Telak!
Beberapa kalimat dari Nicky berhasil menghujam tepat di dada Fiolina. Namun, Fiolina tak memiliki waktu untuk bersedih. Terlalu banyak hal yang harus dia lakukan sekarang.
Siapapun yang ingin pergi darinya, dia akan biarkan mereka pergi."Baiklah. Selamat tinggal kalau begitu!" Tanpa menunggu balasan, Fiolina meninggalkan mantan temannya itu.
Dengan tegar, Fiolina keluar dari kantor yang berisi banyak orang munafik itu.Sayangnya, begitu tiba di parkiran, jantung Fiolina mendadak seperti jatuh ke perut.Mobilnya nyaris tak terlihat karena tertutupi coretan cat yang dibuat entah oleh siapa![ MATI LO, PELAC*R MURAHAN ][ BIT*H ][ THE HYPOCRITE FICHOW ][ JALA*G ][ LON*E ]Sederet kata yang berhasil dia baca tertulis di badan mobilnya. Bahkan, warna silver mobilnya tidak terlihat lagi.Fiolina tak mau repot-repot memeriksa cctv. Terlalu banyak musuhnya di perusahaan ini.Segera, Fiolina menuju mobil dan mengunci dirinya di sana.Perempuan itu lalu menangis sejadi-jadinya. Air mata yang sedari tadi dia tahan untuk tidak menetes, akhirnya tumpah juga. Tangannya bergetar entah karena marah dan kecewa.Dia tak menyangka dirinya akan berada pada titik ini.Sebulan yang lalu dia masih model terkenal yang dicintai banyak orang. Orang tuanya kaya dan karirnya cemerlang–hidupnya sempurna!Kini, semua itu telah dirampas dengan kejam secara tiba-tiba.Dddrrtt!Getar ponsel berhasil menjeda isak tangis Fiolina. Tampak, Fransisca–sang adik–meneleponnya."Ya, Sisca?" jawab Fiolina berusaha menormalkan suaranya. Jangan sampai, sang adik tahu dia baru saja menangis."Kak Fio di mana? Bisa jemput aku di sekolah?" Fransisca bicara sambil terisak.Hati Fiolina sontak mencelos mendengar tangis tak biasa dari sang adik."Kakak masih di kantor. Kamu kenapa nangis?""Aku gak tahan sekolah di sini. Aku mau berhenti aja." Sontak, Fiolina terkejut mendengar ucapan adiknya. "Oke jelasin pelan-pelan. Apa yang terjadi?""Aku gak tahan di-bully terus, Kak. Semenjak Papa bangkrut, temen-temenku di sekolah pada bully aku. Aku capek, aku gak tahan."Seperti ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya, Fiolina tak menyangka bahwa hal yang sama menimpa adik kesayangannya."Kakak gak bisa jemput kamu sekarang. Tapi, kamu tunggu, ya? Aku bakal minta Dave jemput kamu. Nanti kita bicara lagi di rumah. Okay dear?""Okay."Setelah menutup telepon, Fiolina segera meminta David menjemput adiknya.Lama, Fiolina terdiam dan mengencangkan tangannya di kemudi.Banyak yang harus diselesaikan saat ini.Fiolina harus menemukan siapa orang di balik politik kotor yang menjatuhkan perusahaan Papanya.Dia juga harus tahu siapa yang telah menyebarkan skandal fitnah mengenai dirinya.Dia harus mengembalikan kehidupan adiknya seperti semula.Karirnya harus diperbaiki.Dan untuk itu, mungkin kali ini, dia harus melakukan pengorbanan.Nama satu orang terlintas di kepalanya! Fiolina pun menghubungi pria itu.
Setelahnya, tanpa ragu, Fiolina mengemudikan mobilnya menuju tempat yang dia pikir akan menjadi solusi dari semua masalahnya******Setelah 45 menit berkendara, Fiolina tiba di sebuah gedung apartemen mewah di tengah Kota Jakarta.Dengan cepat, dia melangkah ke unit nomor 1125 dan langsung menekan bel.
