Share

(Revisi: Bab 107 sd 110)

Hallo para pembaca setiaku, mohon maaf atas kesalahan penerbitan Bab yang saya lakukan tanpa sengaja sehingga keseruan Anda terganggu oleh Bab yang hilang yaitu Bab 107 sampai dengan 110.

Sebagai penghargaan dan permintaan maaf dari saya, Bab 107 sd 110 ini saya lampirkan di sini dan Bab ini GRATIS tanpa perlu pembelian koin.

Terima kasih atas kesetiaan Anda untuk membaca cerita ini. Jangan lupa singgah ke akun saya untuk cerita seru lainnya.

Salam Pembaca,

Bab 107

Aku menundukkan kepala untuk melihat bagian dadaku yang sudah basah.

"Astaga," pekikku lalu menutup bagian yang terekspos dengan kedua tangan dan merasa malu.

Aku segera memutar tubuh dan menghadap ke arah lain, membelakangi Zacky.

Namun, petir sepertinya bekerjasama dengan Zacky. Suara yang menggelegar membuatku terkejut dan memeluk Zacky dengan gemetaran.

"Eh." Suara Zacky yang ikut terkejut karena petir tersebut dan dia pun memelukku dengan erat.

"Angel," panggil Zacky dengan lembut setelah suara petir mereda.

"Aku mencintaimu."

Aku mendongkakkan kepala dan menatap kedua mata bening milik Zacky. Aku tidak bisa menahan diriku untuk mengatakan bahwa aku tidak mencintai pria setampan patung dewa itu.

"A-aku juga mencintaimu," jawabku dengan suara kecil dan memalukan.

Zacky menciumku dengan lembut dan membawaku terhanyut dalam buaiannya. Dari dasar lubuk hati yang paling dalam, aku sangat merindukan pria ini.

Sikap baik dan lembut seperti ini, seolah-olah Zacky sudah berubah menjadi seseorang yang lain.

Pangutan dan ciuman mesra yang Zacky berikan, membuatku melupakan dunia sesaat. Di sekeliling gubuk, seolah-olah berubah menjadi sebuah taman yang hijau. Suara hujan dan petir yang menggelegar malah terdengar seperti alunan melodi cinta yang indah.

Aku bahkan tidak sadar pada saat Zacky mulai melepaskan pakaiannya dan juga milikku.

Aku tidak tersadar sampai hujan reda, terlalu menikmati cumbuan dari pria bekicot ini sampai selesai. Setengah jam kemudian, aku terduduk dengan bingung sambil memegang pakaian untuk menutup tubuhku yang polos.

Air mata menetes dari kedua netra yang memerah. "A-apa yang sudah kita lakukan, Zacky?" tanyaku dengan lirih.

"Cinta, kita baru saja melakukan cinta. Bukankah kamu mencintaiku?" tanya Zacky masih ingin mencoba memberikan pelukan, tetapi aku menggeser pantatku dan membelakanginya.

Gubuk tua menjadi saksi biksu atas penyatuan yang tidak sadar sudah kita lakukan dan cuaca yang dingin membuat semuanya begitu aneh karena tubuh kami menjadi hangat dan melanjutkan tindakan tidak senonoh.

"A-aku tidak mau hamil lagi, Zacky," ucapku dengan gelisah lalu segera memakai pakaian.

Aku melirik Zacky yang terlihat kecewa dan ikut mengenakan pakaiannya kembali.

"Aku seperti terhipnotis, ini tidak benar!" pekikku dalam hati dan tidak berhenti menyalahkan diri.

"Sayang, jangan menyalahkan dirimu," ucap Zacky sambil mendekatiku, tetapi aku menaikkan sebelah tangan, memberi kode agar dia diam di tempatnya.

"Aku, apa lagi yang sudah kamu perbuat pada diriku!" jeritku dengan mata mulai penuh air.

"Angel, kita saling mencintai. Sentuhan itu adalah wajar," bela Zacky.

"Tapi, penyatuan itu tidak wajar!" pekikku dengan membulatkan kedua mata dan menatapnya dengan nyalang.

"Kamu tidak menolak tadi!" Zacky meninggikan suaranya dan masih membela diri.

"A-aku!" Aku memilih memalingkan wajahku yang merona dan malu.

"Bagaimana mungkin aku terjebak, tadi! Aku seperti kehilangan diriku. Aku menikmati penyatuan dengan gelora seperti gadis binal!"

Aku merutuki kesalahanku. "Bagaimana bisa aku membiarkan diri menyerah dan mengizinkan bekicot itu menanamkan benihnya ke rahim ini lagi."

Aku menepuk kepala sendiri dan merasa kesal terhadap kecerobohanku.

Hari sudah menjelang malam dan sekitar kami begitu gelap. Aku tidak mungkin melarikan diri dan meninggalkan Zacky. Aku bermonolog sambil mengigit jari. Aku juga takut bila harus berada sendirian di luar gubuk.

