Share

Bab 5

PLAK ...! Sebuah tamparan mendarat di pipinya Mira. Mencetak lima jari persis seperti habis di stempel jari berwarna merah. Nafas Mira memburu, ia tidak menyangka sama sekali kalau ia akan mendapatkan sebuah tamparan tepat di hadapan selingkuhan suaminya. Miya tersenyum mengejek puas ke arah Mira.

Mira menahan sesak di dadanya, ia meraih jarum infus yang terpasang di punggung tangannya dan langsung mencabutnya, lalu ia melempar Standar Infus itu ke arah Alan tanpa menghiraukan rasa sakit di punggung lengannya. Alan mengelak dan justru Standar Infus itu malah mengenai Miya yang sedang berlindung di belakangnya.

Standar Infus itu tepat mengenai kepalanya Miya, dan Miya pun menjerit kesakitan dan langsung menangis mengadu pada Alan. Jelas saja Alan langsung meradang marah saat mendapati kepala kekasihnya benjol akibat terkena Standar Infus. Alan kembali marah tanpa pikir panjang ia langsung menyerang Mira.

Tamparan demi tamparan mendarat di pipi Mira, ia bak orang yang kesetanan terus memukuli Mira tiada henti.

"Awwhh! Sakit Mas!" teriak Mira.

Alan bukannya berhenti ketika mendengar jerit tangis Mira, ia justru semakin meradang, sementara Miya terus tersenyum bahagia sekaligus mengejek. Ia menunjukan senyuman itu di hadapan Mira.

Dara yang baru datang dari luar menghambur masuk dan langsung berteriak minta tolong, lalu ia langsung memeluk Mira dan mencoba menghentikan amukan Alan.

Beberapa perawat masuk untuk menghentikan tindakan Alan dengan memegangi pinggangnya. Tapi Alan terus merangseg maju dan PLAK! sebuah tamparan menyadarkannya.

"Dasar laki-laki tak tahu diri, di mana hati nuranimu, hah!" sentak Dara marah.

Alan yang baru sadar menatap Mira yang mukanya sudah penuh dengan cap jarinya dan seluruh wajahnya lebam akibat tamparan dan pukulan darinya.

"Mira sayang maafkan aku, sungguh aku tidak sengaja. Aku di luar kesadaranku," ucap Alan memelas.

Ia mencoba menghampiri Mira tapi kemudian di tahan oleh para perawat laki-laki.

"Bawa orang gila ini keluar! Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi! Tunggu gugatan cerai dariku Mas!" bentak Mira sambil meringis kesakitan sambil memegangi pipinya yang bengkak.

Alan dan Miya keluar dari kamar, Mira langsung menangis tak kuasa menahan rasa sakit di hatinya. Ia tidak mengira kalau Alan akan berbuat begitu brutal hanya demi menjaga kekasihnya alias selingkuhannya. Dara memeluk Mira, ia juga meneteskan air mata. Mereka menangis bersama.

Dua hari sudah Mira di rawat di rumah sakit, kini ia sudah di izinkan pulang. Mira tidak mau kembali ke rumah neraka itu.

"Aku tidak mau kembali ke sana, Dara," lirih Mira.

"Tak apa kamu tidak kembali ke sana, tapi setidaknya kamu harus mengumpulkan bukti perselingkuhan mereka sebagai bukti untuk melancarkan proses perceraianmu," saran Dara.

"Tapi ..." Mira menggantung ucapannya.

"Aku mengerti perasaanmu, tapi bertahanlah sedikit lagi demi kebebasanmu," pinta Dara dengan meyakinkan Mira bahwa apa yang sekarang ia lakukan semata untuk kebebasannya dari laki-laki durjana seperti Alan.

"Tolong carikan aku seorang pengacara," pinta Mira pada Dara sahabatnya.

"Tanpa kamu minta aku sudah mencarikannya untukmu seorang pengacara, jika kamu mau aku bisa mengantarkanmu untuk menemuinya," ucapan Dara membuat Mira tenang.

