Share

Bab 90

Beberapa hari berlalu tanpa harapan. Mata Miya kian sayu dan cekung.

Ia sudah tak bersemangat lagi untuk hidup, ruang dingin dan lembab kini menjadi temannya dalam diam.

Tak ada satu orang pun yang berniat untuk mendekat atau pun sekedar bertanya padanya.

Semua orang menghindarinya, Miya selalu duduk di pojokan dengan memeluk lutut dan wajah yang terbenam.

Mata semua orang memandangnya sinis, tak ada belas kasih. Seorang yang berstatus pembunuh selalu di anggap penjahat paling keji.

Miya tak peduli dengan tatapan mereka, ia kini tak peduli dengan dunia. Harapan satu-satunya kini sudah tiada.

Miya berjalan gontai saat namanya di panggil karena ada yang menjenguknya.

Miya duduk di depan orang yang menjenguknya. Rini menatapnya iba tak ada jejak kebencian dalam sorot matanya.

"Mbah, maaf aku baru bisa berkunjung," sapa Rini. Tak ada riak kesedihan dalam raut wajahnya.

Miya tak menjawab, ia diam.

"Aku akan menjual rumah itu dan pergi dari sini," lanjut Rini.

Miya tetap bungkam, ia menatap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status