Tak lama kemudian, suara-suara warga yang berteriak dan mencari kami mulai terdengar mendekat.

Aku dan  Zacky, aku merasa lega bahwa orang-orang desa telah merespon dan datang mencari kami walau mereka terlambat selangkah.

"Nampaknya mereka sudah dekat. Semoga mereka bisa menemukan kita di sini," ucap Zacky dengan suara lirih.

Aku mengangguk setuju dan berusaha menghibur diri. "Ya, kita hanya perlu bersabar sebentar lagi."

Suara-suara warga semakin mendekat, dan beberapa saat kemudian, pintu gubuk tua itu tiba-tiba terbuka.

Orang-orang desa yang membawa senter dan payung berdiri di ambang pintu.

 "Zacky! Angel! Kami menemukan kalian! Apakah kalian baik-baik saja?" teriak Wisnu dengan khawatir lalu memelukku.

"Lepaskan dia!" Zacky melayangkan wajah cemburunya lagi.

"Eh, iya ... jangan salah paham lagi. Aku hanya lega. Apakah kamu mau aku memelukmu juga?"

Zacky menaikkan sudut bibirnya lalu melangkah melewati kami dengan wajah ketus.

Aku merasa lega dan bersyukur melihat wajah-wajah yang akrab. Kami  bangkit dari tempat duduk kami di lantai yang basah, dengan pakaian masih basah kuyup, tetapi kami mencoba merahasiakan apa yang sudah terjadi.

Zacky menghampiri warga desa lalu berkata, "kami baik-baik saja. Terima kasih, teman-teman. Kami sangat beruntung kalian datang mencari kami."

"Tidak apa-apa. Kami tidak ingin kalian terlalu lama di dalam badai seperti ini. Mari, mari, kita kembali ke desa," sahut seorang warga desa yang sedang memegang senter.

Kami semua melanjutkan perjalanan kembali ke desa di bawah perlindungan warga desa yang ramah dan peduli.

Aku memilih berjalan di belakang Wisnu dan Tom, berusaha menghindari pandangan bekicot itu.

Badai mungkin telah mengganggu pekerjaan mereka, tetapi pengalaman ini juga menguatkan ikatan antara Zacky dengan warga desa yang telah membantu mereka dalam situasi yang sulit.

"Aarghhh!" Aku menjambak rambutku sendiri sembari melangkah.

"Sepertinya hanya aku yang dirugikan dalam badai ini!" geramku dalam hati.

"Mengapa aku tidak bisa menjaga kewarasan!"

"Mengapa pelukan dan ciumannya terasa begitu nikmat!"

"Aku bisa gila!"

Tidak hentinya aku bermonolog sepanjang jalan.

Aku melirik tubuh belakang bekicot yang melangkah seirama dengan beberapa warga desa yang lain.

"Dia terlalu ganteng! Astaga, apakah aku masih harus hamil anaknya?"

"Tidak! Pengalaman buruk itu sudah cukup sekali saja! Aku sudah memilih hidup di desa ini dan bercerai secara baik-baik!"

"Aihhsshhh! Dai begitu memabukkanku tadi, sentuhannya begitu kurindukan dan jantungku berpacu dengan kencang!"

"Aku bisa gila!"

Seorang warga desa menyapaku karena sikap aneh yang kutunjukkan, "Kamu enggak apa-apa, Neng?"

Aku mengelengkan kepala, tetapi pertanyaannya berhasil memancing bekicot berhenti dan menatapku.

"Kamu mau kugendong?" tanya Zacky dengan wajah serius.

Aku menggelengkan kepala dan memutar haluan menghindarinya.

"Aku masih bisa jalan!" jawabku dengan ketus lalu mempercepat langkah.

Langkahku semakin kupercepat sampai akhirnya aku hampir tersandung, dengan cepat Wisnu menangkap tubuhku yang menabraknya dari belakang.

"Hati-hati, Angel. Kugendong saja, sepertinya kamu kurang sehat," ucap Wisnu lalu mengangkat tubuhku ala bridal style.

"Eihhh."

Zacky langsung mendekati dan merebutku dengan kasar dari gendongan Wisnu.

"Lepaskan dia, sekali lagi kamu sentuh istriku, aku akan menjadikan kamu bantalan tinju. Aku tidak main-main dengan ucapannku," ujar Zacky dengan mata memerah.

Wisnu segera mengangkat kedua tangannya ke atas dengan pasrah. Bukan suatu hal yang baik bila bertengkar di perjalanan.

Dengan kesal dan malu, aku merangkul leher Zacky yang menggendongku. Aku menatap Wisnu sekilas.

"Maafkan aku, Wisnu. Aku masih menjadi istrinya," ucapku dengan lirih.