Fiolina tampak meremas bajunya–gugup. Namun, dia tahu dia tak bisa kembali setelah ini."Wow, 45 menit dari kantor agency ke sini. Ngebut?" Tampak seorang lelaki tampan berusia awal 30-an membuka pintu. Mata hitamnya memandang dalam Fiolina.Namun, Fiolina tidak menanggapinya sama sekali. Sebaliknya, dia langsung melewati lelaki itu dan masuk ke ruang tamu apartemen."Itu gak penting, ayo bicara."Melihat itu, lelaki tampan itu tersenyum miring. "Oke, kamu mau minum panas atau di–"Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapannya, Fiolina langsung memotong kembali, "--Gak perlu. Langsung bicara aja."Fiolina tampak menolak basa-basi. Dia jelas datang bukan untuk menikmati minuman, tetapi membuat sebuah kesepakatan."Okay, ada apa?" Lelaki itu pun duduk di sofa dan dengan isyarat tangannya mempersilahkan Fiolina duduk di hadapannya."Ayo kita menikah," ujar Fiolina langsung ke pokok bahasannya."Well, ulangi?" Senyum mengembang tampak di wajah tampannya seketika.Melihat itu, Fiolina sontak mengepalkan tangannya, menahan amarah.
"Julio Aksara Young, aku bersedia kamu nikahi. Tapi, kamu harus memberikan uang dua triliun untuk perusahaan Papaku."
"Oke, bukan masalah besar!" Seolah uang dua triliyun bukanlah nilai yang fantastis, Julio dengan enteng menyanggupi permintaan Fiolina. Deg!Fiolina terkejut mendengar ucapan Julio.Memang, Fiolina datang kepada orang yang tepat. Keluarga Young memiliki kerajaan bisnis terbesar di negara ini. Bahkan, termasuk 10 besar di ASEAN. Uang itu tidaklah berarti apa-apa untuk mereka. Bulan lalu, Julio bahkan melamarnya dengan menawarkan uang sebesar dua triliyun untuk membantu perusahaan keluarga Chow yang sedang butuh dana. Namun, Fiolina menolak dan meninggalkan Julio tanpa memandang lelaki itu karena satu dan lain hal."Tapi, aku ingin membuat perjanjian pra nikah," cicit Fiolina. "Hmm?" Julio menaikkan alisnya. Namun, pria itu segera menormalkan raut wajahnya dan menanti ucapan Fiolina selanjutnya. "Pernikahan kita akan melalui percobaan selama 100 hari. Setelah 100 hari, kita akan berunding kembali untuk melanjutkan atau mengakhiri pernikahan kita." "Oke." Fiolina tampak terkejut d
"Kalau kamu gak mau pakai kenapa kamu bawa di dalam kopermu? Udah pakai aja gak usah jaim." Julio menyaut santai.Fiolina sontak curiga pada sang suami. "Hah? Gak usah ngarang, deh. Aku gak pernah bawa baju ini. Ini bukan bajuku. Pasti kamu kan yang siapin baju ini?" "Terserahlah. Aku gak pernah nyiapin baju begituan. Dan, yang kayak gitu ada banyak di koper kamu, cek aja sendiri."Julio melenggang pergi lalu bersantai di atas tempat tidur, tak ingin mengambil pusing.Fiolina tertegun, benarkah begitu? Seketika Fiolina menepuk jidatnya. Mamanya adalah orang yang menyiapkan koper itu untuknya. Pasti, mamanya juga yang telah meletakkan lingerie seksi di dalamnya!"Mendingan, kamu buruan pake itu atau kamu lebih memilih keluar dari kamar mandi gak pakai apa-apa?!" "Bisa gak kamu ambilkan aku baju lain yang agak tertutup?" cicit Fiolana memelas. "No. Males." Ucapan singkat Julio membuat Fiolina menghela nafas. Tak ada pilihan lain, dia akan mengenakan lingerie ini dulu lalu keluar men
