Share

Bab. 3

Perempuan ini selalu saja mencari cara agar keributan terus terjadi antara dirinya dan Danu. Lelaki beristri yang dulu ia pisahkan dari istrinya.

“Kalau iya, kenapa?” Danu mulai jengah. Ia tak menyangka bila perempuan yang nampak kalem dan polos dari luarnya tak lebih dari seekor ular berbisa yang menjebaknya di tahun ketiga pernikahannya saat bersama Kirani dulu.

“Bagus!, lakukan saja kalau berani, selingkuh saja kalau bisa. Dan akan kupastikan akan mencari siapa perempuan selingkuhanmu, Mas. Biar kuberi pelajaran agar jangan mengganggu suami orang. Perempuan gatal mana yang membuatmu sering terlambat pulang? Hah?”

Herda terus mencecar Danu dengan tuduhan-tuduhan yang membuat pria ini terbakar amarah. Marah, namun tak bisa melawan.

Tak ada kebahagiaan sama sekali yang dirasakan Danu dengan rumah tangga keduanya. Jangankan dilayani dengan baik, diberi kata-kata yang halus dan menentramkan hati saja sudah cukup. Namun tak ada sama sekali.

Mungkin Herda sedikit menghargainya di awal-awal pernikahan dulu. Namun seiring bujukan wanita itu mengganti kepemilikan nama rumah yang mereka tinggali, berubah jugalah perangai istri keduanya itu.

“Berani, kau lakukan itu. kupastikan kau yang akan keluar dari rumah ini!” desis Danu tajam. Ia sudah tak tahan dengan tingkah laku Herda yang semakin tak beradab. Cemburu tak beralasan. Meski di hati Danu memang ada satu nama yang tak bisa tergatikan, namun perempuan itu tak tahu bila namanya masih begitu merajai hati pria ini.

“Jadi, benar kamu selingkuh?” Herda masih dengan emosinya.

“Kalau benar, kenapa?” Danu menatap tajam dengan alis bertaut ketat, menandakan emosi pria ini hampir sampai di ubun-ubun.

“Kamu tega ya, Mas. Kamu lupa dengan anakmu yang kulahirkan susah payah. Kamu jahat. Kamu bukan ayah yang baik untuk Dinar!” Herda meraung. Kali ini diiringi air mata yang selalu ia jadikan senjata untuk meluluhkan hati Danu.

Dua tahun setelah pernikahan diam-diam Danu dan Herda, wanita ini melahirkan seorang anak perempuan. Anak perempuan yang cukup manis, namun sayangnya, wajahnya sama sekali tak ada miripnya dengan Danu.

“Aku, memang bukan ayah yang baik, bahkan bukan suami yang baik. Karna dulu aku tega, membuang istriku yang begitu patuh dan menghargaiku demi seorang wanita yang hanya menginginkan hartaku saja. Aku juga bukan ayah yang baik bagi Dinar, karna…” Danu berhenti sejenak, ia amati dengan lamat wajah Herda yang nampak mulai panik. Mungkin ia tak menyangka, bila hari ini Danu akan melawan kata-katanya yang cukup pedas di telinga.

“Karna apa, Mas?” Herda tak tahan menunggu, apa yang akan dikatakan suaminya.

“Karna… aku bukanlah ayah dari anakmu itu!”

Laksana petir di siang bolong. Apa yang Herda dengar hari ini dari mulut Danu, adalah rahasia yang ia jaga begitu rapat. Rahasia yang tak boleh ada satu orang pun yang mengetahui, kecuali pria yang menanam benih di rahimnya enam tahun yang lalu.

Seketika, Herda terdiam. Malu, tentu saja. Namun dia masih berusaha tenang, berusaha mencari cara agar suaminya kembali takluk, walau kali ini akan terasa sulit.

“Jangan cari, aku. Malam ini aku akan tidur di rumah orang tuaku!” Danu melangkah kearah pintu. Belum sempat masuk ke kamar, pria ini kembali melangkah keluar. Moodnya benar-benar kacau hari ini.