"Kamu dengar itu! Aku sama sekali belum menceraikannya!" Zacky melangkah meninggalkan Wisnu yang terpaku di tempatnya berdiri.

Tom menepuk bahu Wisnu sambil lalu.

"Kalian akan bercerai!" pekik Wisnu dengan suara lantang.

Bab 108

"Apa katamu?" Zacky memutar tubuhnya dan melayangkan pandangan tajam ke arah Wisnu.

"Zacky, kumohon, jangan bertengkar lagi. Aku merasa lelah dan ingin cepat pulang. Bagaimana bila kamu menurunkanku agar aku bisa berjalan saja?"

Zacky melihat ke arahku dengan tatapan sendu. "Kita pulang saja. Aku akan menggendongmu sampai ke rumah Nenek," ucapnya lalu memutar kembali tubuhnya dan mulai melangkah pelan.

"Zacky," panggilku pelan.

"Hmm?"

"Aku ... kamu kembali ke Jakarta saja ya? Aku masih ingin berada di desa ini untuk menenangkan diri," ucapku dengan hati-hati sambil melihat mimik wajah Zacky.

Pria ganteng itu hanya terdiam dan terus melangkah.

"Zacky?"

"Diam saja atau kulempar kamu ke parit!" sahut bekicot dengan wajah ketusnya.

Aku memonyongkan bibir dengan kesal. "Pria ini berubah lagi," gumamku dengan ketus.

Langkah kami sudah sampai beramai-ramai ke desa. Zacky menurunkan tubuhku di depan rumah Nenek. Nenek memelukku dengan penuh kekhawatiran.

"Kamu tidak apa-apa, sayang?"

Aku menggelengkan kepala sementara Nenek melayangkan pandangan tidak suka kepada Zacky.

"Bagaimana bisa, kalian malah lari ke arah berlawanan," ucap Nenek dengan gelisah.

"Kami tidak tahu arah karena bukan warga lokal," sahut Zacky dengan suara ketus lalu melihat ke arahku.

"Kamu mandi air hangat ya, aku akan kembali ke rumah Wisnu," ucapnya pelan.

"Ya."

"Aku akan kembali ke kota setelah selesai membereskan parit yang kotor besok." Zacky berkata sambil memegang kepalaku. Aku bisa melihat, tatapan matanya lirih dan penuh arti.

Setelah berpamitan, Zacky dan Wisnu serta Tom mulai melangkah menuju rumah Wisnu sementara warga desa yang lain mulai kembali ke rumah masing-masing.

***

Malam hari telah tiba, dan Zacky harus menginap sehari lagi di rumah kecil milik Wisnu. Di desa kecil ini, tidak ada hotel, dan rumah Wisnu adalah satu-satunya tempat yang tersedia untuk Zacky menginap.

 Mereka duduk bersama di meja kecil di rumah Wisnu. Ibu Wisnu menyajikan menu sederhana sebagai makan malam.

Wisnu dan Zacky mulai akrab dalam berbincang tanpa mereka sadari.

Selesai menikmati makan malam, ketiga pria itu duduk di teras depan rumah Wisnu.

Wisnu mulai memberikan beberapa nasihat kepada Zacky tentang bagaimana menghadapi Angel dengan cinta dan pengertian.

"Zacky, aku tahu situasimu sangat sulit, tetapi yang terpenting adalah mencoba memahami perasaan Angel. Dia telah mengalami banyak hal dalam hidupnya," ucap Wisnu dengan nada datar dan berhati-hati.

"Aku tahu, Wisnu. Aku merasa bersalah atas semua yang telah terjadi." Terlihat penyesalan di wajah Zacky.

"Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa cinta tidak pernah memaksa. Kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk mencintai kita. Kita harus memberi ruang dan waktu kepada mereka," sahut Wisnu dengan bijak.

Tom mengangguk tanda setuju, tetapi dia lebih memilih diam dan memperhatikan reaksi dan jawaban Zacky.

"Aku hanya ingin memperbaiki semuanya, Wisnu. Aku mencintai Angel, tapi aku tahu aku telah membuat banyak kesalahan." Zacky menatap Wisnu dengan tatapan mulai curiga.

"Apakah kamu mencintai Angel juga?" tanya Zacky langsung ke pembicaraan inti.

Wisnu merenungkan pertanyaan Zacky lalu menjawab, "aku menyayanginya."

Terjadi keheningan sejenak sebelum akhirnya Wisnu melanjutkan kalimatnya.

"Kamu telah mengambil langkah pertama dengan membersihkan parit. Itu menunjukkan bahwa kamu serius dalam usahamu untuk memperbaiki hubunganmu dengannya," sambung Wisnu dengan sikap mendukung. Dia memegang pundak Zacky yang duduk di sebelahnya.

"Aku hanya berharap dia bisa memberiku kesempatan lagi."

