Share

Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya
Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya
Penulis: Rindu_Mentari

Bab 1

"Apa ini, Mira?" tanya Alan sambil menunjuk selembar kertas yang ada di meja kerjanya.

Mira yang berdiri di depan meja kerja Alan menyodorkan selembar kertas yang dibungkus sebuah map berwarna biru terang, Ia meletakkannya di atas meja kerja Alan dan langsung menyodorkannya ke hadapan Alan.

"Kamu bisa melihat dan membacanya sendiri, Mas," ucap Mira.

Alan membuka dan membaca isi surat itu, lalu ia meletakkannya kembali di atas meja dengan cara dibanting.

"Apa maksud semua ini, Mira?!" sentak Alan.

"Kamu sudah melihat dan membacanya bukan?! Cepat tanda tangani suratnya!" perintah Mira tak kalah sengit, ia juga membentak Alan kesal.

"Aku tidak akan menceraikanmu sampai kapan pun!" bentak Alan.

"KAMU EGOIS, MAS! KAMU TELAH MEMPERMAINKAN PERASAANKU! ASAL KAMU TAHU MAS, HATIKU KINI TELAH HANCUR BERKEPING-KEPING, HANCUR TAK BERBENTUK DAN SEKARANG KAMU MELUKAIKU DENGAN MENANCAPKAN BERIBU ANAK PANAH DAN KEMUDIAN MENCABIK-CABIKNYA, MEROBEK SETIAP RELUNG HATIKU HINGGA TAK MAMPU LAGI UNTUK DISATUKAN KEMBALI," teriak Mira.

"Rasa sakit ini tak berdarah Mas, tapi mampu membuatku menangis tanpa suara setiap malamnya. Aku bukanlah wanita tangguh yang mampu kamu lukai sesuka hatimu!" tangis Mira pecah. Sudah sedari tadi ia mencoba menahan air matanya agar tak jatuh berderai namun sia-sia saja, benteng pertahanannya hancur.

"Tolong mengertilah Mira, aku tidak bisa meninggalkannya dan aku juga tidak bisa menceraikanmu," bisik Alan dengan nada sendu.

"AKU KAU MINTA UNTUK MENGERTI? LALU APA KAMU MENGERTI DENGAN PERASAANKU, MAS?!" pekik Mira marah.

"Sungguh aku berada dalam posisi yang sulit, Mira. Aku memohon padamu, tolong pahami posisiku untuk kali ini saja," pinta Alan.

"KAPAN AKU TIDAK PERNAH MEMAHAMIMU MAS, KAPAN?! SETIAP KALI ADA MASALAH AKU YANG SELALU KAMU MINTA UNTUK MENGALAH, SELALU UNTUK MEMAHAMIMU, SELALU UNTUK MENGERTI. SELAMA INI AKU SELALU MENGALAH, TERUS MENCOBA MEMAHAMIMU, SELALU MENGERTI POSISIMU, LALU DIMANANYA AKU YANG TIDAK PERNAH MENGALAH DAN MEMAHAMI POSISIMU, HAH?! DIMANA, MAS?!" teriak Mira sekuat tenaga. Suaranya hampir habis akibat terlalu banyak mengumbar lengkingan dan teriakan.

Alan hanya mampu diam saja ketika mendengar semua perkataan Mira.

"Sekarang aku mohon untuk kali ini saja, turuti permintaanku, Mas," lirih Mira. Ia sudah lelah berdebat dengan Alan suaminya yang tak pernah mau mengalah.

"Sudah aku katakan berulang kali, aku tidak akan menceraikanmu dan tidak akan meninggalkannya juga," ucap Alan.

"Kamu egois, Mas!" marah Mira.

"Mengertilah Mira, ia adalah ibu dari anakku. Aku tidak bisa membiarkannya menderita, saat ini ia membutuhkanku, Mira." ucap Alan.

"Sekarang jawab dengan jujur, Mas. Apa kamu masih mencintainya?" tanya Mira lirih.

Alan diam membisu tak mampu menjawab pertanyaan Mira.