Fiolina mengangguk tak lama setelahnya.Mereka bertiga lalu berjalan bersama menuju meja makan.Di sana, terlihat sudah banyak keluarga lain yang menunggu."Julio sayang ... cucu oma udah balik!" Kali ini seorang wanita tua merentangkan tangan untuk merangkul Julio.Setelah memeluk cucunya, wanita itu menatap Fiolina dan dengan sinis berkata, "Ini wanita murahan yang kamu beli dengan harga mahal?"Seorang wanita muda di ujung meja bahkan terlihat menahan tawa saat mendengar ucapan oma."Iya Oma. Namanya Fiolina," jawab Julio.Fiolina mengepalkan tangannya kecewa karena Julio seolah menyetujui ucapan omanya tanpa memberi pembelaan padanya sedikit pun. "Hai Oma, saya Fiolina, saya--" "--Ayo mulai makan, Julio sudah datang!" Oma memutus ucapan Fiolina, sengaja mengacuhkannya. Fiolina sontak menghela napas. Enam anggota keluarga lain yang duduk mengelilingi meja makan tak ada yang peduli padanya. Sedangkan Ferdinan, memandang Fiolina dengan tatapan iba. Fiolina bisa merasakan bahwa s
Julio melemparkan senyum liciknya lalu beranjak pergi.Fiolina baru berhasil mencerna ucapan Julio tersebut. Dia baru sadar bahwa ponselnya tidak ada.Seketika dia mengejar Julio yang ternyata sudah keluar dari rumah dengan mengendarai mobilnya.Fiolina merasa putus asa. Sekarang dia seperti berada di kandang para macan yang kelaparan. Semua macan ingin menyantap dirinya. Apa yang harus dia lakukan"Tenang, Fio. Semua demi keluargamu," lirih Fiolina pedih lalu memikirkan jalan keluar sampai akhirnya tertidur kembali.*****BYURRR!!! Seember penuh air menyiram kepala Fiolina yang sedang tertidur pulas. Gelagapan, Fiolina tersentak bangun akibat rasa dingin yang tiba - tiba menyerangnya. "Kamu mau jadi tuan puteri siang begini belum bangun, hah?" "Kamu siapa? Kenapa kamu siram saya?"Wanita itu tersenyum mengejek, "Saya Nirmala, saya adalah kepala pelayan di sini. Cepet bangun! Siap-siap sana! Jam 5 saya tunggu di ruang sebelah dapur. Jangan lupa pakai seragam yang rapi!"Dengan engg
Fiolina kini merasa sangat lelah. Dia tidak pernah mengerjakan begitu banyak pekerjaan rumah tangga seperti hari ini sebelumnya. Namun, ada sedikit kebanggan dalam diri karena dia sudah menyelesaikan tugas mencuci dan menyetrika. Dia bahkan sudah membersihkan sebagian besar lantai bawah. Sayangnya, masih ada dua lantai lagi yang harus dibersihkan. Fio menghela nafas lelah. Dia hanya ingin beristirahat sejenak.Tapi, baru saja dia ingin duduk, Fiolina mendapati dua orang pelayan sedang menggosipkan dirinya di belakangnya."Si pelayan baru yang tugasnya se-abrek itu, gayanya kayak artis banget. Cantik, tapi kok jadi pelayan, ya?" ujar salah satu pelayan. "Eh? Kamu gak tahu? Dia itu kan istri Pak Julio. Anak kandung Pak Ferdinan yang baru datang itu." "Hah? Istri Pak Julio? Kok jadi pelayan gimana ceritanya?" "Ck! Kamu emang suka ketinggalan gosip. Dia itu jual diri ke Pak Julio. Ya, kayaknya Pak Julio gak cinta. Keluarga sini juga gak ada yang suka sama dia makanya dia dijadikan pe