Zacky menundukkan kepalanya dan menimbulkan simpati dari dua pria yang duduk di sana. Tom menghela napas dengan berat. Dia tahu perasaan Zacky saat ini pasti sedang berat.

"Kesempatan itu mungkin akan datang, Zacky. Tapi saat ini, yang terbaik yang bisa kamu lakukan adalah memberikan ruang dan waktu kepada Angel. Biarkan dia merasa aman di sini." Wisnu berkata dengan penuh pengertian.

 "Aku akan mencoba, Wisnu. Aku ingin memperbaiki semuanya."

Mereka melanjutkan perbincangan mereka, dengan Wisnu memberikan nasihat yang bijak tentang cinta, pengertian, dan kesabaran.

Zacky merasa bahwa dia telah mendapatkan pandangan baru tentang bagaimana mendekati situasi ini dan berharap bisa meraih hati Angel kembali dengan cara yang lebih baik.

Rumah kecil milik Wisnu adalah sebuah bangunan sederhana di pinggiran desa yang terbuat dari bambu dan anyaman alami.

Meskipun sederhana, rumah ini terawat dengan baik dan bersih. Dinding bambu yang disusun rapi melindungi mereka dari angin malam yang sejuk, dan atap daun kelapa melindungi dari hujan.

Di dalam rumah, terdapat beberapa perabotan sederhana seperti meja kecil, beberapa kursi bambu, dan perabotan tidur yang sederhana.

Wisnu mempersilakan Zacky dan Tom tidur di kamar Wisnu. Tidak seperti 1 hari sebelumnya.

"Lumayan, daripada bertarung dengan nyamuk di luar," gumam Zacky dalam hati.

Zacky dan Tom tidur berhimpitan di kasur lipat kecil yang disediakan Wisnu di lantai kamar. Meskipun ruangannya sempit, kasur ini cukup nyaman untuk dua orang.

Saat Zacky berbaring di kasur itu, dia merasa tidak nyaman dengan situasi ini, tetapi dia juga merasa bersyukur kepada Wisnu yang telah bersedia membantunya dalam situasi sulit ini. Setidaknya mereka tidak harus mendengar konser jangrik dan kodok di ruang tamu serta nyamuk yang berdengung di telinganya sampai pagi.

Di sebelahnya, Tom juga berbaring dengan wajahnya yang terlihat campuran antara kesal dan tertawa. Dia menyadari ironi dari situasi Zacky yang kaya raya harus tidur di kasur sederhana di rumah Wisnu.

"Apa lihat-lihat, putar sana!" Zacky marah dan memperlototi Tom.

Malam itu, rumah Wisnu menjadi tempat persinggahan hari terakhir bagi Zacky, tempat di mana dia merenungkan tindakannya dan berpikir tentang masa depannya dengan Angel.

Besok, setelah selesai kerja bakti, rencananya Zacky akan segera kembali ke kota. Pekerjaannya sebagai CEO sudah ditinggalkan 2 hari. Dia tidak mau mengambil resiko Sam memanfaatkan kondisi dan merencanakan hal yang jahat lagi.

Meskipun kamar itu sederhana, suasana hati Zacky dan Tom menjadi lebih tenang, dan mereka merasa bahwa ini adalah langkah pertama menuju pemulihan hubungan Zacky dengan Angel dan juga menuju kesadaran Zacky tentang kehidupan yang lebih sederhana dan penuh pengertian.

"Kalian bisa tidurkah semalam?" tanya Wisnu sambil menatap ke langit-langit kamar.

"Lumayan," jawab Tom.

Zacky tidak menjawab. Sesaat kemudian, Zacky mengembuskan napasnya dengan berat.

"Terima kasih, Wisnu, atas segala bantuannya hari ini. Aku tahu ini bukan situasi yang mudah."

"Tidak masalah, Zacky. Kami semua berusaha membantu Angel dan mencari solusi terbaik."

"Aku merasa bersalah atas semua yang telah terjadi. Aku tahu aku telah salah banyak kali." Zacky membuang napas dengan kasar.

"Kita semua membuat kesalahan, Zacky. Yang penting adalah bagaimana kita belajar darinya dan berusaha memperbaikinya," sahut Wisnu dengan sikap penuh pengertian.

"Aku merindukan Angel, Wisnu. Aku tidak ingin kehilangannya."

Wisnu menatap ke arah Zacky dengan wajah serius.

"Kamu tahu, Zacky, cinta itu seperti sayuran yang perlu waktu untuk tumbuh. Mungkin ini saatnya memberikan ruang kepada Angel dan membiarkan cinta itu berkembang."

"Aku akan mencoba yang terbaik, Wisnu. Aku ingin memperbaiki hubungan kami."

Wisnu melayangkan senyuman penuh harap. "Itu adalah langkah yang baik, Zacky. Dan ingatlah, di desa ini, kami menghargai kebahagiaan dan kedamaian lebih dari segalanya."

