Share

My husband my cousin
My husband my cousin
Penulis: Alya_03603

Duka untuk Hana

Tinggal satu Minggu lagi, pernikahan seorang gadis bernama Hana akan berlangsung dengan seorang pengusaha muda bernama Arman.

Hana gadis cantik dan salehah, tidak jarang banyak orang menyukai Hana, apalagi dikalangan kaum Adam. Undangan sudah menyebar pada kerabat dan teman-temannya.

"Cieeee ... calon pengantin baru," goda Aisyah teman sejak kecilnya itu.

Hana hanya mesem malu. "Aisyah juga calon pengantin kok," ujarnya sambil tersenyum.

"Hahaha ... iya nungguin calonnya yang datang."

Hingga keduanya tertawa hangat.

Hana berdiri dari sofa ruang tamu itu, bergegas mengambil kertas berukuran persegi panjang diatas nakas kecil.

"Aisyah, undangan ini tolong sebarin ya, buat santriwati dipondok, aku lupa memberikannya," titahnya dengan menyodorkan beberapa kertas yang bertulisan acara pernikahan.

"Baik bos." Dengan tangan yang terangkat tepat posisi hormat.

Sesekali Aisyah meneguk jus alpukat yang disuguhkan oleh Hana sejak tadi.

"Hana, aku pulang dulu ya, sekalian sebarin ini undangan takut keburu basi lagi," ucapnya sambil berpamitan.

"Assalamualaikum ... Dadah penganti baru," ujarnya menggoda Hana dengan kedipan mata.

"Waalaikumsalam," sahut Hana dengan bibir yang merekah tersenyum tidak pernah layu.

"Hana ...?" panggil sang Ibu bernama Sumi itu.

"Iya, bu," sahut Hana cepat.

Sumi berjalan terburu-buru menghampiri putrinya itu, membawa benda pipih digenggamnya. "Hana ... ponselmu berdering sejak tadi, Arman menelponmu, tapi Ibu gak berani mengangkatnya." Segera Sumi memberikan benda pipih itu pada sang pemilik.

"Iya, Bu makasih."

Sumi kembali meninggalkan Hana sendiri, hanya karena takut menganggu obrolan putrinya dengan calon menantu.

Hana menggeser kan tombol menerima panggilan. "Assalamualaikum," ucap Hana lembut.

"Waalaikumsalam," sahut Arman diseberang sana.

"Ada apa mas?" tanpa basa-basi Hana langsung bertanya pada sang empu.

"Dek, kata ibu bahan-bahan buat hidangan tamu pernikahan kita, masih kurang banyak jadi, nanti aku kesana ngaterin semua kekurangannya!" jelasnya terdengar helaan nafas lembutnya.

"Gak usah, biar Hana aja yang beli kekurangannya dipasar terdekat." Hana berusaha menolak karena tidak ingin memberatkan pihak laki-laki, sebenarnya Hana menginginkan pernikahannya sederhana saja, tapi keluarga Arman menolak semua itu, karena baginya pesta pernikahan itu sangat wajib apalagi dikalangan orang kaya.

"Gapapa dek, semua itu tanggung jawab laki-laki, nanti aku kesana pukul 13.00, udah dulu ya, assalamualaikum!" 

"Yaudah ... waalaikumsalam," jawabnya Hana, tidak bisa mencegah calon suaminya itu.

Tidak terasa waktu begitu cepat. Jam menunjukkan pukul 15.30, seharusnya Arman sudah datang kerumah Hana, tapi batang hidungnya belumnya juga terlihat. 

"Hana, Arman belum datang juga?" tanya Sumi saat tidak sengaja melihat putrinya didepan teras rumah sendiri.

"Iya, Bu belum datang ... Hana cemas," ujarnya langkahnya mondar-mandir tidak tau arah.

"Ibu mau masuk rumah dulu, kamu coba telpon  Arman aja!" kata Sumi sambil membuka pintu dan masuk kedalam rumah.

Hana hanya menggangukkan kepalanya pelan.

Segera Hana menekan panggilan keluar.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif." Begitulah suara yang terdengar dari ponsel miliknya.

Hana duduk di kursi plastik yang ada di teras nya berwarna hijau muda, menyenderkan sedikit kepalanya. Lalu membuka WhatsApp aplikasi sejuta umat itu.

Lima pesan dari nomor yang tidak dikenal, tanpa menggunakan Poto profil, Hana mengerutkan keningnya. Begitu, terbelalak mata Hana saat melihat isi pesan empat foto orang yang dia Kenal betul dan Hana sayangi, terlihat bersimbah darah dibaju kemeja putihnya.

Buru-buru Hana masuk ke dalam rumah, sebelum air matanya tumpah ruah dan orang lain melihat.

Kabar kecelakaan beruntun dijalan raya lalu lintas menuju rumah Hana, Arman menjadi korban dan meninggal dunia, berita itu diterima langsung oleh Hana lewat media sosial tangannya bergetar, air matanya turun sangat deras, bibirnya mengatup tubuhnya seketika lemas tidak berdaya.

"Hana kenapa Nak?" tanya Sumi saat mendengar tangisan.

Hanya gelengan kepala sebagai respon, rasanya berat jika Hana langsung menjelaskan nya.

Dengan sigapnya Sumi mengambil ponsel yang berada disamping Hana membuka layar  ponsel, matanya membola saat melihat foto-foto yang mengerikan dan pesan yang begitu singkat namun, sangat menyayat hati putri sulungnya.

Segera Sumi memeluk Hana dengan erat sebagai kekuatan. Hanya sebuah isakan dan tangis yang terdengar, nafasnya seakan tersengal-sengal.

"Ibu ... Hana harus bagaimana!" lirihnya pandangannya hanya menunduk.

"Hana yang kuat sayang, ini sudah takdir dari sang maha kuasa, pasti Hana bisa menerimanya dengan lapang dada," timpal Sumi sambil mengusap bagian punggungnya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
JOAN FESTEJO
English language
goodnovel comment avatar
Alya_03603
Halo ini cerita pertama ku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status