"Dengan diamnya kamu itu sudah cukup menjawab semua pertanyaan yang selalu menggelayut di hatiku selama ini. Ternyata selama ini aku hanya kamu jadikan sebagai pelarian semata, selama ini tak pernah ada cinta untukku di hatimu 'kan, Mas?" lirih Mira.

"Dan bahkan mungkin aku hanya kamu jadikan sebagai badut untuk kamu jadikan pelipur lara kala kamu sedih, benarkan Mas?" sambung Mira.

Air matanya tidak ada hentinya mengalir dari sudut matanya yang sudah sembab dan membengkak akibat menangis terus menerus dari semenjak wanita itu hadir di tengah-tengah mereka. Mira mengusap air mata itu dengan punggung tangannya berulang kali.

Meski air matanya terus berderai, namun rasa sakit di hatinya tak berkurang sedikit pun, justru semakin meradang. Mira mengetahui sebuah fakta yang mengejutkannya dan sekaligus menyakiti hatinya.

Suaminya ternyata tak pernah mencintainya, ia menikahinya hanya sekedar untuk membalas budi saja.

"Kamu adalah orang yang sudah menemaniku selama ini, kamu sudah menemaniku saat aku terpuruk hingga saat ini aku menjadi orang yang sukses. Aku tidak ingin dikatai sebagai orang yang tak memiliki hati nurani dengan menceraikanmu, Miya," ucap Alan.

"AKU MIRA MAS! MIRA BUKAN MIYA," teriak Mira marah.

"Sebegitu besarnyakah cintamu untuknya, sampai mengukir namanya di hatimu, Mas," lirih Mira sedih.

"Maafkan aku, Miya," ucap Alan. Sekali lagi ia salah menyebut nama istrinya dengan menyebut nama mantan kekasihnya.

Di balik pintu seseorang tengah menguping pertengkaran mereka, ia tersenyum penuh kemenangan saat Alan terus menyebut namanya. Ia tersenyum licik dan bergumam lirih, 'aku berhasil meyakinkanmu, Mas.' Lalu wanita itu pergi meninggalkan ruang kerja Alan dengan cara mengendap-endap.

"AKU MIRA MAS, MIRA!" sentak Mira marah.

"Apa aku tak pernah ada di hatimu Mas? Atau ... jangan-jangan selama ini aku tidak pernah mengandung itu juga karena kamu tidak pernah menginginkan anak dari rahimku, benar begitu, Mas?" tanya Mira.

Alan tidak menjawab semua pertanyaan Mira, ia hanya diam membeku dengan kepala yang tertunduk. Mira tersenyum sinis, dengan diamnya Alan itu menandakan bahwa pertanyaan Mira benar adanya.

"Kenapa, Mas?" tanya Mira lirih. Rasa sakit hatinya membuat ia tak mempu lagi untuk berkata-kata.

"Aku tidak ingin membagi kasih sayangku," jawab Alan.

"Bahkan meski mereka satu darah? Tapi kenapa kamu membagi kasih sayangmu untukku dengan wanita lain?" sambung Mira.

"Dia bukan wanita lain Mira!" sentak Alan.

"APA BEDANYA MAS! DIA HADIR DITENGAH-TENGAH KITA ITU ARTINYA IA ORANG LAIN MESKIPUN IA MANTAN KEKASIHMU!" teriakMira dengan suara melengking tinggi.

Rasa lelah sudah mendera hatinya, Mira sudah tak sanggup lagi menghadapi ke egoisan dan keras kepala Alan. Ia yang waras lebih baik mengalah.

"Baiklah Mas! Sekarang aku mengerti, terima kasih untuk waktumu selama ini yang sudah membersamaiku dan menemaniku," ucap Mira dengan nada lembut.

Mira membalikkan badannya pergi meninggalkan Alan, saat ia baru sampai di ambang pintu Alan mengatakan sesuatu.

"Aku akan menikahinya menggu depan," ucap Alan.

