Kevin masuk dan berjalan ke arah Yuana yang sedang bermain dengan Ardan di ruang keluarga, Kevin duduk di depan Ardan dan ikut bermain.
"Dik, Aku mau ke kantor sebentar setelah itu aku akan kembali lagi kesini," pamit Kevin kepada Yuana.
"Iya hati-hati di jalan Mas, kamu tenang saja disini ada aku," jawab Yuana.
Kemudian Kevin berjalan ke arah kamar yang semalam digunakan oleh Yuana tidur, untung dirinya membawa baju ganti untuk ke kantor.
Tiga puluh menit kemudian Kevin keluar dari kamar setelah berbicara dengan Yuana, Kevin keluar dari rumah dan membawa mobilnya menuju ke kantor.
Tiga hari berlalu sekarang keadaan Endrea sudah membaik dan sudah bisa bekerja seperti biasa, saat ini Endrea, Kevin dan Yuana sedang menikmati udara segar dilantai atas rumah Endrea.
"Aku senang akhirnya kamu kembali seperti sedia kala lagi," ujar Kevin."Hanya sakit seperti itu saja, kenapa kalian khawatir sekali," jawan
Endrea dan Semuel duduk berdampingan, Tuan Wu memerintahkan mereka untuk makan Endrea sedikit ragu saat ingin memasukan makanannya ke dalam mulut takutnya makanan itu sudah diberi racun."Makanlah," perintah Tuan Wu kembali. Kemudian mereka mulai menikmati makan malam dengan diam, setelah makan malam Tuan Wu mengajak Endrea dan Semuel untuk ke ruang keluarga ada sesuatu yang ingin Tuan Wu sampaikan."Sem...." panggil Tuan Wu."Iya Kek," jawab Semuel kemudian membenarkan duduknya melihat ke arah Kakeknya."Intan sudah lama meninggalkan kita bersama disini, apa kamu belum bisa muve on darinya?" tanya Tuan Wu."Maksud Kakek apa?" tanya Semuel."Hehe... Kakek tahu kamu sudah bisa melupakan Intan dan kamu juga sudah menemukan calon penggantinya, jangan kira Kakek tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan," Tuan Wu menghentikkan ucapannya."Jadi kapan kali
"Sayang awas... aaaaaaa...." teriak Endrea kepada Adelard, saat dirinya melihat dari arah depan sebuah truk melawan arah dengan kecepatan tinggi melaju ke arah mereka, Adelard yang sedang mengemudikan mobil pajero sport langsung membanting stir ke arah samping jalan.Ciiitttt...braaakkk...Mobil yang Adelard kendarai menabrak pembatas jalan, bagian depan mobilnya hancur.Endrea membuka matanya, tangannya meraba kepala bagian atas Endrea merasakan cairan hangat ditelapak tangannya, Endrea langsung menarik dan melihat telapak tangannya yang sudah penuh dengan cairan merah, Endrea berusaha melihat ke arah Adelard dengan pandangan samar dirinya melihat Adelard keadaannya juga tidak lebih baik darinya. lama-lama pandangan Endrea menjadi semakin mengabur dan gelap dirinya tidak ingat apa-apa lagi.Pengandara lain yang melihat kejadian itu langsung keluar dari kendaraan masing-masing dan berusaha membantu mengeluarkan korban, sepuluh menit kemudi
Apapun nanti yang akan terjadi kepada dirinya, Endrea yakin Papanya tidak akan membiarkan anaknya kesusahan batin Endrea.Tiga puluh menit kemudian taksi yang Endrea tumpangi sudah sampai dirumah dengan dua lantai dengan model klasik, setelah membayar ongkosnya Endrea keluar dari taksi berjalan ke arah pager yang mejulang tinggi, Endrea menarik nafas panjang kemudian menekan tombol bel yang ada ditembok di depannya.Tangan Endrea terus mengetuk-ngetuk ponsel yang dirinya pegang dalam hati Endrea selalu berdo'a Papanya mau membantunya.Tiga puluh menit kemudian seorang muncul dari balik pagar yang membuat Endrea terkejut, saat menyadari siapa yang membuka pagarnya."Mama," gumam Endrea dengan suara tercekat."Anak ini, ada apa kamu datang kesini hah?" tanya Bibi Liana dengan nada yang ketus.Setelah mengumpulkan keberaniannya Endrea membuka suaranya "Endrea ingin bertemu dengan Papa, Ma." jawab Endrea. 
