Share

Status

"Wah sekarang sampean sudah beristri ya, Gus, istrimu pasti anak Kiyai atau Ustadzah!" Goda salah satu temannya bernama Ferdi.

Begitulah Ferdi selalu banyak bertanya saat Hazmi berada di Pondok pesantren. Dia yang paling mengetahui seluk-beluk cerita status Hazmi.

Hazmi menahan napasnya sejenak. "Ya, maunya sih gitu, tapi tidak sesuai dengan kenyataan!" ucap Hazmi sambil menelan salivina.

"Eh ... tunggu, emang ada yang salah ya Gus?" Ferdi mengerutkan dahi tidak mengerti.

"Iya, betul!" Hazmi tertawa hambar.

"Nuwun sewu ... Gus, saya kira ucapan saya tidak menyinggung perasaan sampean ini!" Ferdi menundukkan kepala merasa sangat salah dengan ucapannya.

"Yoweslah, jangan dibahas lagi!" cicitnya dengan wajah melemas.

"Bukankah sampean ini punya hubungan sama Ning Amanda, berarti istrinya pasti Ning Amanda yang super duber ayu dan molek itu 'kan?" Kembali Ferdi bertanya padahal barusan sudah diperingatkan jangan membahas hal itu, tapi rasa penasaran selalu membuatnya kalah.

Hazmi menatap temannya itu dengan lekat.

"Tidak, saya menikahi sepupu sendiri karena merasa sangat kasihan dengan keadaannya, dia sangat malang sekali!" terang Hazmi membuat mata Ferdi membola.

"Jadi Ning Amanda sampean tinggalkan?" tanyanya menganga dengan ekspresi wajah terkejut.

"Tidak, aku tidak akan meninggalkan Ning Amanda, karena dia pantas bersanding dengan saya!" 

"Ah ... sudah saya kira itu Gus!"

Hazmi tersenyum licik, apalagi ditambah dukungan temannya membuat dirinya terbang mengangkasa. 

"Mmm ... apa Ning Amanda tau, bahwa Gus telah menikah?" Kembali Ferdi bertanya sambil memegangi tengkuknya.

"Tidak, dia tidak perlu tahu tentang itu atau sesuatu yang menganggu pikirannya, aku tidak mau melihat ning Amanda terluka!" Hazmi melihat sekilas dengan tatapan penuh arti pada lawan bicaranya itu.

"Kasihan sekali sepupumu itu Gus!"

"Dia sudah terbiasa akan rasa sakit, jadi jangan khawatir!"

"Apakah sampean tidak merasa kasihan?"

"Saya hanya mengagap dia sepupu, saya juga akan berusaha mencintainya sebagaimana sepupu bukan sebagai istri!" tegasnya dengan kedua tangan mengepal kuat.

"Yoweslah Gus, lupakan saja!" Ferdi terdiam sejenak, selanjutnya mengganguk paham.

*****

Hazmi melebarkan setiap langkahnya saat dipanggil oleh Abah Guru lebih tepat pemilik pondok pesantren. Suara siulan dari santriwati terdengar bersahutan saat Gus muda itu melintas di Dalem pondok santriwati.

"Gus ... Ning Amanda nanyain? Katanya rindu berat!" teriaknya.

"Gus tampan banget sih!"

Suara santriwati menggelegar kan semua penjuru Pondok pesantren. Santriwati yang kecentilan membuat Hazmi besar kepala jika dalam istilah 'Sombong!' Pemuda berkoko putih dan sarung corak itu hanya menebar senyumannya.

"Aku diabetes saat melihat Mas Gus ini tersenyum!" 

Santriwati berdesakan saat Gus tampan itu melintas dihadapan mereka.

"Assalamualaikum!" Pemuda itu celingukan melihat kearah pintu rumah yang terbuka lebar.

"Waalaikumsalam, masuk Gus," titah Abah guru dengan tersenyum tampak beliau duduk di kursi kayunya.

"Gus Hazmi?"

"Dalem Abah guru!"

"Sudah bilang sampean pergi kesini pada kedua orangtua?" 

"Ngeh, Abah!" 

"Alhamdulillah kalo begitu, Abah mau menyuruh sampean hari ini, untuk mengantar Abah ke majelis Muttaqin Lebak, ada jadwal ceramah disana!" ucapnya laki-laki tua itu dengan keriput yang sudah memenuhi setiap kulitnya. 

"Ngeh Abah, saya bersedia mengantar Abah!"

Hazmi mengambil kunci mobil yang tergelak di meja yang berada dihadapannya itu. Sikap Hazmi sangat terpandang ramah dan sopan di Pondok Pesantren banyak orang menyukainya 'tak terkecuali ning Amanda putri dari Abah guru. 

*****

"Sampean dua hari ini kemana, Abah tidak melihat sampean mengajar dipondok!" Suara sumbang milik laki-laki tua itu berhasil membuat Hazmi terkejut.

"Ini ... Abah ... anu ---!" ucapnya terbata-bata sangat terjamah sekali bahwa dia sedang berbohong.

Abah Guru hanya tertawa kecil melihat murid kesayangannya itu saat terbata-bata mengucapkan perkalimat nya, Hazmi yang sudah diangkat menjadi Gus karena hafalan-hafalanya mengalahkan semua santriwan di pondoknya. Menjadi orang paling di percaya untuk mengajar dan dalam segala hal juga.

"Terbata-bata sampean ini,  ada apa toh?" tanyanya kembali.

"Tidak apa Abah Guru." Dengan cepat Hazmi berkata dengan segera mengusap mukanya lembut, agar sedikit tersadar dengan sikap yang mencurigakannya.

'Aku tidak mau Abah guru mengetahui seluk beluk, bahwa dua hari ini aku tidak bolos melainkan harus menikahi si Hana itu, jika tidak malang nasibnya ora mau menikah sama dia, aku hanya ingin tetap dengan ning Amanda orang yang selama ini didambakan.' gumamnya dalam hati terus berceloteh.

"Sampean ini ditanya malah diem, ngelamun dari tadi, sampean ngelamun putri Abah?" ujarnya menebak.

Hazmi mengaruk kepalanya dengan sebelah tangan. "Ngeh Abah, maafin saya lancang memikirkan putri Abah!" 

"Kapan kau akan meminang Ning Amanda?" 

Pertanyaan itu berhasil Hazmi merah malu bingung campur aduk. Takdirnya berada di dua garis. Hazmi melirik sekilas pada Abah guru.

"Dasar anak muda jaman sekarang, tenang aja toh Abah hanya bergurau melihat raut wajah sampean seperti ketakutan." Tawanya seketika pecah.

Hazmi ikut tertawa kecil untuk menutupi rasa cangungnya. 

"Abah ... tunggu kamu satu tahun lagi untuk melamar Ning Amanda!" Peringatan Abah guru sepertinya sedang serius, sorbannya yang berwarna merah tua itu, seketika di naikan keatas bahu, kemudian melirik Hazmi penuh dengan kepercayaan.

"Ahhh ... iya, Abah guru jangan khawatir!" 

Tiap perkataan Hazmi melebarkan setiap kebohongan yang dibuatnya. 

'Aku ada waktu untuk menceraikan Hana di satu tahun ini!' bathinnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status