Wisnu memegang wajahnya yang lembam sebagai akibat pukulan dari Zacky kemarin. Dia memandang Zacky dengan tegas.

Wisnu melanjutkan kalimatnya dengan ekspresi serius, "lihat wajahku yang lembam."

"Mengenai ini, kamu harus tahu, Zacky, tindakan kekerasan tidak pernah menjadi solusi. Aku tidak ingin uangmu, tapi aku ingin kamu memahami bahwa kita semua harus berusaha memecahkan masalah dengan baik."

"Eh?"

Bab 109

Zacky mengangguk, merasa bersalah atas tindakannya yang kasar.

"Aku benar-benar menyesal, Wisnu. Aku tahu aku telah melakukan kesalahan."

"Kita semua bisa belajar dari kesalahan, Zacky. Sekarang, bagaimana kita bisa memperbaiki ini?"

Zacky merasa harus memberikan kompensasi atas tindakannya yang kasar. Dia berpikir sejenak lalu menawarkan sesuatu.

Zacky duduk di kasur lipat lalu berkata, "aku punya ide, Wisnu. Bagaimana jika aku memberikan pekerjaan kepadamu di kota? Kamu bisa membantu Tom di sana."

Tom segera membalikkan tubuhnya dan menyimak pembicaraan mereka.

"Hmmm." Wisnu merasa senang dengan tawaran itu.

"Itu adalah ide bagus, Zacky! Aku menerima tawaranmu dengan senang hati," jawab Wisnu dengan senang hati.

Sementara Zacky dan Wisnu berbicara tentang tawaran pekerjaan ini dengan semangat, Tom merasa tidak suka dengan situasi ini.

"Kamu juga butuh asisten bukan, Tom?" tanya Zacky mengarah ke Tom.

"Terserah aja, kamu bosnya," ucap Tom lalu memutar tubuhnya kembali dan berpura-pura tidur.

Dalam hati, dengan rasa ketidakpuasan, Tom bermonolog. "Ini bukan rencana yang kusukai. Aku harus menjalani pekerjaan yang tidak kusukai hanya karena Zacky. Menambah pekerjaan karena mengajari asisten yang mungkin akan merebut posisiku suatu saat. Tapi aku tidak punya pilihan selain berpura-pura tidur dan melanjutkan ini."

Sementara Tom terus berpura-pura tidur, Zacky dan Wisnu membuat kesepakatan mereka dan merencanakan bagaimana mereka akan menjalani kehidupan di desa ini.

"Sekarang, marilah kita berbicara dari hati ke hati," ucap Zacky sesaat kemudian.

Wisnu menunggu dan memandang Zacky dengan penasaran.

"Apakah kamu mencintai Angel?" tanya Zacky.

Wisnu tersenyum lalu menjawab, "tidak. Bukankah sudah kukatakan bahwa aku menyayanginya."

"Aku mempunyai seorang gadis sederhana di desa ini yang layak untuk kulamar sebagai istri."

Zacky begitu terkejut mendengarnya. Untuk menyakinkan Zacky, Wisnu menunjukkan foto gadis yang dimaksudnya.

"Aku dan Angel hanya teman biasa. Rencanaku ingin melamar dia setelah lebaran tahun depan."

"Aku akan mengumpulkan uang dan mempersiapkan rumah tinggal yang layak," ucap Wisnu dengan malu-malu.

Zacky bersemangat mendengarkan dan menyimak dengan senyuman hangat. "Wisnu, aku sangat senang mendengar tentang rencana ini. Aku akan membantu kamu sebaik mungkin. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan."

"Terima kasih, Zacky. Aku benar-benar menghargai dukunganmu."

Namun, reaksi Tom berbeda. Dia merasa cemburu karena selama ini Zacky tidak pernah menganggapnya atau membantu dalam hal apapun, sementara Zacky dengan cepat memberikan dukungannya kepada Wisnu.

Tom: berkata dalam hati, dengan perasaan cemburu, "selama ini aku selalu ada di samping Zacky, tapi dia tidak pernah menganggapku. Sekarang dia begitu antusias membantu Wisnu."

Tom merasa diabaikan dan tidak dihargai, dan perasaan cemburunya terhadap Wisnu semakin kuat. Dia merasa bahwa Zacky seharusnya memberikan perhatian dan penghargaan kepadanya, seperti yang dia berikan kepada Wisnu.

Sementara Zacky mendukung rencana pernikahan Wisnu, Tom harus berhadapan dengan perasaan cemburu yang mendalam, yang mungkin akan memengaruhi hubungannya dengan Zacky di masa depan.

"Wisnu, kamu tahu aku akan membantu kamu dengan apa pun yang kamu butuhkan. Aku ingin kamu bahagia." Zacky berkata-kata dengan semangat.

