."Iya ada yang bisa saya bantu?" tanya Endrea dengan sopan.Wanita itu melihat Endrea dari atas sampai bawah "Apa kamu bekerja baru disini?" tanya wanita itu sedikit ketus dan tatapan matanya mengarah ke meja."Iya saya baru bekerja mulai tadi," jawab Endrea sopan."Oh kebetulan tadi Yuana memerintahkanku untuk memanggilkan pekerja baru, jadi cepatlah datang sebelum kamu dipecat, itu ruangan Yuana bekerja," ujar wanita itu dengan menunjuk ke ruangan yang ada disana.Endrea mengangguk kemudian berjalan ke arah ruangan Yuana, sementara itu diruangan tadi Eva melihat Endrea penuh dengan senyum jahat dirinya merasa sangat terbantu dengan adanya Endrea, jadi dirinya t
Tok... Tok... Tok..."Yuana... Yuana...." teriak seorang diluar ruangan Yuana dibarengi dengan gedoran dipintu."Nina," ucap Yuana dan Endrea bersamaan.Yuana langsung memberikan tisu kepada Endrea untuk membersihkan sisa air mata yang masih ada di pipi dan memberikan kain lap, kemudian menyuruh Endrea untuk membersihkan meja panjang yang berada dibelakang Yuana."Masuk Bu," seru Yuana dari dalam.Tidak lama kemudian Nina masuk ke ruangan Yuana dan terkejut melihat keberadaan Endrea diruangan Yuana, tidak biasanya orang lain diijinkan masuk ke ruangan ini pikir Nina."Aku mau pergi sama Dodi nanti kalau ada yang nanya bilang saya tidak ada," ucap Nina setelah itu pergi meninggalkan ruangan Yuana dengan menghentakkan kakinya."Endrea sini," panggil Yuana setelah Nina sudah tidak terlihat lagi."Untuk hari ini cukup besok kamu bantu saya disini sama satu lagi kalau ada yang tanya kenapa kam
Sementara itu dinegara lain seorang pria tangannya terkepal rahangnya mengeras, pipinya merah karena marah dan giginya bergemelutuk, melihat kejadian Endrea dengan Yuda tadi.Dia adalah Kevin, dirinya merasa cemburu melihat Endrea jalan dengan lelaki lain.'Bukannya dia bukan siapa-siapa kamu, tapi kenapa kamu marah Kevin,' gerutu Kevin dengan memukul pelan kepalanya."Kevin ayo kita harus melakukan pemotretan kembali," teriak Arya yang sudah berdiri dibelakang Kevin.Tapi melihat keponakannya hanya terdiam, Arya menjadi penasaran apa yang sedang dilihat Kevin diponselnya, Arya sedikit terkejut saat melihat vidio wanita kemarin yang baru saja bertemu dengannya dengan pria lain yang sedang diputar-putar oleh Kevin."Kevin, dia sudah memiliki pasangan ternyata lebih baik kamu melupakannya, disini banyak wanita yang lebih seksi dan cantik dari dia," ujar Arya.Kevin yang terkejut mendengar suara pamannya langsung mematikan pon
'Apa Yuda sadar dengan ucapannya, apa dia sedang mengigau,' batin Endrea."Hah," kejut Endrea tanpa bisa lagi mengeluarkan kata-kata."Kenapa, apa tidak boleh seorang lelaki jatuh cinta pada seorang perempuan?" tanya Yuda lagi."Tidak, itu semua boleh saja tapi kenapa," Endrea tidak lagi melanjutkan kata-kata karena mendengar suara Eva."Endrea Ayo kita kembali ke kantor, lima menit lagi kita harus mulai bekerja," ajak Eva kemudian Endrea berdiri dan berjalan dibelakang Eva meninggalkan Yuda yang masih menatapnya dengan menggelengkan kepalanya.Endre dan Eva sama-sama sibuk kesana kemari karena eman orang itu membuat mereka berdua tidak bisa duduk walau cuma lima menit, sesekali Endrea akan dipanggil oleh Yuana yang membuat Eva cemburu kenapa Endrea bisa sedekat itu dengan Yuana sedangkan dirinya tidak.Sampai jam sudah menunjukan jam lima sore pekerjaan Endrea belum juga selesai, Endrea berjalan menghampiri Eva