Ucapan Alan menghentikan langkahnya, ia bergeming di depan pintu. Tubuhnya membeku seketika tak mampu untuk digerakkan, hatinya yang sudah terluka semakin luka. Ucapan Alan telah menyayat hatinya yang sudah tercabik-cabik. Mira tak mengatakan apa pun, ia tetap membatu di tempatnya.

Lelehan air mata kembali mengalir membasahi pipi mulusnya yang selalu ia rawat demi suaminya agar tidak melirik wanita lain, nyatanya tetap saja ia berpaling darinya.

Mira membiarkan lelesan air matanya mengalir, ia benar-benar membeku. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya lemas tak bertenaga. Mira mencoba bertahan agar tetap terjaga kesadarannya.

Selama setengah jam Mira, diam membeku di tempatnya. Alan menghampiri Mira, ia merengkuh bahu Mira dan hendak memeluk tubuh istrinya. Namun tangan Alan di tepis oleh Mira.

"JANGAN SENTUH AKU!" pekik Mira meradang.

"UNTUK APA KAMU MENYENTUHKU, TOH SELAMA INI PUN KAMU TAK PERNAH MENYENTUHKU DENGAN SETULUS HATIMU 'KAN?!"

"JADI MENJAUHLAH DARIKU, AKU TIDAK PERNAH MENYANGKA TERNYATA TELAH MENIKAH DENGAN IBLIS BERWUJUD MANUSIA! AKU JIJIK DISENTUH OLEHMU MAS,SINGKIRKAN TANGAN KOTORMU DARIKU," Mira marah dengan terus menatap tajam Alan agar tidak menyentuhnya.

Mira pergi meninggalkan Alan di dalam ruang kerjanya. Mira membuka daun pintu dengan menarik gagang pintu itu dan lalu BRAK! pintu itu tertutup dengan cara di banting hingga bergetar hebat karena begitu kerasnya Mira membanting pintu itu.

Alan menyugar rambutnya dengan kesepuluh jarinya. Ia meraup wajahnya, bagaimana bisa Alan terjebak dalam cinta segitiga seperti ini? Bukan seperti ini yang Alan inginkan? Ia tidak pernah menyangaka kalau ternyata wanita masa lalunya akan kembali hadir ke kehidupannya.

Alan memang mengakui kalau dirinya selama ini tidak bisa melupakan Miya, cinta pertamanya. Sekeras apa pun Alan berusaha melepaskan dan melupakan Miya tetap saja bayang-bayang wanita itu tetap hadir dalam hatinya.

Bahkan saat bercinta dengan Mira sekalipun, bayangan Miyalah yang ada dalam hadapannya. Hal inilah yang membuat Alan jarang menyentuh Mira dan berhubungan intim dengannya.

Setiap kali Alan sedang bercinta dengan Mira, ia selalu merasa bersalah pada Miya, seolah-olah ia sudah menghianatinya. Dan Alan juga enggan untuk memiliki anak bersama Mira, ia tidak ingin kelak nanti saat bertemu dengan anak yang Miya kandung saat menjadi kekasihnya dulu kasih sayangnya terbagi.

Jadi Alan memutuskan untuk melakukan KB dengan pasektomi tanpa sepengetahuan Mira.

Alan duduk di atas kursi kebanggannya, kursi tempatnya bekerja dan yang sudah mengahantarkannya menjadi seorang pengusaha sukses.

Alan meraih map biru yang berisi surat cerai, ia membacanya sekali lagi dan kemudian merobek kertas itu menjadi kepingan halus.

Sementara itu Mira berjalan seolah tak menapak bumi, langkahnya begitu ringan bak kapas yang terbang tertiup angin meliuk-liuk. Langkah Mira terseok-seok sembari memegangi dadanya yang berdenyut nyeri.

Mira menapaki anak tangga satu per satu dengan berpegangan pada sisi besi. Ia melangkah gontai, sesampainya di depan pintu kamarnya Mira membuka pintu itu dan menutupnya pelan. Lalu tubuhnya merosot luluh di balik pintu itu.