 "Aku sangat berterima kasih, Zacky. Ini adalah kesempatan besar bagiku," sahut Wisnu dengan senyuman yang tulus.

Sementara Tom bermonolog dalam hati, dengan penuh kekecewaan, "Mengapa Zacky begitu antusias membantu Wisnu? Aku juga ada di sini selama ini."

Zacky melihat Tom dan tahu bahwa pria itu berpura-pura tibur, "hei,Tom, kamu juga akan membantu Wisnu mencapai impiannya. Kita bisa bekerja bersama untuk mencapai kesuksesan."

Tom membalikkan tubuh menghadap ke arah mereka dengan mata mengantuk. Dia berusaha untuk menyembunyikan rasa cemburunya lalu berkata, "tentu, Zacky. Aku siap membantu."

"Dan Tom, aku benar-benar menghargai semua yang telah kamu lakukan untukku selama ini. Kamu selalu ada di sampingku."

Tom merasa terkejut dengan perkataan Zacky. Dia menelan salivanya dengan susah payah, merasa haru dan sedikit lega, "mungkin Zacky akhirnya menghargai kontribusiku."

"Terima kasih, Zacky. Ini sangat berarti bagiku," imbuh Wisnu.

Meskipun perasaan cemburu Tom masih ada, dia merasa lega mendengar kata-kata terima kasih dan penghargaan dari Zacky.

***

Matahari mulai muncul di ufuk timur, menerangi desa kecil itu dengan cahaya lembutnya.

Aku, yang telah tidur dengan tenang semalaman, bangun dengan rasa penasaran tentang apa yang akan terjadi hari ini.

Aku menyadari bahwa sesuatu yang tidak biasa terjadi di luar sana. Zacky akan segera menyelesaikan pekerjaannya lalu kembali ke kota hari ini juga.

Dari jendela kamar, aku melihat Zacky, Wisnu, dan bahkan Tom sedang bekerja bersama di sepanjang parit yang mengelilingi desa.

Mereka tampak begitu serius, menggali, membersihkan, dan memperbaiki parit tersebut.

Aku merasa terkejut dan kagum melihat pemandangan ini. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Zacky bekerja keras dan Tom ikut terlibat dalam sesuatu yang bukan urusan pekerjaan kantornya.

Aku segera keluar dari rumah dan mendekati mereka. Zacky dan Wisnu berhenti sejenak dari pekerjaan mereka ketika melihatku mendekat sementara Tom tetap fokus pada tugasnya.

"Zacky, Wisnu, Tom, kalian sudah mulai, ini masih pagi sekali," sapaku dengan tersenyum.

"Selamat pagi, Angel. Kami sedang membersihkan parit ini untuk memperbaikinya, sepertinya pekerjaan akan lebih cepat selesai," Zacky menatapku dengan senyuman hangat.

"Kami ingin membuat desa ini lebih baik, termasuk parit ini. Banyak sekali warga yang mulai bergerak membantu," imbuh Wisnu dengan bersemangat.

Tom tersenyum tipis dan menambahkan, "Aku juga ikut membantu."

Aku merasa takjub melihat Zacky bekerja dengan tekun dan semangat yang dia tidak pernah lihat sebelumnya. Ini adalah pemandangan yang begitu ajaib bagiku.

Zacky tersenyum lalu menatapku dengan penuh arti. Darahku berdesir halus di dalam hati dan jantungku berdegup lebih kencang karena teringat dengan kejadian di gubuk semalam.

"Aku melakukan semua ini untukmu, Angel," ucap Zacky.

Angel: (Dengan senyuman) "Aku tidak pernah melihat Zacky seperti ini sebelumnya."

Zacky: (Merendah) "Aku menyadari bahwa ada hal-hal yang lebih penting daripada pekerjaan kantor, Angel. Aku ingin memperbaiki hubungan kita."

Wisnu: (Mengangguk setuju) "Dan kami ingin membantu Zacky melakukan itu."

Tom: (Dengan rasa hormat) "Aku juga ingin mendukung Zacky dalam usahanya."

Angel merasa begitu terharu oleh tindakan mereka. Mereka berempat melanjutkan pekerjaan membersihkan parit bersama-sama. Pada saat itu, hubungan mereka menjadi lebih dekat. Mereka berbicara, tertawa, dan saling membantu.

Angel: (Sambil membersihkan lumpur dari sepatunya) "Aku benar-benar terkejut dengan semua ini, Zacky. Tapi aku sangat menghargainya."

Zacky: (Dengan tulus) "Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa berubah, Angel."

Wisnu: (Sambil menggali) "Kami ingin membuat desa ini menjadi tempat yang lebih baik untuk kita semua."

Tom: (Dengan tekad) "Dan aku akan mendukung Zacky dalam upaya ini."