Butuh tenaga ekstra untuk membawa barang-barang itu ke pembakaran sampah.Meski ragu, Fiolina memasukkan benda-benda itu ke tong pembakaran sampah. Asap yang mengepul mulai terlihat.Saat sudah separuh jalan, tiba-tiba terdengar lengkingan suara dari belakang punggungnya. "AAHH! FIOLINA! APA YANG KAMU LAKUKAN?" Suara Rossi yang panik membuat Fiolina bingung. Bukankah perempuan itu yang menyuruhnya?"Apa maksudmu? Aku membakar barang-barang ini sesuai deng--" "Ada apa Ross?" Oma datang dengan sedikit panik setelah mendengar teriakan Rossi.Selain Oma, ada Papa dan Mama Rossi yang juga tiba dengan sama paniknya--mengira anak mereka dalam bahaya. "Itu Oma! Fiolina bakar barang peninggalan Opa.""Apa?" Oma segera menengok ke tong pembakar sampah. Saat dia melihat barang-barang yang sangat dia kenal, dia berteriak dengan histeris. Fiolina dengan sekejap tahu apa yang terjadi. Rupanya, Rossi telah menjebaknya! Sekarang dia telah merusak barang yang berharga bagi Oma. Benda-benda yang
"Julio!" teriak Ferdinan saat memasuki ruang kerja Julio yang berada di lantai tiga kediaman keluarga Young. Julio menatap ayah kandungnya itu dengan malas. "Ada apa? Ini sudah malam.""Cepat bujuk Oma kamu untuk mengeluarkan Fiolina! Ini sudah hampir dua malam dia terkurung di ruang bawah tanah. Papa sudah berkali - kali bicara dengannya tapi Oma kamu masih bersikap keras." "Papa benar. Sikap Oma memang keras. Gak ada yang bisa bujuk dia. Termasuk, aku." "Berusahalah dulu!""Buat apa aku berusaha? Cuma akan buang-buang waktu.""Buat apa? Fiolina itu istri kamu!" "Lalu?" "Lalu? Istri kamu dikurung di ruang bawah tanah yang kotor, gelap dan dingin. Kamu gak ingin mengeluarkan dia?" Ferdinan sontak memijit kepala pening memikirkan nasib pernikahan putranya ini."Biarin dia dapat pelajarannya. Lagi pula, itu akibat ulahnya sendiri membakar barang peninggalan Opa." "Itu pasti ulah Rossi yang menjebaknya Julio." Ferdinan kembali berusaha membujuk anaknya. Sayang, Julio justru mengge
"Julio?!" tanya Fiolina dalam hatinya. Sekuat tenaga, dia berusaha mencari sosok suaminya lewat netra mata."Rey! Beraninya kamu berbuat sehina ini!" teriak seorang lelaki yang berhasil mendobrak masuk. Fiolina mengenali suara itu. Dia salah. Ternyata, bukan Julio yang datang, melainkan papa mertuanya. Ada sedikit kekecewaan di hati, namun Fiolina menahannya. Setidaknya ... dia bisa diselamatkan dari predator ini.Sementara itu, Rey tampak syok dengan kedatangan Ferdinan secara tiba-tiba. Tubuhnya seketika mematung. Namun, Ferdinan dengan sigap menariknya menjauh dari Fiolina. "O--Om?" gugup Rey. Plak!Ferdinan menampar keponakannya dengan marah. "Keterlaluan kamu!" Dengan gemetar, Fiolina menyaksikan itu semua. Segera, perempuan itu membuka sumpalan mulutnya. Ingin dia berteriak, tetapi tak kuasa.Terlebih, dia melihat Ferdinan dengan membabi buta memukuli keponakannya sendiri. "Tunggu Om! Berhenti! Om salah sangka!" ucap Rey semakin panik.BUKK! Sayangnya, Ferdinan tidak ped