"Tidak salah aku punya sahabat sepertimu," ucap Mira sambil memeluk Dara.

"Terima kasih, Bestie," sambung Mira.

"Itu sudah kewajibanku. Kita tidak hanya sahabatan tapi lebih dari itu," ucap Dara.

"Apa maksudmu lebih dari itu?" tanya Mira.

"Maksudku kita seperti saudara. Pikiranmu sudah dipenuhi oleh debu jadi harus di sapu," terang Dara.

Mira tertawa mendengar ucapan Dara, sudah sejak lama rasanya ia tidak merasakan bahagia seperti saat ini. Sudah sejak kedatangan Miya dalam hidupnya ia tidak pernah tertawa lepas seperti ini.

Dara mengantar Mira ke rumahnya. Ia masuk tanpa mengucap salam seperti yang biasa ia lakukan. Mira langsung masuk ke kamarnya, begitu terkejutnya ia saat Miya dengan santainya sedang rebahan di atas kasur miliknya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN DI KAMARKU, HAH! DASAR PELAKOR MURAHAN!" teriak Mira marah.

Miya yang dikatai pelakor murahan tak terima ia langsung menerjang Mira. Ia menjambak rambut Mira dan Mira sengaja tak membalasnya, ia membiarkan Miya melakukan apa yang ingin ia lakukan.

Mira langsung merekam tindakan Miya. Tindakan Mira membuat Miya terkejut dan membeku.

"Kenapa berhenti?" cibir Mira.

"Apa yang kamu lakukan, hah!" tanya Miya gugup.

"Tidak ada," jawab Mira. Sambil memasukkan kembali handphone ke saku celananya.

"Cepat serahkan handphonemu, apa yang sudah kamu lakukan? Merekam tindakanku 'kan?" tanya Miya sambil terus menggapai Mira yang terus menghindari darinya.

Ia enggan harus meladeni orang seperti Miya, ia ingin berendam untuk menyegarkan tubuhnya yang terasa lelah.

Tapi begitu terkejutnya ia ketika membuka lemarinya, ternyata tak ada sehelai baju pun miliknya. Mira menatap nanar Miya. pasti semua ini kelakuan pelakor sialan itu.

"Kamu kemanakah seluruh pakaianku Miya!" sentak Mira marah.

"Aku sudah memindahkannya di kamar bawah, dan kamar ini sudah menjadi milikku bersama Mas Alan," Miya tersenyum bangga.

Mira justru menjawabnya dengan sudut bibir atasnya yang terangkat, ia tersenyum sinis.

"Oh!" hanya kata itu yang Mira keluarkan dari bibirnya.

Lalu Mira keluar dari kamar yang dulu ia tempati bersama Alan suaminya, Miya yang melihat Mira keluar menghentakan kakinya kesal. Awalnya ia ingin melihat Mira kesal dan marah lalu ia akan mengejek sepuasnya.

Mira membuka pintu kamar yang ada di lantai bawah, dulu kamar ini biasa ia pakai untuk saudara-saudaranya Alan yang datang berkunjung. Kamarnya tidak seluas miliknya, tapi ini jauh lebih baik daripada ia harus tetap sekamar dengan Alan.

Keesokan harinya Mira mendatangi Alan di ruang kerjanya, ia kembali membawa surat cerai di tangannya. Mira tanpa mengetuk langsung masuk ke ruang kerja suaminya. Betapa terkejutnya ia, matanya seketika membola penuh. Nafasnya terasa sesak seketika.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
azhranie
yah nama nya nya juga cerita suka" author yg nulis...
goodnovel comment avatar
Wahyu Sudaryanti
bukti kdrt aja udah cukup saksinya jg bnyk,mana dilakukan di tempat umum
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
penulis anjing g punya otak beginilah klu membuat cerita. cerita anjing
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status