"Saya akan membantu proses pemakamannya besok," ucap seorang pria yang sekarang berdiri di depan Endrea.Endrea mengangkat kepalanya seorang pria menggunakan kemeja panjang berwarna biru dipadukan dengan celana panjang hitam dan tersenyum ke arah Endrea."Dokter Adit, terimakasih banyak dok" ucap Endrea, dirinya merasa tidak percaya akan ada orang yang membantunya."Endrea," teriak Kirana yang baru sampai dan langsung menghambur kepelukan Endrea."Mengapa kamu tidak bilang dari tadi? kenapa baru sekarang, setidaknya aku bisa menemanimu disini," ujar Kirana ditengah isak tangisnya, dirinya baru tahu dari suster yang baru saja Kirana temui dan mengatakan semuanya yang terjadi kepada Endrea.Mereka melewati malam dengan bercerita apa yang barusan terjadi kepada Endrea dan Adelard, Kirana sudah Endrea anggap seperti Kakak sendiri.Proses pemakaman Adelard berjalan dengan lancar, sampai jam tujuh pagi Endrea belum juga ber
"Aku tidak mabuk," bantah Kevin sebenarnya siapa wanita yang ada di depannya dan apa maunya Kevin menjadi penasaran dengan Endrea."Bajumu bau alkohol," ucap Endrea."Ah... sudahlah saya tidak punya waktu untuk meladeni anak kecil sepertimu," geram Kevin dengan mendorong tubuh mungil Endrea."Heh setidaknya kamu bisa lebih sopan," teriak Endrea sebelum Kevin masuk ke dalam mobilnya."Kenapa kamu mencampuri urusanku hah, apakah kamu cucunya?" tanya Kevin dengan sombong."Iya aku cucunya, memang kenapa?" tanya Endrea dengan nada menantang."Kalo begitu kamu harus ganti rugi," ketus Kevin."Ganti rugi." ucap Endrea mengulangi perkataan Kevin."Apa aku tidak salah mendengarnya. yang salah itu anda berkendara dengan keadaan mabuk seharusnya kamu yang meminta maaf, kalo tidak Aku bisa saja melaporkanmu ke pihak kepolisian," bisik Endrea ditelinga Kevin.Kevin yang merasa kalah berdebat
Part 5"Tunggu Aku gadis kecil, Aku akan membantumu mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan," gumam Kevin, sebelah bibirnya terangkat saat melihat foto Endrea yang tadi pagi dirinya Ambil.Pagi ini Endrea membantu Bibi Mun masak, sebenarnya Bibi Mun sudah menolaknya tapi Endrea bersikeras membantu."Endrea tolong antar ini ke meja makan ya, sebentar lagi Paman akan keluar," perintah Bibi Mun tangannya menunjuk ke mangkok yang berisi sup."Iya Bi," jawab Endrea kemudian melakukan apa yang seharusnya.Tidak lama kemudian Paman Dimas keluar dari kamar dan duduk dikursi."Endrea," panggil Paman Dimas."Iya Paman, ada apa?" tanya Endrea saat dirinya sudah kembali dari dapur, dan duduk dikursi yang ada disana."Tadi Tuan Kevin telepon ke Paman, dan meminta paman untuk mengantarkanmu ke rumahnya," jelas Paman Dimas."Apa... kenapa harus aku datang ke sana Paman?" tanya Endrea, dirinya masih belum m
Kevin dan Endrea berdiri di depan pintu kamar, Kevin mengambil kunci yang ada dilaci dan membuka kamar itu, mata Endrea langsung melotot melihat isi kamarnya. "Ini apa?" tanya Endrea yang melihat isi kamarnya penuh dengan perlengkapan wanita, ada ranjang king size warna abu ditengah ruangan ada juga televisi yang besar dan sofa. masuk ke dalam ruangan dibalik dinding televisi terletak lemari dengan berbagai perlengkapan wanita dari kepala sampai kaki semuanya ada, dan semua barang-barang bermerek. "Ini untukmu, karena Paman Arya mau membantumu jadi penampilanmu harus memukau saat bertemu dengannya nanti malam," jelas Kevil Lii.Endrea melihat isi kamar dengan tatapan kagum, meski dulu dirinya anak orang kaya tapi belum pernah merasakan fasilitas semewah ini. Triinng... Triingg...Ponsel Kevin berdering, nama Papanya terpampang dilayar depan dengan malas Kevin mengangkat sambungan teleponnya. "Halo... Pa," ucap Kev
Endrea," suara bariton memanggil namanya, Endrea memalingkan wajahnya ke arah suara."Ada apa Emue?" tanya Endrea kemudian berjalan ke arah Emue yang sedang berdiri disamping lemari sepatu yang terletak disamping pintu masuk.Lemari sepatu dilengkapi dengan pintu kaca jadi tidak perlu membukanya untuk melihat sepatu di dalamnya, dari sepatu sampai heals dari toko-toko bermerek semuanya ada disana."Ayo Endrea pilih terserah kamu mau pakai yang mana, aku mau lihat tas disana" ucap Emue kemudian dirinya pergi ke lemari tas dan meninggalkan Endrea disana.Endrea melihat ke arah Emue kemudian berpindah lagi ke tempat sepatu, mata Endrea langsung tertuju ke arah sepatu kats warna putih dengan merek terkenal Endrea membuka pintu lemari dan mengambil sepatu itu."Aku mau pakai yang ini saja Emue," ucap Endrea, Emue yang sedang berdiri di depan lemari tas langsung memalingkan wajahnya dan melihat ke arah sepatu yang