Perasaannya yang sudah kacau melihat Kirani tadi ditambah dengan sambutan hangat yang diberikan istrinya, membuat Danu sebaiknya menyingkir sementara ke rumah ibunya, malam ini.

“Ayah…” suara bocah mungil dengan mata sipit itu terdengar berlari mengejar Danu. “Ayah, mau kemana, kapan beli es cream untuk Dinar?” tangan itu melambai kemudian menarik-narik ujung kemeja kerja yang Danu yang sudah kusut.

Sejenak Danu menarik nafas, meski sedang marah, namun ia berusaha menahan diri. Jangan sampai kemarahannya dilihat oleh anak yang tak berdosa ini.

“Dinar, sama ibu dulu, ya. Ayah mau ke rumah nenek.” Dengan terpaksa Danu melepaskan cekalan tangan anak itu dari bajunya. Bahkan sekadar menggendong sebentar pun, sudah tak Danu lakukan. Entah, anak ini memang tak bersalah, namun Danu tetap kecewa.

Sementara Herda yang melihat respon dingin Danu pada putrinya, semakin merasa takut. Jangan sampai Danu nekat menyebarkan aib yang selama ini ia sembunyi rapat-rapat.

__

“Ran, ini udah kedua kalinya aku kasi tahu, kamu. Cobalah buka hatimu. Masa, sendiri terus, Sih.” Fatma yang sudah berkeringat sebesar biji jagung, kembali membujuk Kirani, untuk menerima perjodohan yang gencar ia usahakan antara Kirani dan ayahnya Sofia.

“Duh, makan dulu aja, jangan bahas yang lain dulu. Laper ini.” Kirani kembali berkilah. Keduanya sedang duduk di warung bakso yang tak jauh dari pasar. Meski ke pasar sudah cukup sore, namun panas dan lelah tetap dirasa. Keduanya tadi berkeliling pasar mencari kain brokat untuk dijadikan kebaya. Insya Allah, dua minggu lagi adalah pernikahan Fatma. Ini juga pernikahan kedua Fatma. Tiga tahun yang lalu suaminya menceraikan dirinya karna dianggap tak bisa hamil.

Kisah kedua sahabat ini hampir mirip, hanya beda di reaksi mertua saja. Bila mantan mertua Kirani dulu sangat tak setuju Kirani dan Danu berpisah, maka mantan mertua Fatma, justru mendukung perselingkuhan putranya dengan seorang wanita pengusaha salon kecantikan.

Fatma dan Kirani, sama-sama single, dan keduanya juga belum dikarunia anak.

“Ih, kamu nih, nolak melulu. Trauma apa gimana sih, bunda Kirani ini.” celutuk Fatma merasa gemas dengan kawannya ini.

“Haus, Fat. Pesan minum dulu, lah,” kembali Kirani mengelak.

“Aku es jeruk peras, deh,” pinta Fatma sambil menghapus keringatnya yang jatuh-jatuh.

“Sama, aku juga. Panas benget hari ini.”

“Kayanya mau hujan sebentar malam,” Fatma menimpali. Kemudian wanita ini memesan dua mangkok bakso dan dua gelas es jeruk peras.

“Biar hujan dulu, panas betul hari ini.”

Cuaca memang sedang tak menentu akhir-akhir ini. bila siang hari, cuaca akan terasa sangat panas, namun bila malam, biasanya habis isya, hujan akan turun dengan derasnya.

Lalu keduanya segera menyeruput minuman masing-masing, saat seorang pelayan sudah selesai mengantar pesanan mereka.

Namun baru dua suapan kuah bakso yang masuk ke tenggorokan Kirani, tiba-tiba pandangannya tertuju pada pria yang cukup ia kenal, jalan bergandengan tangan dengan seorang wanita bergaun pendek. Kedua pasangan itu juga memasuki warung tempat Kirani dan Fatma makan.

Lalu Pria itu juga nampak terkejut, saat melihat Kirani sedang duduk bersama seorang perempuan yang sedang duduk membelakangi pintu masuk.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si kirani menunggu mantan suaminya yg penjahat kelamin. belum nisa move on dg alasan trauma
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status