Seiring berjalannya waktu, parit tersebut mulai tampak lebih bersih dan rapi. Mereka semua merasa puas dengan hasil kerja keras mereka.

Angel: (Sambil melihat sekeliling) "Ini terlihat begitu berbeda sekarang. Terima kasih, kalian."

Zacky: (Dengan rasa gembira) "Ini baru awal, Angel. Aku berharap kita bisa melakukan lebih banyak lagi untuk desa ini."

Wisnu: (Dengan senyuman) "Kami berkomitmen untuk membuat perubahan yang positif."

Tom: (Dengan sikap rendah hati) "Kami akan selalu ada untukmu, Angel."

Bab 110

Aku hanya tersipu malu dan memilih meninggalkan mereka.

Mereka semua melanjutkan pekerjaan mereka sambil tersenyum dan tertawa bersama.

Aku merasa bahwa sesuatu yang ajaib telah terjadi hari ini. Ini bukan hanya tentang membersihkan parit, tetapi tentang upaya bersama untuk memperbaiki hubungan dan membantu desa yang mereka cintai.

Ini adalah momen yang membuatku merasa lebih dekat dengan Zacky, Wisnu, dan bahkan Tom. Mereka semua tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang panjang, dan mereka siap menghadapinya bersama-sama.

Ketua RT dan beberapa pemuda juga ikut membantu, para ibu-ibu yang melihat keramaian juga ikut meramaikan dengan menyediakan makanan dan minuman.

Aku merasa terharu berada di antara mereka, terutama saat Ketua RT dan beberapa pemuda desa yang melihat keramaian segera bergabung dengan Zacky, Wisnu, dan Tom, untuk membantu membersihkan parit. Mereka membawa peralatan tambahan dan mulai bekerja bersama.

Ketua RT berkata dengan penuh semangat, "hari ini adalah hari yang baik untuk membersihkan parit ini, bukan?"

Zacky mengangguk sambil melihat ke langit, "Benar sekali. Cuaca sangat baik, tidak terlalu panas dan juga tidak termasuk mendung. Semakin banyak tangan yang membantu, semakin cepat selesai."

Sementara para pemuda dan pemudi bekerja dengan penuh semangat, para ibu-ibu desa menyiapkan makanan dan minuman untuk semua orang yang terlibat dalam kegiatan ini. Mereka membawa nasi, sayur-sayuran, lauk-pauk, dan segala macam camilan tradisional yang menggugah selera.

"Mari makan bersama setelah selesai bekerja. Ini adalah cara kami menghargai kerja keras kalian," ucap Ibu Desa, istri dari Pak RT sambil tersenyum.

"Dan jangan lupa minum yang segar ini untuk menghilangkan dahaga," ucap Ibu yang lain sambil menyodorkan minuman kepada mereka.

Aku merasa sangat terharu oleh keramaian dan keramahan warga desa. Aku segera membantu Ibu-Ibu warga desa untuk membagi minuman.

Mereka selalu tersenyum ramah. Aku merasa benar-benar diterima dan dicintai oleh mereka.

"Terima kasih, semuanya. Aku merasa begitu terharu," ucapku dengan tulus karena merasa, semua masalah ini berawal karena diriku.

"Kamu adalah bagian dari desa ini, Angel. Kami akan selalu ada untukmu," sahut Ketua RT dengan ramah dan senyum yang hangat.

Saat istirahat makan siang, mereka semua duduk bersama di rumput hijau di pinggir parit. Mereka berbagi cerita, tertawa, dan saling mengenal lebih baik.

"Ini adalah contoh bagaimana sebuah desa bersatu demi kebaikan bersama," ucap Wisnu kepada Zacky dengan memamerkan senyumnya dengan bangga.

Tom meneguk botol minumnya sampai habis dengan lega berkata, "Aku merasa lebih diterima sekarang."

Para pemuda desa dan pemudi melanjutkan pekerjaan membersihkan parit dengan semangat yang tinggi. Mereka menggali, membersihkan, dan merapikan parit dengan rasa kebersamaan yang kuat.

"Kalian semua luar biasa. Terima kasih atas kerja keras kalian," ucap Ketua RT dengan bangga.

"Ini adalah bukti bahwa kita bisa mencapai banyak hal jika kita bekerja bersama," jawab Zacky dengan tulus.

Aku ikut menambahkan kalimat Zacky, "aku sangat beruntung bisa menjadi bagian dari desa ini."

Saat matahari mulai merendah di langit, parit tersebut tampak bersih dan rapi. Semua orang merasa puas dengan hasil kerja keras mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah awal dari perubahan positif di desa mereka, dan mereka siap untuk menghadapinya bersama-sama.

"Semoga desa ini akan menjadi tempat yang lebih baik untuk kita semua," ucap Wisnu dengan penuh harapan.

