Share

PENYESALAN MANTAN SUAMI
PENYESALAN MANTAN SUAMI
Penulis: Leend Syahidah

Bab. 1 (Prolog)

"Tolong...!" Kirani berusaha berteriak, berharap mbok Sum bisa mendengarnya. Darah kental sudah mengalir deras di kedua pahanya. Ia pun sudah terkapar lemah di lantai putih, di dalam kamar besar suaminya, di rumah dua lantai itu.

Ingin ia raih gawai hitamnya di atas ranjang besar itu, namun pusing melanda saat ia berusaha berdiri, akhirnya Kirani jatuh lagi, bahkan kali ini langsung terbaring di lantai. Rasanya lebih tak bertenaga dari yang tadi.

Bahkan tangan kanannya sudah tak lagi menggenggam bukti-bukti transfer dan pembayaran hotel atas nama seseorang. Nama yang sama, dan sepertinya nama seorang wanita.

"Tolong, Mbok...!" Suara Kirani nyaris hilang, tertutup rasa nyeri dan kram di perut yang semakin menghebat juga rasa nyeri di ulung hati yang laksana goresan sembilu yang melukai.

Perih. 

Sudah lama Kirani mendengar kabar itu. selain dari gelagat suaminya yang semakin jarang pulang, bisikan dari beberapa kawannya, juga dengan firasatnya sendiri yang terasa begitu kuat.

Namun Kirani tak ingin percaya begitu saja sebelum melihat sendiri atau suaminya mengakui sendiri.

Namun hari ini, Danu Adiwilaga. Pria tinggi besar dengan rambut yang selalu dipangkas cepak, rupanya melakukan kesalahan yang beberapa bulan ini selalu berhati-hati ia lakukan. Tentu hati-hati, agar istrinya tak curiga juga karna, ia ingin menjaga perasaan wanita yang ia cintai ini.

Ia hanya ingin bermain-bermain sebentar, seperti beberapa kawannya di luar sana, namun sepertinya pria ini kebablasan. Hampir lima bulan bermain-bermain dengan orang yang sama, akhirnya malah menimbulkan rasa yang berbeda di hati keduanya.

Danu Adiwilaga, seorang manajer di salah satu kontraktor yang cukup terkenal di kota ini, sedang bermain api. Api kecil yang ia sangka akan cepat padam, namun pria berhidung bangir ini lupa, bila api adalah bahan utama dari iblis.

Kemarin ia terburu menuju apartemen yang ia sewa beberapa bulan ini. Bahkan kecupan sayang yang tak pernah alpa ia daratkan di kening Kirani, terlewat juga. Hanya karna satu pesan rindu yang masuk dari wanita yang sama. Wanita yang menghangatkan malam-malamnya jika sedang keluar kota, juga terkadang menghangatkan waktu istirahat siangnya yang ia curi-curi.

Bukan hanya kecupan yang terlupa namun juga bukti pembayaran hotel minggu lalu dan beberapa bukti transfer yang sengaja ia simpan di salah satu dompet khusus miliknya.

ia hanya berharap Kirani tak memeriksa celana kerjanya.

Namun firasat kuat wanita hamil ini malah mengantarkan jemarinya untuk memeriksa kain hitam yang tergantung di belakang pintu. 

Dan terpampanglah semua bukti-bukti yang Danu sembunyikan lima bulan ini. Kertas-kertas itu berhamburan di atas pembaringan yang tiga tahun ini menjadi saksi cinta antara Danu dan Kirani. Pembaringan yang tiga tahun ini menjadi saksi, bagaimana keduanya berjuang untuk mendapatkan penerus keturunan Danu Adiwilaga.

Kertas itu berhamburan bersamaan dengan luruhnya embun yang sedari tadi Kirani tahan . Rasa sesak yang menyebak di dada menandakan kesakitan yang datang bergumpal dengan tiba-tiba.

Rasa sakit yang akhirnya meluruhkan janin 2 bulan yang belum sempat Danu ketahui keberadaannya.