Mira bersimpuh dengan tubuh yang bergetar hebat, air matanya yang menggenang kini tumpah ruah menganak sungai, berderai bak untaian kaluang mutiara yang terlepas dari talinya. Air mata Mira terus mengalir membanjiri pipinya.

Ia terisak pilu, luka di hatinya begitu terasa sakit, sangat ... sangat sakit. Tatapan matanya yang biasanya penuh semangat dan selalu berbinar kini sinarnya telah padam, ia menatap kosong ke depan.

Lama Mira menangis bergelung kabut kesedihan, cakrawala jingga membersamainya, keindahannya nyatanya tak mampu memberikan kebahagian dalam hatnya yang tengah terluka parah.

'Badai yang besar itu menghampiriku tanpa ku undang, asaku menjadi luluh lantah dalam sekejap mata. Pun pondasi cintaku menjadi runtuh hanya dalam kedipan mata. Hanya mampu menyisakan puing-puing penyesalan dan kesedihan yang begitu dalam di relung hatiku, yang kuinginkan hanya cinta layaknya karang yang kokoh tak tergoyahkan meski badai menerjang setiap saat, yang kuinginkan asa yang tak terkikis menipis oleh hembusan angin, aku hanya ingin cinta yang tulus,' lirih Mira dalam tangis pilunya.

Ia bangun dan berdiri, kakinya mendekat ke lemari yang memiliki kaca panjang, ia bercermin dan menatap wajahnya lalu merabanya dan ia pun bergumam, 'apa kurangku Mas?'

"Wajah ini aku rawat sebaik mungkin agar tetap terlihat cantik seperti wanita lain yang ada di luaran sana, tubuhku pun aku lakukan perawatan dengan melakukan olah raga sehingga tubuhku masih sintal dan ramping, dadaku aku lakukan perawatan agar tetap terlihat padat dan kenyal, lihat tubuhku masih tampak sama seperti dulu, Mas." gumam Mira miris.

Mira terus berputar-putar di cermin mencari apa kekurangannya, hingga ia terlihat tak menarik di hadapan suaminya itu.

Ia tetap merawat tubuhnya dari atas hingga ujung kaki. Mira terngiang ucapan teman-teman arisannya, saat itu mereka mengatakan agar tetap merawat tubuh dan wajahnya agar tetap terawat dan cantik.

"Semakin sukses suami kita maka akan semakin banyak wanita-wanita jalang yang menghampiri dan mengerumuninya, ingin mencuri dari kita yang sudah mendampinya hingga sukses seperti sekarang ini," ucapan itu terngiang-ngiang di telinganya.

Mira memutuskan untuk mandi dan berendam agar tubuhnya yang letih segar kembali, Mira mengisi bath tub dengan air hangat dan menambahkan aroma esensial yang menenangkan.

Mira juga menyalakan lilin aroma terapi, ia mengambil sebotol sampanye sisa kemarin malam, saat ia merasa patah hati ketika melihat suaminya tengah memeluk mantan kekasihnya tepat di hadapannya.

Dan Alan tanpa tahu apa yang sesungguhnya terjadi antara dirinya dengan Miya, Alan lebih memilih mendengarkan penuturan Miya tanpa mau mendengarkan penjelasannya.

Alan tanpa sungkan memeluknya tepat di hadapannya, bahkan menenangkannya dengan nada lembut.

Mira melihat senyuman Miya yang licik, ia merasa sudah menang dengan mencuri perhatian Alan. Hati Mira begitu sakit, ia menenggelamkan dirinya dalam bath tube.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
udah Mira kmu kasi itu Alan k mantan nya percuma kmu bertahan karena hati nya Alan g bergerak tuk kmu dn Alan g mau punya anak dr kmu laki2 itu jahat mira biarkan fia dgn masa lalu nya dia akan menyesal ngelepas kmu semoga kesuxes kn nya akan hancur se hancur2 nya ..
goodnovel comment avatar
Nyaprut
laki laki sampah harus di buang pada tempat nya
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
laki "bodoh dan egois balik lgi ancur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status