Mereka semua merasa bahagia dan terhubung satu sama lain. Ini adalah momen yang membuatku merasa lebih dekat dengan desa ini dan lebih mencintai tempat yang sekarang kupanggil sebagai rumahku.

Saat sedang istirahat untuk menikmati makan siang, Zacky duduk di sebelahku .

Sambil menikmati makanannya, Zacky mengatakan rencananya untuk membangun desa, memperbaiki sekolah dan menambah sumur. hal itu sangat membanggakanku.

Aku menatapnya dengan penuh arti.

"Astaga, bekicot ini membuatku jatuh hati," gumamku dengan hati berdesir halus.

Zacky menyatakan rencana proyek besar untuk membangun dan memperbaiki desa mereka. Rencana ini termasuk memperbaiki sekolah desa, menambahkan sumur, dan melakukan perbaikan infrastruktur penting lainnya.

Ketika Zacky berbicara tentang rencana ini kepadaku, aku merasa sangat bangga dan terinspirasi oleh tekadnya untuk membuat desa ini menjadi tempat yang lebih baik.

"Angel, aku ingin melakukan sesuatu yang baik untuk desa ini. Aku ingin memperbaiki sekolah, agar anak-anak di sini dapat mendapatkan pendidikan yang lebih baik."

"Itu adalah ide yang luar biasa, Zacky! Aku sangat bangga padamu," jawabku dengan mata berbinar.

"Kita juga akan menambah sumur agar tidak ada lagi masalah kekurangan air di sini."

Aku mengangguk dan memandangnya dengan penuh rasa haru. Tentu saja aku mendukung sepenuhnya semua rencana ini dan merasa bahwa Zacky benar-benar berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi desa dan masyarakatnya.

"Apa yang kamu lakukan sangat mulia, Zacky. Aku yakin semua orang di desa akan sangat menghargai usahamu."

"Kita akan membuat desa ini menjadi tempat yang lebih baik, Zacky. Dengan dukunganmu, kita bisa melakukan banyak hal."

Selesai makan siang dan beristirahat, Zacky dan pemuda desa kembali bekerja.

Zacky menggali sampah di parit, dia menyatakan rencananya tadi kepada  Pak RT.

"Pak RT, apa pendapat Bapak tentang perubahan ini untuk desa?"

"Tentu kami sangat menginginkan perubahan, Pak Zacky. Ini akan membantu generasi muda kami."

"Saya senang mendengarnya. Kami juga berharap sekolah yang diperbaiki akan memberikan pendidikan yang lebih baik," imbuh seorang pemuda desa yang kebetulan menyimak pembicaraan.

"Kami akan membantu sebisa mungkin. Ini desa kami, dan kami ingin melihatnya berkembang," sahut seorang pemuda desa lainnya sambil mengangkat batu dan melemparkannya ke tepi agar tidak menghalangi jalur parit.

"Kalian semua adalah aset berharga untuk desa ini. Terima kasih atas dukungannya. Desa ini bangga memiliki para pemuda seperti kalian," ucap Pak RT dengan terharu.

"Kami berharap rencana ini akan membantu kami memperbaiki kondisi hidup kami."

"Kami akan bekerja keras bersama-sama untuk itu."

"Saya berharap anak-anak kami akan memiliki masa depan yang lebih cerah."

Zacky merasa sangat bangga mendapat dukungan yang baik atas rencananya. "Itu tujuan utama kita, memastikan generasi berikutnya memiliki kesempatan yang lebih baik," ucapnya dengan penuh semangat.

Aku sedang mencabut tanaman liar tak jauh dari keberadaan Zacky, sambil memperhatikan bekicot itu dan pembicaraannya dengan Pak RT dan pemuda setempat.

"Aku bangga sekali padamu, Zacky. Kamu selalu menjadi pria dominan di mana pun kamu berada," gumamku dalam hati.

"Proyek ini adalah langkah awal yang baik," sahut seorang pemuda desa yang sedang menjalankan peralatan berat.

"Kita mulai dari sini, dan kita akan melanjutkannya," ucap Zacky dengan semangat sambil memamerkan otot pada lengannya.

"Semangat!"

Pemuda Desa yang lain menambahkan sambil menganggukkan kepala dan melihat ke arahku, "kami juga sangat senang memiliki Angel di sini, lihat ... dia seperti malaikat yang dikirim di desa terpencil ini."

Zacky menatapku dengan mata beningnya lalu berkata, "Dia adalah bagian penting dari tim ini. Bersama-sama, kita telah melalui banyak hal. Cinta sudah merubahku menjadi pria baik."

Wajahku merona karena perkataan Zacky. Aku memilih pergi membantu para ibu-ibu.

"Cuit Cuit ... "

Para pemuda bersiul dan terdengar tawa mereka sambil bekerja.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Erna Nugroho
cerita yg bagus, keren Thor,, ditunggu ceritamu yg lainnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status