Kirani akan memberi surprise pada suaminya, esok bilang pulang ke rumah. Maka itu ia berniat membuat kamar mereka menjadi bersih dan menata ulang pembaringan mereka.

Namun aktifitasnya bersih-bersih tadi, malah memberinya satu kejutan yang mengantarkan rasa sakit luar biasa di relung hatinya yang lemah.

"Ya Allah, Bu!" Mbok Darmi membuka pintu kamar yang tak tertutup sempurna.

Melihat pemandangan di dalam kamar majikannya yang mengejutkan sekaligus menyedihkan, membuat wanita empat puluh tahun ini segera bertindak, mengikuti nalurinya sebagai seorang ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.  

__

Danu masih bergelung badai birahi bersama pasangan gelapnya, saat getaran di ponsel hitam itu mengalihkan pandangan netra hitamnya sesaat dari wajah berpeluh dibawah tubuhnya. Wajah yang begitu mendambanya. 

Terlihat nomor mbok Sum, asisten rumah tangganya yang sudah bekerja di rumahnya sejak hari pertama ia menikahi Kirani. Sebenarnya mbok Sum ini dulu bekerja di rumah ibunya, namun jarak rumah Danu dan alamat mbok Sum lebih dekat, beliau minta ijin untuk pindah di rumah anak majikannya ini.

Insting pria ini  mengatakan bila pasti ada yang penting dirumah, sebab tak biasanya asisten rumah tangganya, itu berani menelpon. Ingin rasanya jemarinya segera mengambil gawai hitam itu, ia khawatir dengan Kirani yang terlihat pucat wajahnya kemarin sore. 

Kemarin sore, rupanya semalam ia tak bisa pulang. Tak bisa pulang, juga tak sempat memberi kabar, pada wanita lemah lembut yang tiga tahun ini setia menunggunya di rumah.

Kirani.

Danu bergerak, ingin mengambil alat komunikasi itu, namun tangan kcekalan dari wanita yang sedang berusaha mengusap buliran peluh yang jatuh dari wajah tampannya.

Wanita ini cukup binal dan liar, hingga Danu kembali urung menyentuh ponsel itu. ia memilih kembali melanjutkan aktivitas intim itu, berkubang peluh dan dosa di apartemen yang khusus ia sewa untuk sekretaris salah satu rekan kerjanya.

Mereka melanjutkan permainan panas di pagi yang gerimis itu, bergerak liar, mengejar tepian hasrat yang tak halal di antara mereka. saling berlomba mencapai garis akhir, hingga keduanya terkapar lemah bersamaan dengan keputusan dokter untuk mengambil tindakan kuretase pada janin dalam kandungan Kirani.

__

Sudah cukup sore, saat netra tajam di bawah barisan alis tebal itu membuka. Ia coba meraba sisi pembaringan berseprei kuning gading, tempatnya memejam lelap setelah pergumulan panas itu selesai.

Tak ada siapapun. Lalu telinganya sayup, menangkap gemericik air dari dalam kamar mandi, menandakan wanita yang sedari malam memberinya limpahan birahi sedang membersihkan diri. Kemudian ia tersadar, segaris senyum terukir jelas di bibir penuhnya saat melihat ceceran pakaian dalam wanita itu juga pakaian pribadinya teronggok di lantai dan menjadi saksi bagaimana ganasnya permainan mereka dari semalam.

Rindu membara akibat tak bertemu dua minggu, membuat keduanya melampiaskan birahi mereka dengan cara yang cukup brutal. Senyum pria ini semakin melebar saat menyadari tubuh terjaganya hanya terbungkus selimut putih beraroma khas dari salah satu rumah laundry.

Kemudian ingatannya kembali terhempas, tiba-tiba terbayang wajah istrinya yang begitu setia, juga wajah pucat yang terakhir kali menatapnya kemarin di ambang pintu. 

“Astaga!” Pria ini tersadar, kalau kemarin lupa memberi kecupan sayang yang selalu ia berikan pada Kirani bila akan keluar rumah. Selalu ia lakukan saat istrinya itu mengantar dirinya ke depan pintu. 

Gegas ia bergerak mengambil gawai hitam miliknya. Mengecek panggilan berulang dari nomor mbok Sum tadi, hanya nomor mbok Sum. Tak ada nomor Kirani yang memanggil. Jantungnya tiba-tiba bertalu sedikit cepat.

Kemudian ia masuk ke perpesanan, tombol ponsel itu cepat ia tekan mencari kemungkinan kabar yang dikirim dari wanita paruh baya itu.

Dan ya, ada satu pesan masuk dari mbok Sum. Segera jemari besar-besar itu lincah membuka aplikasi pesan kemudian matanya cepat membaca barisan huruf yang mengabarkan kondisi istrinya yang sangat tak baik-baik saja.

Bukan hanya satu, namun dua pesan. Kedua pesan itu sukses membuat jantung Danu terasa berhenti. Detaknya melemah. Kelu sesaat. Seperti waktu yang kehilangan putarannya.

Namun…

“Ya Allah, apa yang terjadi.” Danu masih sempat menyebut nama Ilahi, sebelum dirinya terburu mengejar kabar yang ingin ia lihat.

Kirani pendarahan di kamar dan sekarang menjalani kuretase adalah kabar yang tak pernah terlintas di benak Danu sebelumnya. 

Gegas ia gunakan pakaiannya, meski tak sempat mandi. Kemudian segera berlari mengejar waktu, meninggalkan Herda-kekasih gelapnya-yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Bukan rumah sakit yang jadi tujuan utama Danu, namun rumah dua lantai, dimana kemarin ia meninggalkan istrinya tanpa berita. Kemungkinan terburuk jika Kirani mengetahui rahasia yang ia sembunyikan  selama ini, berusaha ia tepis dari pikirannya.

Namun…

Rasanya jantung pria ini ingin berhenti, netranya bahkan terbelalak melihat ceceran darah kental di lantai yang belum sempat mbok Sum bersihkan, juga...tebaran kertas-kertas kecil diatas ranjang dan dua bungkus lateks kontrasepsi yang tak pernah ia gunakan saat bersama Kirani.

Rasanya ingin luruh. Tungkainya bergetar, pikirannya panik. Bagaimana nanti dirinya menjelaskan pada Kirani tentang semua ini. 

Kembali ia pacu roda empat silver itu. warna mobil pilihan istrinya. Kali ini rumah sakit tujuannya. Ceceran darah tadi sungguh membuatnya takut setengah mati.

Gegas, bahkan sesekali ia mengumpat kemacetan yang menghalangi.

Rumah Sakit Ibu dan Anak ruang Asoka. Di depan sana, istrinya di rawat. Netra hitamnya telah memerah membaca diagnosa atas nama Kirani tadi. Keguguran. Benarkah Kirani hamil. Kabar bahagia yang ia nanti hampir tiga tahun ini, ia ketahui bersamaan dengan luruhnya kandungan itu. 

Gegas berlari, tak sabar ingin melihat wajah istrinya, ingin mengetahui keadaan wanita paling lemah lembut tutur katanya bila bersama dirinya, wanita yang tak pernah menolak untuk melayani dirinya secara paripurna. Apapun. 

Apapun yang Danu pinta, Kirani akan turuti, bila tak tahu, ia kan bertanya dengan wajah bersemu malu.

Bahkan wajah teduh itu bisa menghapus dalam sekejap saja, wajah mendamba Herda yang memuaskannya beberapa jam lalu.

Disini Danu sekarang. Ruang Asoka kamar 03. Ia buka perlahan pintu itu, segera ia memanggil sebutan sayang pada Kirani.

“Sayang…”

Namun…

Selain wajah Kirani yang terpejam nampak menahan sakit, ada dua wajah wanita lain yang nampak menoleh ke arahnya. 

Wajah kecewa mamanya dan wajah terluka ibu mertuanya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ali An
kalo di ahir kirani kembali sama danu, berarti, yg bikin cerita otaknya sempit,
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
danu anjing!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status